PERTANYAAN:
السلام عليكم
gmn ya caranya ngasih nama seorang anak yg sudah meninggal dalam kandungan. tapi blm keluar bayinya. dan gk tau itu laki2/perempuan?
Maaf ustadz/ah
JAWABAN:
Wa 'Alaikumus Salam
Caranya diberi nama yang pantas atau cocok buat nama laki² sekaligus juga cocok buat perempuan. Seperti Asma', Hindun, Hunaidah, Kharijah, Thalhah, Umairah, Zur'ah, salamah, qatadah, su'ad, dsb.
📚[Adzkar An Nawawi. Hal. 255, Darul Jawahir]:
يستحب تسميته، فإن لم يعلم أذكر هو أو أنثي، سمي باسم يصلح للذكر والأنثي كأسماء وهند و هنيدة و خارجة و طلحة و عميرة و زرعة ونحو ذلك.
➖➖➖➖➖
📚[al-mausu'atul fiqhiyah]:
قِيل: إِنَّهُمْ إِنَّمَا يُسَمَّوْنَ لِيُدْعَوْا يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِهِمْ، فَإِذَا لَمْ يُعْلَمْ هَل السِّقْطُ ذَكَرٌ أَوْ أُنْثَى، سُمِّيَ اسْمًا يَصْلُحُ لَهُمَا جَمِيعًا، كَسَلَمَةَ وَقَتَادَةَ وَسُعَادَ وَهِنْدٍ. وَنَحْوِ ذَلِكَ
Kamis, 30 April 2020
151} Hukum menggabungkan shalat dhuhur dengan shalat rawatib
PERTANYAAN:
Assalamualaikum, gimna hukumnya mnggabungkan niat sholat zuhur digabung dgn sholat r0watib zuhur
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Tidak sah karena keduanya itu adalah ibadah mustaqillah yaitu ibadah yang terasing yang tidak saling menyatu. bukan tadakhul yang bisa saling menyatu seperti shalat tahiyyatul masjid di gabung dengan shalat fardhu atau tahiyyatul masjid dengan shalat sunah lainnnya.
إِنْ أَشْرَكَ عِبَادَتَيْنِ فِي النِّيَّةِ، فَإِِنْ كَانَ مَبْنَاهُمَا عَلَى التَّدَاخُل كَغُسْلَيِ الْجُمُعَةِ وَالْجَنَابَةِ، أَوِ الْجَنَابَةِ وَالْحَيْضِ، أَوْ غُسْل الْجُمُعَةِ وَالْعِيدِ، أَوْ كَانَتْ إِحْدَاهُمَا غَيْرَ مَقْصُودَةٍ كَتَحِيَّةِ الْمَسْجِدِ مَعَ فَرْضٍ أَوْ سُنَّةٍ أُخْرَى، فَلاَ يَقْدَحُ ذَلِكَ فِي الْعِبَادَةِ؛ لأَِنَّ مَبْنَى الطَّهَارَةِ عَلَى التَّدَاخُل، وَالتَّحِيَّةُ وَأَمْثَالُهَا غَيْرُ مَقْصُودَةٍ بِذَاتِهَا، بَل الْمَقْصُودُ شَغْل الْمَكَانِ بِالصَّلاَةِ، فَيَنْدَرِجُ فِي غَيْرِهِ. أَمَّا التَّشْرِيكُ بَيْنَ عِبَادَتَيْنِ مَقْصُودَتَيْنِ بِذَاتِهَا كَالظُّهْرِ وَرَاتِبَتِهِ، فَلاَ يَصِحُّ تَشْرِيكُهُمَا فِي نِيَّةٍ وَاحِدَةٍ؛ لأَِنَّهُمَا عِبَادَتَانِ مُسْتَقِلَّتَانِ لاَ تَنْدَرِجُ إِحْدَاهُمَا فِي الأُْخْرَى
Sesungguhnya mensyarikatkan (menggabungkan dua ibadah dengan satu niat):
apabila diterapkan kedua ibadah tersebut kepada tadakhul (saling menyatu) seperti menggabungkan niat mandi jum'at dengan mandi janabah atau mandi janabah dengan mandi suci dari haidh atau mandi jum'at dengan mandi sunah hari raya. Ataupun salasatu dua ibadah itu ghairu maqsudah (bukan dzat ibadah yang di maksud) seperti shalat tahiyyatul masjid di gabungkan dengan shalat fardhu atau shalat sunah lainnya. Maka dalam hal ini hukumnya boleh dan tidak mencemarkan pada ibadah, Karena yang di terapkan itu ialah thaharah kepada tadakhul.
Sedangkan tahiyyatul masjid dan semisalnya bukan maksud dzat ibadah tapi yang di maksud merekrut tempat dengan melakukan shalat, Maka boleh digabungkan satu niat dengan dua ibadah dan tidak mencemarkan ibadahnya.
Adapun jika merangkapkan dua ibadah yang dimaksudkan dzatnya ibadah (bukan tempat) maka tidak sah menggabungkan keduanya dengan satu niat, seperti shalat dhuhur dengan rawatib dhuhur, karena keduanya itu ibadah mustaqillah yaitu ibadah yang terasing yang tidak saling menyatu.
📚[al-Mausua'tul Fiqhiyah. Juz. 12/ Hal. 24]
Assalamualaikum, gimna hukumnya mnggabungkan niat sholat zuhur digabung dgn sholat r0watib zuhur
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Tidak sah karena keduanya itu adalah ibadah mustaqillah yaitu ibadah yang terasing yang tidak saling menyatu. bukan tadakhul yang bisa saling menyatu seperti shalat tahiyyatul masjid di gabung dengan shalat fardhu atau tahiyyatul masjid dengan shalat sunah lainnnya.
إِنْ أَشْرَكَ عِبَادَتَيْنِ فِي النِّيَّةِ، فَإِِنْ كَانَ مَبْنَاهُمَا عَلَى التَّدَاخُل كَغُسْلَيِ الْجُمُعَةِ وَالْجَنَابَةِ، أَوِ الْجَنَابَةِ وَالْحَيْضِ، أَوْ غُسْل الْجُمُعَةِ وَالْعِيدِ، أَوْ كَانَتْ إِحْدَاهُمَا غَيْرَ مَقْصُودَةٍ كَتَحِيَّةِ الْمَسْجِدِ مَعَ فَرْضٍ أَوْ سُنَّةٍ أُخْرَى، فَلاَ يَقْدَحُ ذَلِكَ فِي الْعِبَادَةِ؛ لأَِنَّ مَبْنَى الطَّهَارَةِ عَلَى التَّدَاخُل، وَالتَّحِيَّةُ وَأَمْثَالُهَا غَيْرُ مَقْصُودَةٍ بِذَاتِهَا، بَل الْمَقْصُودُ شَغْل الْمَكَانِ بِالصَّلاَةِ، فَيَنْدَرِجُ فِي غَيْرِهِ. أَمَّا التَّشْرِيكُ بَيْنَ عِبَادَتَيْنِ مَقْصُودَتَيْنِ بِذَاتِهَا كَالظُّهْرِ وَرَاتِبَتِهِ، فَلاَ يَصِحُّ تَشْرِيكُهُمَا فِي نِيَّةٍ وَاحِدَةٍ؛ لأَِنَّهُمَا عِبَادَتَانِ مُسْتَقِلَّتَانِ لاَ تَنْدَرِجُ إِحْدَاهُمَا فِي الأُْخْرَى
Sesungguhnya mensyarikatkan (menggabungkan dua ibadah dengan satu niat):
apabila diterapkan kedua ibadah tersebut kepada tadakhul (saling menyatu) seperti menggabungkan niat mandi jum'at dengan mandi janabah atau mandi janabah dengan mandi suci dari haidh atau mandi jum'at dengan mandi sunah hari raya. Ataupun salasatu dua ibadah itu ghairu maqsudah (bukan dzat ibadah yang di maksud) seperti shalat tahiyyatul masjid di gabungkan dengan shalat fardhu atau shalat sunah lainnya. Maka dalam hal ini hukumnya boleh dan tidak mencemarkan pada ibadah, Karena yang di terapkan itu ialah thaharah kepada tadakhul.
Sedangkan tahiyyatul masjid dan semisalnya bukan maksud dzat ibadah tapi yang di maksud merekrut tempat dengan melakukan shalat, Maka boleh digabungkan satu niat dengan dua ibadah dan tidak mencemarkan ibadahnya.
Adapun jika merangkapkan dua ibadah yang dimaksudkan dzatnya ibadah (bukan tempat) maka tidak sah menggabungkan keduanya dengan satu niat, seperti shalat dhuhur dengan rawatib dhuhur, karena keduanya itu ibadah mustaqillah yaitu ibadah yang terasing yang tidak saling menyatu.
📚[al-Mausua'tul Fiqhiyah. Juz. 12/ Hal. 24]
Selasa, 28 April 2020
150} Hukum mengucapkan Taradhi dan Tarahhum kepada kiyai
PERTANYAAN:
[@Shinta amelia (MIA.2)]
assalamualaikum ustadz-ustadzah
Bagaima hukumnya mengucapkan rohimahulloh atau rodliyalloh kpd pimpinan ponpes. kiyai atau ulama?
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Disunnahkan mengucapkan taradhi (radhiyallahu 'anhu) dan tarahhum (rahimahullah) kepada para sahabat, tabi’in, dan orang² sesudah mereka dari para ulama, para hamba dan semua orang² yang baik, yaitu: disebutkan untuk mereka radhiyallaahu 'anhu, rahmatullah alaih, atau rahimahullah, dan yang semisalnya. Adapun pada perkataan sebagian ulama bahwa perkataan radhiyallaahu 'anhu khusus untuk para sahabat, dan dikatakan, untuk selain mereka adalah rahimahullah saja, maka perkara ini tidak seperti yang mereka katakan dan tidak ada kesepakatan atasnya. Bahkan, yang benar adalah pendapat mayoritas ulama atas kesunnahannya dan dalil²nya lebih banyak daripada yang membatasi.
Reff:
📚[Al-Majmu' Syarah al-Muhadzdzab. Juz. 6/ Hal. 119]:
فرع: يستحب الترضي والترحم على الصحابة والتابعين فمن بعدهم من العلماء والعباد وسائر الأخيار، فيقال: رضي الله عنه، أو رحمة الله عليه، أو رحمه الله ونحو ذلك. وأما ما قاله بعض العلماء: إن قول رضي الله عنه مخصوص بالصحابة ويقال في غيرهم رحمه الله فقط، فليس كما قال ولا يوافق عليه، بل الصحيح الذي عليه الجمهور استحبابه، ودلائله أكثر من أن تحصر
[@Shinta amelia (MIA.2)]
assalamualaikum ustadz-ustadzah
Bagaima hukumnya mengucapkan rohimahulloh atau rodliyalloh kpd pimpinan ponpes. kiyai atau ulama?
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Disunnahkan mengucapkan taradhi (radhiyallahu 'anhu) dan tarahhum (rahimahullah) kepada para sahabat, tabi’in, dan orang² sesudah mereka dari para ulama, para hamba dan semua orang² yang baik, yaitu: disebutkan untuk mereka radhiyallaahu 'anhu, rahmatullah alaih, atau rahimahullah, dan yang semisalnya. Adapun pada perkataan sebagian ulama bahwa perkataan radhiyallaahu 'anhu khusus untuk para sahabat, dan dikatakan, untuk selain mereka adalah rahimahullah saja, maka perkara ini tidak seperti yang mereka katakan dan tidak ada kesepakatan atasnya. Bahkan, yang benar adalah pendapat mayoritas ulama atas kesunnahannya dan dalil²nya lebih banyak daripada yang membatasi.
Reff:
📚[Al-Majmu' Syarah al-Muhadzdzab. Juz. 6/ Hal. 119]:
فرع: يستحب الترضي والترحم على الصحابة والتابعين فمن بعدهم من العلماء والعباد وسائر الأخيار، فيقال: رضي الله عنه، أو رحمة الله عليه، أو رحمه الله ونحو ذلك. وأما ما قاله بعض العلماء: إن قول رضي الله عنه مخصوص بالصحابة ويقال في غيرهم رحمه الله فقط، فليس كما قال ولا يوافق عليه، بل الصحيح الذي عليه الجمهور استحبابه، ودلائله أكثر من أن تحصر
149} Hukum tidak bertegur sapa lebih diatas tiga hari
PERTANYAAN:
Assalamualaikum wr wb
Ada masalah sama teman dan tidak mau berbicara lagi waktu diajak bicara, gimna hukumnya orang seperti itu ustd/ustadzah...pernah dengar ga boleh apabila lebih 3 hari
JAWABAN:
Wa 'Alaikumus Salam
Hukumnya Haram jika lebih dari tiga hari.
لا يحل لرجل أن يهجر أخاه فوق ثلاث ليال،يلتقيان فيعرض هذا ويعرض هذا،وخيرهما الذي يبدأ بالسلام
Tidak boleh bagi seorang lelaki tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Keduanya bertemu tapi saling berpaling. Yang terbaik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.
Dalam hadits shahih yang lain riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda:
لا يحل لمسلم أن يهجر أخاه فوق ثلاث، فمن هجر فوق ثلاث فمات دخل النار
Tidak boleh bagi seorang muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Barangsiapa yang melakukan itu lebih dari tiga hari kemudian mati maka ia masuk neraka.
Imam Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan maksud hadits di atas demikian:
يحرم الهجر بين المسلمين أكثر من ثلاث ليال بالنص وتباح في الثلاث بالمفهوم، وإنما عفي عنه في ذلك؛ لأن الآدمي مجبول على الغضب، وسوء الخلق، فسومح بذلك القدر ليرجع ويزول ذلك العارض
Haram tidak bertegur sapa antara sesama muslim lebih dari tiga hari berdasarkan nash hadits dan boleh apabila kurang dari itu. Mengapa dimaafkan kalau kurang dari tiga hari karena manusia cenderung pemarah dan berperangai buruk maka dimaafkan dalam waktu tersebut supaya kembali dan hilang rasa permusuhan.
📚[Syarah Muslim. Juz. 16/ Hal. 117]
Assalamualaikum wr wb
Ada masalah sama teman dan tidak mau berbicara lagi waktu diajak bicara, gimna hukumnya orang seperti itu ustd/ustadzah...pernah dengar ga boleh apabila lebih 3 hari
JAWABAN:
Wa 'Alaikumus Salam
Hukumnya Haram jika lebih dari tiga hari.
لا يحل لرجل أن يهجر أخاه فوق ثلاث ليال،يلتقيان فيعرض هذا ويعرض هذا،وخيرهما الذي يبدأ بالسلام
Tidak boleh bagi seorang lelaki tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Keduanya bertemu tapi saling berpaling. Yang terbaik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.
Dalam hadits shahih yang lain riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda:
لا يحل لمسلم أن يهجر أخاه فوق ثلاث، فمن هجر فوق ثلاث فمات دخل النار
Tidak boleh bagi seorang muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Barangsiapa yang melakukan itu lebih dari tiga hari kemudian mati maka ia masuk neraka.
Imam Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan maksud hadits di atas demikian:
يحرم الهجر بين المسلمين أكثر من ثلاث ليال بالنص وتباح في الثلاث بالمفهوم، وإنما عفي عنه في ذلك؛ لأن الآدمي مجبول على الغضب، وسوء الخلق، فسومح بذلك القدر ليرجع ويزول ذلك العارض
Haram tidak bertegur sapa antara sesama muslim lebih dari tiga hari berdasarkan nash hadits dan boleh apabila kurang dari itu. Mengapa dimaafkan kalau kurang dari tiga hari karena manusia cenderung pemarah dan berperangai buruk maka dimaafkan dalam waktu tersebut supaya kembali dan hilang rasa permusuhan.
📚[Syarah Muslim. Juz. 16/ Hal. 117]
148} Hewan dan tumbuh²an juga sujud kepada Allah
Apakah hewan dan tumbuh²an juga sujud kepada Allah..?
Oleh:[Kakang Ishadi al-Asyi]
QS Al-Hajj: 18
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذابُ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَما لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشاءُ (18)
يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّهُ الْمُسْتَحِقُّ لِلْعِبَادَةِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، فَإِنَّهُ يَسْجُدُ لِعَظَمَتِهِ كُلُّ شَيْءٍ طَوْعًا وَكَرْهًا، وَسُجُودُ كُلِّ شَيْءٍ مما يختص به، كَمَا قَالَ تَعَالَى: أَوَلَمْ يَرَوْا إِلى مَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّؤُا ظِلالُهُ عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمائِلِ سُجَّداً لِلَّهِ وَهُمْ داخِرُونَ [النَّحْلِ: 48] وَقَالَ هَاهُنَا: أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ أَيْ مِنَ الْمَلَائِكَةِ فِي أَقْطَارِ السموات، وَالْحَيَوَانَاتِ فِي جَمِيعِ الْجِهَاتِ مِنَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ وَالدَّوَابِّ وَالطَّيْرِ
Apakah kamu tidak mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang², gunung², pohon², dan binatang² yang melata dan sebagian besar dari manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan adzab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.(QS al-Hajj :18)
Allah Swt. menceritakan bahwa Dialah semata yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya, sesungguhnya bersujud kepadaNya segala sesuatu karena kebesaranNya dengan sukarela dan terpaksa. Dan sujud segala sesuatu itu sesuai dengan caranya sendiri², seperti yang dijelaskan oleh firmanNya:
{أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى مَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّأُ ظِلالُهُ عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمَائِلِ سُجَّدًا لِلَّهِ وَهُمْ دَاخِرُونَ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedangkan mereka berendah diri. (An-Nahl: 48)
Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firmanNya:
{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ}
Apakah kamu tiada mengetahui bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi. (Al-Hajj: 18)
Baik dari kalangan malaikat yang ada di segala penjuru langit, juga semua makhluk hidup yang ada di bumi seluruhnya terdiri atas manusia, jin, hewan, dan burung².
📚[Tafsir Ibnu Katsir. Juz. 5/ Hal. 354]
➖➖➖➖➖
«إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ خَلْقَانِ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ، وَإِنَّهُمَا لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا تَجَلَّى لِشَيْءٍ مِنْ خَلْقِهِ خَشَعَ لَهُ».
وَقَالَ أَبُو الْعَالِيَةِ: مَا فِي السَّمَاءِ نَجْمٌ وَلَا شَمْسٌ وَلَا قَمَرٌ إِلَّا يَقَعُ لله ساجدا حين يغيب، ثم لَا يَنْصَرِفُ حَتَّى يُؤْذَنَ لَهُ فَيَأْخُذَ ذَاتَ الْيَمِينِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى مَطْلَعِهِ ، وَأَمَّا الْجِبَالُ وَالشَّجَرُ فَسُجُودُهُمَا بِفَيْءِ ظِلَالِهِمَا عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمَائِلِ، وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي رَأَيْتُنِي اللَّيْلَةَ وَأَنَا نَائِمٌ كَأَنِّي أُصَلِّي خَلْفَ شَجَرَةٍ فَسَجَدْتُ، فَسَجَدَتِ الشَّجَرَةُ لِسُجُودِي، فَسَمِعْتُهَا وَهِيَ تَقُولُ: اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِي بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا، وَضَعْ عَنِيَ بِهَا وِزْرًا، وَاجْعَلْهَا لِي عِنْدَكَ ذُخْرًا، وَتَقَبَّلْهَا مِنِّي كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ، قَالَ ابْنُ عباس: فَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
سَجْدَةً ثُمَّ سَجَدَ، فَسَمِعْتُهُ وَهُوَ يَقُولُ مِثْلَ مَا أَخْبَرَهُ الرَّجُلُ عَنْ قَوْلِ الشَّجَرَةِ ، رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ وَابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ.
وَقَوْلُهُ: وَالدَّوَابُّ أَيِ الْحَيَوَانَاتُ كُلُّهَا
Sesungguhnya matahari dan bulan, kedua²nya adalah makhluk Allah. Dan sesungguhnya tidaklah keduanya mengalami gerhana karena matinya seseorang dan tidak pula karena hidup (kelahiran)nya seseorang. Tetapi bila Allah Swt. menampakkan diriNya pada sesuatu dari makhlukNya, maka tunduklah sesuatu itu kepadaNya.
Abul Aliyah mengatakan, tiada suatu bintang pun yang ada di langit, tiada pula matahari dan bulan, melainkan jatuh menyungkur bersujud kepada Allah Swt. hingga terbenam. Kemudian tidaklah berangkat, melainkan setelah mendapat idzin (dari Allah) baginya (untuk berangkat). Lalu ia mengambil jalan ke arah kanan untuk kembali ke tempat terbitnya. Adapun mengenai gunung² dan pohon², maka sujud keduanya melalui bayangannya yang condong ke arah kanan dan ke arah kiri.
Disebutkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi malam aku bermimpi dalam tidurku melihat diriku seakan² sedang shalat di balik sebuah pohon. Ketika aku sujud, pohon itu ikut sujud bersamaku, dan aku dengar pohon itu mengucapkan doa berikut:
اللَّهُمَّ، اكْتُبْ لِي بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا، وَضَعْ عَنِيَ بِهَا وِزْرًا، وَاجْعَلْهَا لِي عِنْدَكَ ذُخْرًا، وَتَقَبَّلْهَا مِنِّي كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ
"Ya Allah, catatkanlah sujudku ini untukku di sisi Engkau sebagai suatu pahala, dan hapuskanlah dariku karenanya suatu dosa, dan jadikanlah sujudku ini sebagai suatu simpanan di sisi Engkau bagiku, dan terimalah sujudku ini dariku sebagaimana Engkau telah menerimanya dari hambaMu Daud".
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Lalu Rasulullah ﷺ, membaca ayat sajdah dan bersujud, dan ternyata saya dengar beliau mengucapkan doa seperti doa yang telah diceritakan oleh lelaki itu tentang ucapan pohon tersebut."
Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, dan Imam Ibnu Hibban telah meriwayatkan hadits ini di dalam kitab shahihnya masing².
Yang dimaksud dengan dawab dalam ayat ini ialah semua jenis hewan.
📚[Tafsir Ibnu Katsir. Juz. 5/ Hal. 354_355]
Oleh:[Kakang Ishadi al-Asyi]
QS Al-Hajj: 18
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذابُ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَما لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشاءُ (18)
يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّهُ الْمُسْتَحِقُّ لِلْعِبَادَةِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، فَإِنَّهُ يَسْجُدُ لِعَظَمَتِهِ كُلُّ شَيْءٍ طَوْعًا وَكَرْهًا، وَسُجُودُ كُلِّ شَيْءٍ مما يختص به، كَمَا قَالَ تَعَالَى: أَوَلَمْ يَرَوْا إِلى مَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّؤُا ظِلالُهُ عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمائِلِ سُجَّداً لِلَّهِ وَهُمْ داخِرُونَ [النَّحْلِ: 48] وَقَالَ هَاهُنَا: أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ أَيْ مِنَ الْمَلَائِكَةِ فِي أَقْطَارِ السموات، وَالْحَيَوَانَاتِ فِي جَمِيعِ الْجِهَاتِ مِنَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ وَالدَّوَابِّ وَالطَّيْرِ
Apakah kamu tidak mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang², gunung², pohon², dan binatang² yang melata dan sebagian besar dari manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan adzab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.(QS al-Hajj :18)
Allah Swt. menceritakan bahwa Dialah semata yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya, sesungguhnya bersujud kepadaNya segala sesuatu karena kebesaranNya dengan sukarela dan terpaksa. Dan sujud segala sesuatu itu sesuai dengan caranya sendiri², seperti yang dijelaskan oleh firmanNya:
{أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى مَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّأُ ظِلالُهُ عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمَائِلِ سُجَّدًا لِلَّهِ وَهُمْ دَاخِرُونَ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedangkan mereka berendah diri. (An-Nahl: 48)
Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firmanNya:
{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ}
Apakah kamu tiada mengetahui bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi. (Al-Hajj: 18)
Baik dari kalangan malaikat yang ada di segala penjuru langit, juga semua makhluk hidup yang ada di bumi seluruhnya terdiri atas manusia, jin, hewan, dan burung².
📚[Tafsir Ibnu Katsir. Juz. 5/ Hal. 354]
➖➖➖➖➖
«إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ خَلْقَانِ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ، وَإِنَّهُمَا لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا تَجَلَّى لِشَيْءٍ مِنْ خَلْقِهِ خَشَعَ لَهُ».
وَقَالَ أَبُو الْعَالِيَةِ: مَا فِي السَّمَاءِ نَجْمٌ وَلَا شَمْسٌ وَلَا قَمَرٌ إِلَّا يَقَعُ لله ساجدا حين يغيب، ثم لَا يَنْصَرِفُ حَتَّى يُؤْذَنَ لَهُ فَيَأْخُذَ ذَاتَ الْيَمِينِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى مَطْلَعِهِ ، وَأَمَّا الْجِبَالُ وَالشَّجَرُ فَسُجُودُهُمَا بِفَيْءِ ظِلَالِهِمَا عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمَائِلِ، وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي رَأَيْتُنِي اللَّيْلَةَ وَأَنَا نَائِمٌ كَأَنِّي أُصَلِّي خَلْفَ شَجَرَةٍ فَسَجَدْتُ، فَسَجَدَتِ الشَّجَرَةُ لِسُجُودِي، فَسَمِعْتُهَا وَهِيَ تَقُولُ: اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِي بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا، وَضَعْ عَنِيَ بِهَا وِزْرًا، وَاجْعَلْهَا لِي عِنْدَكَ ذُخْرًا، وَتَقَبَّلْهَا مِنِّي كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ، قَالَ ابْنُ عباس: فَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
سَجْدَةً ثُمَّ سَجَدَ، فَسَمِعْتُهُ وَهُوَ يَقُولُ مِثْلَ مَا أَخْبَرَهُ الرَّجُلُ عَنْ قَوْلِ الشَّجَرَةِ ، رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ وَابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ.
وَقَوْلُهُ: وَالدَّوَابُّ أَيِ الْحَيَوَانَاتُ كُلُّهَا
Sesungguhnya matahari dan bulan, kedua²nya adalah makhluk Allah. Dan sesungguhnya tidaklah keduanya mengalami gerhana karena matinya seseorang dan tidak pula karena hidup (kelahiran)nya seseorang. Tetapi bila Allah Swt. menampakkan diriNya pada sesuatu dari makhlukNya, maka tunduklah sesuatu itu kepadaNya.
Abul Aliyah mengatakan, tiada suatu bintang pun yang ada di langit, tiada pula matahari dan bulan, melainkan jatuh menyungkur bersujud kepada Allah Swt. hingga terbenam. Kemudian tidaklah berangkat, melainkan setelah mendapat idzin (dari Allah) baginya (untuk berangkat). Lalu ia mengambil jalan ke arah kanan untuk kembali ke tempat terbitnya. Adapun mengenai gunung² dan pohon², maka sujud keduanya melalui bayangannya yang condong ke arah kanan dan ke arah kiri.
Disebutkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi malam aku bermimpi dalam tidurku melihat diriku seakan² sedang shalat di balik sebuah pohon. Ketika aku sujud, pohon itu ikut sujud bersamaku, dan aku dengar pohon itu mengucapkan doa berikut:
اللَّهُمَّ، اكْتُبْ لِي بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا، وَضَعْ عَنِيَ بِهَا وِزْرًا، وَاجْعَلْهَا لِي عِنْدَكَ ذُخْرًا، وَتَقَبَّلْهَا مِنِّي كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ
"Ya Allah, catatkanlah sujudku ini untukku di sisi Engkau sebagai suatu pahala, dan hapuskanlah dariku karenanya suatu dosa, dan jadikanlah sujudku ini sebagai suatu simpanan di sisi Engkau bagiku, dan terimalah sujudku ini dariku sebagaimana Engkau telah menerimanya dari hambaMu Daud".
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Lalu Rasulullah ﷺ, membaca ayat sajdah dan bersujud, dan ternyata saya dengar beliau mengucapkan doa seperti doa yang telah diceritakan oleh lelaki itu tentang ucapan pohon tersebut."
Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, dan Imam Ibnu Hibban telah meriwayatkan hadits ini di dalam kitab shahihnya masing².
Yang dimaksud dengan dawab dalam ayat ini ialah semua jenis hewan.
📚[Tafsir Ibnu Katsir. Juz. 5/ Hal. 354_355]
147} Siapa Ashabur rassi dan Qaumun tubba' yang disebut dalam al-Qur'an
PERTANYAAN:
Assalamu'alaikum
Di dalam Al Qur'an ada kata اصحاب الرس dan قوم تبع masing masing di ulang 2 kali ..
siapa meraka ini?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
اصحاب الرس
📚[Tafsir Ibnu Katsir, Surat al-Furqan: 38]:
وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا (38)
kaum Ad dan Samud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi² di antara kaum² tersebut. {Al-Furqan: 38}
وقوله تعالى: وَعاداً وَثَمُودَ وَأَصْحابَ الرَّسِّ قَدْ تَقَدَّمَ الْكَلَامُ عَلَى قِصَّتَيْهِمَا فِي غَيْرِ ما سورة، كسورة الْأَعْرَافِ بِمَا أَغْنَى عَنِ الْإِعَادَةِ. وَأَمَّا أَصْحَابُ الرَّسِّ، فَقَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: هُمْ أَهْلُ قَرْيَةٍ مِنْ قُرَى ثَمُودَ. وَقَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ: قَالَ عِكْرِمَةُ: أَصْحَابُ الرَّسِّ بِفَلْجٍ، وَهُمْ أَصْحَابُ يس. وَقَالَ قَتَادَةُ: فَلْجٌ مِنْ قُرَى الْيَمَامَةِ. وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عمرو بن أبي عاصم حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا شَبِيبُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ وَأَصْحابَ الرَّسِّ قَالَ: بِئْرٌ بأذربيجان. وقال الثَّوْرِيُّ عَنْ أَبِي بُكَيْرٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ: الرَّسُّ بِئْرٌ رَسَوْا فِيهَا نَبِيَّهَمْ ، أَيْ دَفَنُوهُ بِهَا.
Firman Allah Swt.:
{وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ}
dan (Kami binasakan) kaum 'Ad dan Samud dan penduduk Rass. (Al-Furqan: 38)
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan kisah mengenai kaum Ad dan kaum Samud bukan hanya dalam satu surat, seperti dalam surat Al-A'raf, sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam pembahasan ini.
Adapun mengenai penduduk Rass, menurut Ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa mereka adalah penduduk suatu kota dari kalangan kaum Samud. Ibnu Juraij mengatakan, Ikrimah pernah mengatakan bahwa penduduk Rass bertempat tinggal di Falj, mereka adalah penduduk Yasin. Qatadah mengatakan bahwa Falj termasuk salah satu kota yang terletak di Yamamah.
وقال ابن جرير: لَا يَجُوزُ أَنْ يُحْمَلَ هَؤُلَاءِ عَلَى أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الرَّسِّ الَّذِينَ ذُكِرُوا فِي الْقُرْآنِ، لِأَنَّ اللَّهَ أَخْبَرَ عَنْهُمْ أَنَّهُ أَهْلَكَهُمْ، وَهَؤُلَاءِ قَدْ بَدَا لَهُمْ فَآمَنُوا بِنَبِيِّهِمْ اللَّهُمَّ إِلَّا أَنْ يَكُونَ حَدَثَ لَهُمْ أَحْدَاثٌ آمَنُوا بِالنَّبِيِّ بَعْدَ هَلَاكِ آبَائِهِمْ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ. وَاخْتَارَ ابْنُ جَرِيرٍ أَنَّ الْمُرَادَ بِأَصْحَابِ الرَّسِّ هُمْ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ الَّذِينَ ذُكِرُوا فِي سُورَةِ الْبُرُوجِ، فَاللَّهُ أَعْلَمُ
Ibnu Jarir mengatakan, tidak boleh menakwilkan bahwa mereka adalah penduduk Rass yang disebut di dalam Al-Qur'an, karena Allah telah menceritakan perihal mereka: bahwa Allah telah membinasakan mereka, sedangkan yang disebut di dalam hadis ini mereka beriman dan percaya kepada nabinya. Terkecuali jika ditakwilkan bahwa peristiwa itu terjadi setelah bapak² mereka binasa, lalu keturunannya beriman kepada nabi mereka.
➖➖➖➖➖
قوم تبع:
📚[Tafsir Ibnu Katsir, surat Ad-Dukhan: 37]:
أَهُمْ خَيْرٌ أَمْ قَوْمُ تُبَّعٍ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ أَهْلَكْنَاهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (37)
Apakah mereka (kaum musyrik) yang lebih baik ataukah kaum Tubba' dan orang² sebelum mereka. Kami telah membinasakan mereka, karena sesungguhnya mereka adalah orang² yang berdosa
{Ad-Dukhan: 37}
وَقَالَ الطَّبَرَانِيُّ:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ الْأَبَّارُ، حَدَّثَنَا أحمد بن محمد بن أبي برزة، حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
«لَا تَسُبُّوا تُبَّعًا فَإِنَّهُ قَدْ أَسْلَمَ» وَقَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَيْضًا: أَخْبَرْنَا مَعْمَرٌ عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنِ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ما أدري تبع نبيا كان لعينا أَمْ غَيْرَ نَبِيٍّ» وَتَقَدَّمَ بِهَذَا السَّنَدِ مِنْ رِوَايَةِ ابْنِ أَبِي حَاتِمٍ كَمَا أَوْرَدَهُ ابْنُ عَسَاكِرَ «لَا أَدْرِي تُبَّعٌ كَانَ لَعِينًا أَمْ لَا» فَاللَّهُ أَعْلَمُ وَرَوَاهُ ابْنُ عَسَاكِرَ مِنْ طَرِيقِ زَكَرِيَّا بْنِ يَحْيَى الْبَدِّيِّ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ مَوْقُوفًا. وَقَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا عِمْرَانُ أَبُو الْهُذَيْلِ، أَخْبَرَنِي تَمِيمُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: قَالَ عَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ لَا تَسُبُّوا تُبَّعًا فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ سَبِّهِ، والله تعالى أعلم.
Imam Tabrani mengatakan: telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali Al-Abar, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Abu Barzah, telah menceritakan kepada kami Muammal ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sammak ibnu Harb, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi ﷺ, yang telah bersabda: Janganlah kalian mencaci Tubba', karena sesungguhnya dia adalah orang Islam.
Abdur Razzaq mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ibnu Abu Zi-b, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ, pernah bersabda: apakah Tubba' seorang nabi ataukah bukan?
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan melalui sanad ini dalam riwayat Ibnu Abu Hatim hal yang sama dengan apa yang diketengahkan oleh Ibnu Asakir, yaitu: Aku tidak mengetahui apakah Tubba' seorang yang dilaknat ataukah bukan?
Hanya Allahlah yang Maha Mengetahui kebenarannya. Ibnu Asakir telah meriwayatkan hal ini melalui jalur Zakaria ibnu Yahya Al-Madani, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas secara mauquf.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imran alias Abul Huzail, telah menceritakan kepadaku Tamim ibnu Abdur Rahman yang mengatakan bahwa Ata ibnu Abu Rabbah pernah mengatakan: Janganlah kalian mencaci Tubba', karena sesungguhnya Rasulullah ﷺ, telah melarang mencacinya.
Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Assalamu'alaikum
Di dalam Al Qur'an ada kata اصحاب الرس dan قوم تبع masing masing di ulang 2 kali ..
siapa meraka ini?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
اصحاب الرس
📚[Tafsir Ibnu Katsir, Surat al-Furqan: 38]:
وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا (38)
kaum Ad dan Samud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi² di antara kaum² tersebut. {Al-Furqan: 38}
وقوله تعالى: وَعاداً وَثَمُودَ وَأَصْحابَ الرَّسِّ قَدْ تَقَدَّمَ الْكَلَامُ عَلَى قِصَّتَيْهِمَا فِي غَيْرِ ما سورة، كسورة الْأَعْرَافِ بِمَا أَغْنَى عَنِ الْإِعَادَةِ. وَأَمَّا أَصْحَابُ الرَّسِّ، فَقَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: هُمْ أَهْلُ قَرْيَةٍ مِنْ قُرَى ثَمُودَ. وَقَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ: قَالَ عِكْرِمَةُ: أَصْحَابُ الرَّسِّ بِفَلْجٍ، وَهُمْ أَصْحَابُ يس. وَقَالَ قَتَادَةُ: فَلْجٌ مِنْ قُرَى الْيَمَامَةِ. وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عمرو بن أبي عاصم حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا شَبِيبُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ وَأَصْحابَ الرَّسِّ قَالَ: بِئْرٌ بأذربيجان. وقال الثَّوْرِيُّ عَنْ أَبِي بُكَيْرٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ: الرَّسُّ بِئْرٌ رَسَوْا فِيهَا نَبِيَّهَمْ ، أَيْ دَفَنُوهُ بِهَا.
Firman Allah Swt.:
{وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ}
dan (Kami binasakan) kaum 'Ad dan Samud dan penduduk Rass. (Al-Furqan: 38)
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan kisah mengenai kaum Ad dan kaum Samud bukan hanya dalam satu surat, seperti dalam surat Al-A'raf, sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam pembahasan ini.
Adapun mengenai penduduk Rass, menurut Ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa mereka adalah penduduk suatu kota dari kalangan kaum Samud. Ibnu Juraij mengatakan, Ikrimah pernah mengatakan bahwa penduduk Rass bertempat tinggal di Falj, mereka adalah penduduk Yasin. Qatadah mengatakan bahwa Falj termasuk salah satu kota yang terletak di Yamamah.
وقال ابن جرير: لَا يَجُوزُ أَنْ يُحْمَلَ هَؤُلَاءِ عَلَى أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الرَّسِّ الَّذِينَ ذُكِرُوا فِي الْقُرْآنِ، لِأَنَّ اللَّهَ أَخْبَرَ عَنْهُمْ أَنَّهُ أَهْلَكَهُمْ، وَهَؤُلَاءِ قَدْ بَدَا لَهُمْ فَآمَنُوا بِنَبِيِّهِمْ اللَّهُمَّ إِلَّا أَنْ يَكُونَ حَدَثَ لَهُمْ أَحْدَاثٌ آمَنُوا بِالنَّبِيِّ بَعْدَ هَلَاكِ آبَائِهِمْ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ. وَاخْتَارَ ابْنُ جَرِيرٍ أَنَّ الْمُرَادَ بِأَصْحَابِ الرَّسِّ هُمْ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ الَّذِينَ ذُكِرُوا فِي سُورَةِ الْبُرُوجِ، فَاللَّهُ أَعْلَمُ
Ibnu Jarir mengatakan, tidak boleh menakwilkan bahwa mereka adalah penduduk Rass yang disebut di dalam Al-Qur'an, karena Allah telah menceritakan perihal mereka: bahwa Allah telah membinasakan mereka, sedangkan yang disebut di dalam hadis ini mereka beriman dan percaya kepada nabinya. Terkecuali jika ditakwilkan bahwa peristiwa itu terjadi setelah bapak² mereka binasa, lalu keturunannya beriman kepada nabi mereka.
➖➖➖➖➖
قوم تبع:
📚[Tafsir Ibnu Katsir, surat Ad-Dukhan: 37]:
أَهُمْ خَيْرٌ أَمْ قَوْمُ تُبَّعٍ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ أَهْلَكْنَاهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (37)
Apakah mereka (kaum musyrik) yang lebih baik ataukah kaum Tubba' dan orang² sebelum mereka. Kami telah membinasakan mereka, karena sesungguhnya mereka adalah orang² yang berdosa
{Ad-Dukhan: 37}
وَقَالَ الطَّبَرَانِيُّ:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ الْأَبَّارُ، حَدَّثَنَا أحمد بن محمد بن أبي برزة، حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
«لَا تَسُبُّوا تُبَّعًا فَإِنَّهُ قَدْ أَسْلَمَ» وَقَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَيْضًا: أَخْبَرْنَا مَعْمَرٌ عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنِ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ما أدري تبع نبيا كان لعينا أَمْ غَيْرَ نَبِيٍّ» وَتَقَدَّمَ بِهَذَا السَّنَدِ مِنْ رِوَايَةِ ابْنِ أَبِي حَاتِمٍ كَمَا أَوْرَدَهُ ابْنُ عَسَاكِرَ «لَا أَدْرِي تُبَّعٌ كَانَ لَعِينًا أَمْ لَا» فَاللَّهُ أَعْلَمُ وَرَوَاهُ ابْنُ عَسَاكِرَ مِنْ طَرِيقِ زَكَرِيَّا بْنِ يَحْيَى الْبَدِّيِّ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ مَوْقُوفًا. وَقَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا عِمْرَانُ أَبُو الْهُذَيْلِ، أَخْبَرَنِي تَمِيمُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: قَالَ عَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ لَا تَسُبُّوا تُبَّعًا فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ سَبِّهِ، والله تعالى أعلم.
Imam Tabrani mengatakan: telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali Al-Abar, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Abu Barzah, telah menceritakan kepada kami Muammal ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sammak ibnu Harb, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi ﷺ, yang telah bersabda: Janganlah kalian mencaci Tubba', karena sesungguhnya dia adalah orang Islam.
Abdur Razzaq mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ibnu Abu Zi-b, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ, pernah bersabda: apakah Tubba' seorang nabi ataukah bukan?
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan melalui sanad ini dalam riwayat Ibnu Abu Hatim hal yang sama dengan apa yang diketengahkan oleh Ibnu Asakir, yaitu: Aku tidak mengetahui apakah Tubba' seorang yang dilaknat ataukah bukan?
Hanya Allahlah yang Maha Mengetahui kebenarannya. Ibnu Asakir telah meriwayatkan hal ini melalui jalur Zakaria ibnu Yahya Al-Madani, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas secara mauquf.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imran alias Abul Huzail, telah menceritakan kepadaku Tamim ibnu Abdur Rahman yang mengatakan bahwa Ata ibnu Abu Rabbah pernah mengatakan: Janganlah kalian mencaci Tubba', karena sesungguhnya Rasulullah ﷺ, telah melarang mencacinya.
Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
146} Hukum minum air saat khutbah sedang berlangsung
PERTANYAAN:
Ada pertanyaan...!!!
Saat Khotib Jum'at membacakan khutbahnya...
Biasanya di sediakan air (Aqua) untuk nya...
Dan banyak yg meminumnya di saat duduk diantara 2 khutbah...
👆🏼 bagaimana hukum nya...
(Minum atau meminum air saat itu...?)
Syukron jazaakumulloh...
🙏🏼🙏🏼🙏🏼
JAWABAN:
Saat khutbah sedang berlangsung, kita dituntut untuk diam dan menyimak isi khutbah yang sedang disampaikan oleh khatib.
Lantas bagaimana hukumnya minum saat sedang berkhutbah atau saat sedang mendengarkan khutbah..??
Menurut Imam an-Nawawi jika meminum air karena faktor kehausan maka tidak masalah. Namun bila meminum air karena sekedar faktor berenak-enakan (taladzudz) maka hukumnya Makruh. Hukum tersebut berlaku bagi jamaah yang sedang mendengar khutbah maupun khatib yang sedang berkhutbah.
📚[Al Majmu Syarah Muhadzdzab. Juz. 4/ Hal 401]:
(الحادية عشرة) يستحب للقوم أن يقبلوا علي الخطيب مستمعين ولا يشتغلوا بغيره حتي قال أصحابنا يكره لهم شرب الماء للتلذذ ولا بأس يشربه للعطش للقوم والخطيب هذا مذهبنا
Ada pertanyaan...!!!
Saat Khotib Jum'at membacakan khutbahnya...
Biasanya di sediakan air (Aqua) untuk nya...
Dan banyak yg meminumnya di saat duduk diantara 2 khutbah...
👆🏼 bagaimana hukum nya...
(Minum atau meminum air saat itu...?)
Syukron jazaakumulloh...
🙏🏼🙏🏼🙏🏼
JAWABAN:
Saat khutbah sedang berlangsung, kita dituntut untuk diam dan menyimak isi khutbah yang sedang disampaikan oleh khatib.
Lantas bagaimana hukumnya minum saat sedang berkhutbah atau saat sedang mendengarkan khutbah..??
Menurut Imam an-Nawawi jika meminum air karena faktor kehausan maka tidak masalah. Namun bila meminum air karena sekedar faktor berenak-enakan (taladzudz) maka hukumnya Makruh. Hukum tersebut berlaku bagi jamaah yang sedang mendengar khutbah maupun khatib yang sedang berkhutbah.
📚[Al Majmu Syarah Muhadzdzab. Juz. 4/ Hal 401]:
(الحادية عشرة) يستحب للقوم أن يقبلوا علي الخطيب مستمعين ولا يشتغلوا بغيره حتي قال أصحابنا يكره لهم شرب الماء للتلذذ ولا بأس يشربه للعطش للقوم والخطيب هذا مذهبنا
145} Hati Nabi ﷺ Tidak pernah tidur.
PERTANYAAN:
ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
Apa betul Nabi SAW kalo tidur tapi hatinya tidak ikut tudur?
atas jawabannya kami ucapkan banyak terima kasih.
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikukus Salam
Iya benar bahwa Nabi ﷺ, ketika tidur kemudian Nabi bangun untuk mengerjakan shalat dan Nabi tidak berwudhu lagi, karena baginda Nabi ﷺ, di saat tidur dan wudhu beliau tidak batal, mata beliau tidur tapi hati beliau tidak ikut tidur. Dan jika keluar hadats dalam tidur, beliau merasakannya, berbeda dengan manusia lainnya.
📚[Syarah Shahih Muslim bi Syarhin Nawawy. Juz. 2/ Hal. 44_45]:
قَوْله : ( ثُمَّ اِضْطَجَعَ فَنَامَ حَتَّى نَفَخَ فَقَامَ فَصَلَّى وَلَمْ يَتَوَضَّأ ) هذا من خصائصه صلي الله عليه وسلم أن نومه مضطجعا لا ينقض الوضوء لأن عينيه تنامان ولا ينام قلبه فلو خرج حدث لأحس به بخلاف غيره من الناس
➖➖➖➖➖
KEISTIMEWAAN NABI MUHAMMAD ﷺ
~ لم يحتلم قط طه مطلقا أبدا
"Nabi Muhammad ﷺ. tidak pernah ihtilam/bermimpi basah sepanjang hidupnya"
~ وما تثاءب أصلا فی مدی الزمن
"Dan beliau tidak pernah menguap satu kalipun"
~ منه الدواب فلم تهرب ولم وقعت
"Binatang-binatang tidak lari ketika Nabi Muhammad lewat ataupun mendekat"
~ ذبابة أبدا فی جسمه الحسن
"Tak pernah seekor lalat pun hinggap di tubuh beliau yg indah"
~ بخلفه گأمام رؤية ثبتت
"Beliau mampu melihat belakang dgn jelas sebagaimana beliau melihat depan"
~ ولا يری أثر بول منه فی علن
"Dan ketika buang hajat tak ada bekasnya sama sekali"
~ وقلبه لم ينم والعين قد نعست
"Hatinya tidak pernah tertidur, walau matanya terpejam"
~ ولا يری ظله فی الشمس ذو فطن
"Tidak memiliki bayangan meski sedang berjalan di bawah terik matahari"
~ گتفاه قد علتا قوما إذا جلسوا
"Ketika duduk di majelis dua pundaknya selalu lebih tinggi dari para sahabat lainnya"
~ عند الولادة صف ياذا بمختتن
"Dilahirkan ke dunia beliau sudah dalam keadaan berkhitan"
~ هذه الخصائص فاحفظها تکن امنا
"Inilah 10 kekhususan pada Nabi ﷺ."
~ من شر نار وسراق ومن محن
"Maka hafalkanlah agar selamat dari kebakaran, pencurian dan bencana".
📚[Maraqi al-‘Ubudiyah Syarah Bidayatil Hidayah. Hal. 3]
ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
Apa betul Nabi SAW kalo tidur tapi hatinya tidak ikut tudur?
atas jawabannya kami ucapkan banyak terima kasih.
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikukus Salam
Iya benar bahwa Nabi ﷺ, ketika tidur kemudian Nabi bangun untuk mengerjakan shalat dan Nabi tidak berwudhu lagi, karena baginda Nabi ﷺ, di saat tidur dan wudhu beliau tidak batal, mata beliau tidur tapi hati beliau tidak ikut tidur. Dan jika keluar hadats dalam tidur, beliau merasakannya, berbeda dengan manusia lainnya.
📚[Syarah Shahih Muslim bi Syarhin Nawawy. Juz. 2/ Hal. 44_45]:
قَوْله : ( ثُمَّ اِضْطَجَعَ فَنَامَ حَتَّى نَفَخَ فَقَامَ فَصَلَّى وَلَمْ يَتَوَضَّأ ) هذا من خصائصه صلي الله عليه وسلم أن نومه مضطجعا لا ينقض الوضوء لأن عينيه تنامان ولا ينام قلبه فلو خرج حدث لأحس به بخلاف غيره من الناس
➖➖➖➖➖
KEISTIMEWAAN NABI MUHAMMAD ﷺ
~ لم يحتلم قط طه مطلقا أبدا
"Nabi Muhammad ﷺ. tidak pernah ihtilam/bermimpi basah sepanjang hidupnya"
~ وما تثاءب أصلا فی مدی الزمن
"Dan beliau tidak pernah menguap satu kalipun"
~ منه الدواب فلم تهرب ولم وقعت
"Binatang-binatang tidak lari ketika Nabi Muhammad lewat ataupun mendekat"
~ ذبابة أبدا فی جسمه الحسن
"Tak pernah seekor lalat pun hinggap di tubuh beliau yg indah"
~ بخلفه گأمام رؤية ثبتت
"Beliau mampu melihat belakang dgn jelas sebagaimana beliau melihat depan"
~ ولا يری أثر بول منه فی علن
"Dan ketika buang hajat tak ada bekasnya sama sekali"
~ وقلبه لم ينم والعين قد نعست
"Hatinya tidak pernah tertidur, walau matanya terpejam"
~ ولا يری ظله فی الشمس ذو فطن
"Tidak memiliki bayangan meski sedang berjalan di bawah terik matahari"
~ گتفاه قد علتا قوما إذا جلسوا
"Ketika duduk di majelis dua pundaknya selalu lebih tinggi dari para sahabat lainnya"
~ عند الولادة صف ياذا بمختتن
"Dilahirkan ke dunia beliau sudah dalam keadaan berkhitan"
~ هذه الخصائص فاحفظها تکن امنا
"Inilah 10 kekhususan pada Nabi ﷺ."
~ من شر نار وسراق ومن محن
"Maka hafalkanlah agar selamat dari kebakaran, pencurian dan bencana".
📚[Maraqi al-‘Ubudiyah Syarah Bidayatil Hidayah. Hal. 3]
144} Shalat jum'at tanpa izin penguasa
PERTANYAAN:
Assalamualaikum
apa hukumnya sholat jumat diam2? dipapan masjid diumumkan masjid ditutup akan tetapi sebagian warga sekitar ada yg melaksanakan sholat jum'at diam2 di masjid tersebut
Sah kah sholat jum'at tanpa izin penguasa.?
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Dalam madzhab imam Syafi'i Sah Jum'atannya walau tanpa izin penguasa, baik penguasa berada di tempat atau tidak. Dan ini pendapat yang di ceritakan oleh ibnu mundzir dari imam Malik, Ahmad, Ishaq, dan abu tsur.
📚[Al-Majmu' Syarah Muhadzab. Juz. 4/ Hal 583_584]:
مذهبنا أنها تصح بغير إذنه وحضوره، وسواء كان السلطان في البلد أم لا، وحكاه ابن المنذر عن مالك، وأحمد، وإسحاق، وأبي ثور
كون الناس في الأعصار يقيمون الجمعة بإذن السلطان لا يلزم منه بطلانها إذا أقيمت بغير إذنه، وقولهم: يؤدي إلى فتنة لا نسلمه؛ لأن الافتئات المؤدي إلى فتنة إنما يكون في الأمور العظام، وليست الجمعة مما تؤدي إلى فتنة
Assalamualaikum
apa hukumnya sholat jumat diam2? dipapan masjid diumumkan masjid ditutup akan tetapi sebagian warga sekitar ada yg melaksanakan sholat jum'at diam2 di masjid tersebut
Sah kah sholat jum'at tanpa izin penguasa.?
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Dalam madzhab imam Syafi'i Sah Jum'atannya walau tanpa izin penguasa, baik penguasa berada di tempat atau tidak. Dan ini pendapat yang di ceritakan oleh ibnu mundzir dari imam Malik, Ahmad, Ishaq, dan abu tsur.
📚[Al-Majmu' Syarah Muhadzab. Juz. 4/ Hal 583_584]:
مذهبنا أنها تصح بغير إذنه وحضوره، وسواء كان السلطان في البلد أم لا، وحكاه ابن المنذر عن مالك، وأحمد، وإسحاق، وأبي ثور
كون الناس في الأعصار يقيمون الجمعة بإذن السلطان لا يلزم منه بطلانها إذا أقيمت بغير إذنه، وقولهم: يؤدي إلى فتنة لا نسلمه؛ لأن الافتئات المؤدي إلى فتنة إنما يكون في الأمور العظام، وليست الجمعة مما تؤدي إلى فتنة
143} Hukum shalat bagi orang yang tidak mendapatkan air dan tanah
PERTANYAAN:
Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh.
tanya ustadz dan ustadzah,
Bagaiman cara bersuci orang yang tidak bisa menggunakan air dan tanah untuk tayamum seperti tenaga kesehatan di tengah aktivitas penanganan pasien Covid-19 tetap wajib shalatkah meski tanpa bersuci?
mohon disertai ibaratnya, terimakasih.
.....
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Menurut madzhab Hanafi dan Syafi'i hukumnya tetap wajib shalat untuk lihurmatil waqti namun jika keadaan sudah memungkinkan wajib mengulang lagi shalatnya.
Dan tidak wajib mengulang menurut madzhab Hanbali.
Menurut madzhab Maliki shalatnya gugur.
Reff:
حكم فاقد الطهورين: فاقد الطهورين هو الذي لم يجد ماء ولا صعيدا يتيمم به , كأن حبس في مكان ليس فيه واحد منهما , أو في موضع نجس ليس فيه ما يتيمم به , وكان محتاجا للماء الذي معه لعطش , وكالمصلوب وراكب سفينة لا يصل إلى الماء , وكمن لا يستطيع الوضوء ولا التيمم لمرض ونحوه . فذهب جمهور العلماء إلى أن صلاة فاقد الطهورين واجبة لحرمة الوقت ولا تسقط عنه مع وجوب إعادتها عند الحنفية والشافعية , ولا تجب إعادتها عند الحنابلة , أما عند المالكية فإن الصلاة عنه ساقطة على المعتمد من المذهب أداء وقضاء.
Orang yang tidak mendapatkan air dan tanah untuk bertayammum, seperti orang yang di penjara di suatu tempat yang tidak mempunyai air dan tanah atau pada tempat najis yang tidak diperdapatkan tanah suci yang bisa bertayammum sedangkan air dibutuhkan untuk minum, dan seperti orang yang di salib, dan pengendara kapal laut yang tidak mungkin mencapai air, dan orang yang tidak sanggup berwudhu dan tayammum karena sakit dan seumpamanya, maka menurut jumhur ulama orang tersebut tetap wajib melakukan shalat li hurmatil waqti (shalat hormat waktu) dan shalat itu belum di anggap gugur sehingga di ulang lagi pada saat sudah memungkinkan menurut madzhab Hanafi dan Syafi'i. Menurut madzhab Hanabi tidak wajib di ulang. Dan menurut pendapat kuat dalam madzhab Maliki tidak wajib shalat hormat waktu namun shalatnya menjadi gugur, baik shalat tunai maupun qadha.
📚[Al-Mausu'atul Fiqhiyah Al Kuwaitiyah. Juz. 14/ Hal. 273]
Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh.
tanya ustadz dan ustadzah,
Bagaiman cara bersuci orang yang tidak bisa menggunakan air dan tanah untuk tayamum seperti tenaga kesehatan di tengah aktivitas penanganan pasien Covid-19 tetap wajib shalatkah meski tanpa bersuci?
mohon disertai ibaratnya, terimakasih.
.....
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Menurut madzhab Hanafi dan Syafi'i hukumnya tetap wajib shalat untuk lihurmatil waqti namun jika keadaan sudah memungkinkan wajib mengulang lagi shalatnya.
Dan tidak wajib mengulang menurut madzhab Hanbali.
Menurut madzhab Maliki shalatnya gugur.
Reff:
حكم فاقد الطهورين: فاقد الطهورين هو الذي لم يجد ماء ولا صعيدا يتيمم به , كأن حبس في مكان ليس فيه واحد منهما , أو في موضع نجس ليس فيه ما يتيمم به , وكان محتاجا للماء الذي معه لعطش , وكالمصلوب وراكب سفينة لا يصل إلى الماء , وكمن لا يستطيع الوضوء ولا التيمم لمرض ونحوه . فذهب جمهور العلماء إلى أن صلاة فاقد الطهورين واجبة لحرمة الوقت ولا تسقط عنه مع وجوب إعادتها عند الحنفية والشافعية , ولا تجب إعادتها عند الحنابلة , أما عند المالكية فإن الصلاة عنه ساقطة على المعتمد من المذهب أداء وقضاء.
Orang yang tidak mendapatkan air dan tanah untuk bertayammum, seperti orang yang di penjara di suatu tempat yang tidak mempunyai air dan tanah atau pada tempat najis yang tidak diperdapatkan tanah suci yang bisa bertayammum sedangkan air dibutuhkan untuk minum, dan seperti orang yang di salib, dan pengendara kapal laut yang tidak mungkin mencapai air, dan orang yang tidak sanggup berwudhu dan tayammum karena sakit dan seumpamanya, maka menurut jumhur ulama orang tersebut tetap wajib melakukan shalat li hurmatil waqti (shalat hormat waktu) dan shalat itu belum di anggap gugur sehingga di ulang lagi pada saat sudah memungkinkan menurut madzhab Hanafi dan Syafi'i. Menurut madzhab Hanabi tidak wajib di ulang. Dan menurut pendapat kuat dalam madzhab Maliki tidak wajib shalat hormat waktu namun shalatnya menjadi gugur, baik shalat tunai maupun qadha.
📚[Al-Mausu'atul Fiqhiyah Al Kuwaitiyah. Juz. 14/ Hal. 273]
142} Ciri-ciri meninggal husnul khatimah dan suul khatimah
PERTANYAAN:
السلام عليكم استاذ
Ustadz gimana ciri-ciri meninggal khusnul khatimah dan su'ul khatimah....?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Termasuk tanda² kebahagiaan ketika kematian tiba adalah:
1) Dahinya berkeringat.
2) Air matanya bercucuran.
3) Lubang hidungnya mengembang.
Termasuk tanda² adzab ketika kematian tiba adalah:
1) mengeluarkan suara seperti suara anak unta terceklik.
2) warna kulitnya berubah kebiru²an.
3) mengeluarkan buih dari kedua rahangnya.
عن بريدة رضي اللّٰه عنه أن النبي ﷺ قال : «المؤمن يموت بعرق الجبين» رواه الثلاثة، وصححه ابن حبان.
Diriwayatkan dari Buraidah RA, bahwa sesungguhnya Nabi ﷺ Bersabda: "Orang yang beriman itu mati dengan peluh pada dahi." (HR Atssalatsah, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
المعنى الإجمالي:
وصف النبي ﷺ كيفية موت المؤمن وبيّن شدته عليه تمحيصا لبقية ذنوبه ورفعة لدرجاته فهو عند النزع يكابد شدته حتى يرعق جبنته فتفيد روحه، ويحتمل أن يكون المراد وصف حالة المؤمن عند طلب الحلال وتحمل أعباء الإكتساب، حتى يعرق جبنته من السعي لذلك مع قيامه بعبادة ربه فلا تلهيه تجارته ولا بيعه عنها، وعلى هذا المعنى يكون المراد وصف حالة المؤمن المكتسب الطائع عند ما ينزل به الموت مفاجئا.
Makna Ijmali:
Nabi ﷺ mensifati bagaimana seseorang yang beriman itu mati. Nabi ﷺ menjelaskan bahwa kesengsaraan yang dialaminya merupakan pembersihan terhadap dosa² dan pengangkatan derajatnya. Mereka yang sedang sakaratul maut mengalami penderitaan yang dahsyat hingga keningnya berkeringat, lalu keluarlah ruhnya. Adapun maksud dari Hadist ini ialah diarahkan pada gambaran tentang seseorang yang beriman ketika mencari harta yang halal dan kesabarannya dalam menanggung beban² pekerjaan hingga keningnya berpeluh karena kerja kerasnya, serta tetap melaksanakan ibadah kepada Rabnya. Jadi aktivitas perniagaan dan jual beli ini tidaklah memalingkannya kepada Rabnya. Dan atas makna inilah tergambarkan bagaimana tentang keadaan seorang mukmin berusaha untuk taat hingga maut datang menjemputnya secara tiba².
فقه الحديث:
للموت وسكراته والحياة ومتاعبها شدة يندَى لها الجبين، نسأل اللّٰه أن يعيننا في الحياة ويثبتنا عند النزع الأخير.
Fiqh Hadist:
Maut dan sakaratul mautnya, kehidupan dan segala jerih payahnya adalah sebuah kesukaran yang dapat menjadikan kening menjadi basah saat ajal menjemput. Kita momohon kepada Allah SWT, semoga Dia tetap memberikan pertolongannya kepada kita ketika hidup, dan menetapkan kita dalam keimanan ketika telah datang sakaratul maut.
📚[Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram. Juz. 2/ Hal. 149 Darul Fikri]
➖➖➖➖➖
📚[Nihayatuz Zain. Hal. 147 Dar Ihya]:
ومن علامات السعادة عند الموت عرق الجبين وذرف العين وانتشار المنخر
روي عن سلمان الفارسي رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ارقبوا الميت عند موته ثلاثا
إن رشح جبينه وذرفت عيناه وانتشر منخراه فهو رحمة من الله قد نزلت به وإن غط غطيط البكر المخنوق وأخمد لونه وأزبد شدقاه فهو عذاب من الله قد حل به
Termasuk tanda² kebahagiaan ketika kematian tiba adalah:
1) Dahinya berkeringat.
2) Air matanya bercucuran.
3) Lubang hidungnya mengembang.
Diriwayatkan dari Salman Alfarisi Radhiyallahu anhu ia berkata: aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda :
"Telitilah keadaan mayit ketika maut menjemputnya, apabila dahinya berkeringat, air matanya bercucuran dan lubang hidungnya mengembang, maka Rahmat Allah telah turun kepadanya.
Dan apabila mengeluarkan suara seperti suara anak unta tercekik, atau warna kulitnya berubah kebiru²an atau mengeluarkan buih dari kedua rahangnya maka adzab Allah sungguh telah menimpa dirinya."
وقد تظهر العلامات الثلاث وقد تظهر واحدة أو ثنتان بحسب تفاوت الناس في الأعمال
وأما علامة ذلك في حال الصحة فتوفيقه للعمل بالسنة على قدر الطاقة
Ketiga tanda² ini terkadang nampak semua atau satu atau dua saja tergantung sedikit banyaknya manusia dalam berprilaku/ beramal.
Adapun tanda² diatas ketika dalam keadaan sehat maka itu adalah taufik untuk melakukan amal kesunahan sekuat tenaga.
السلام عليكم استاذ
Ustadz gimana ciri-ciri meninggal khusnul khatimah dan su'ul khatimah....?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Termasuk tanda² kebahagiaan ketika kematian tiba adalah:
1) Dahinya berkeringat.
2) Air matanya bercucuran.
3) Lubang hidungnya mengembang.
Termasuk tanda² adzab ketika kematian tiba adalah:
1) mengeluarkan suara seperti suara anak unta terceklik.
2) warna kulitnya berubah kebiru²an.
3) mengeluarkan buih dari kedua rahangnya.
عن بريدة رضي اللّٰه عنه أن النبي ﷺ قال : «المؤمن يموت بعرق الجبين» رواه الثلاثة، وصححه ابن حبان.
Diriwayatkan dari Buraidah RA, bahwa sesungguhnya Nabi ﷺ Bersabda: "Orang yang beriman itu mati dengan peluh pada dahi." (HR Atssalatsah, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
المعنى الإجمالي:
وصف النبي ﷺ كيفية موت المؤمن وبيّن شدته عليه تمحيصا لبقية ذنوبه ورفعة لدرجاته فهو عند النزع يكابد شدته حتى يرعق جبنته فتفيد روحه، ويحتمل أن يكون المراد وصف حالة المؤمن عند طلب الحلال وتحمل أعباء الإكتساب، حتى يعرق جبنته من السعي لذلك مع قيامه بعبادة ربه فلا تلهيه تجارته ولا بيعه عنها، وعلى هذا المعنى يكون المراد وصف حالة المؤمن المكتسب الطائع عند ما ينزل به الموت مفاجئا.
Makna Ijmali:
Nabi ﷺ mensifati bagaimana seseorang yang beriman itu mati. Nabi ﷺ menjelaskan bahwa kesengsaraan yang dialaminya merupakan pembersihan terhadap dosa² dan pengangkatan derajatnya. Mereka yang sedang sakaratul maut mengalami penderitaan yang dahsyat hingga keningnya berkeringat, lalu keluarlah ruhnya. Adapun maksud dari Hadist ini ialah diarahkan pada gambaran tentang seseorang yang beriman ketika mencari harta yang halal dan kesabarannya dalam menanggung beban² pekerjaan hingga keningnya berpeluh karena kerja kerasnya, serta tetap melaksanakan ibadah kepada Rabnya. Jadi aktivitas perniagaan dan jual beli ini tidaklah memalingkannya kepada Rabnya. Dan atas makna inilah tergambarkan bagaimana tentang keadaan seorang mukmin berusaha untuk taat hingga maut datang menjemputnya secara tiba².
فقه الحديث:
للموت وسكراته والحياة ومتاعبها شدة يندَى لها الجبين، نسأل اللّٰه أن يعيننا في الحياة ويثبتنا عند النزع الأخير.
Fiqh Hadist:
Maut dan sakaratul mautnya, kehidupan dan segala jerih payahnya adalah sebuah kesukaran yang dapat menjadikan kening menjadi basah saat ajal menjemput. Kita momohon kepada Allah SWT, semoga Dia tetap memberikan pertolongannya kepada kita ketika hidup, dan menetapkan kita dalam keimanan ketika telah datang sakaratul maut.
📚[Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram. Juz. 2/ Hal. 149 Darul Fikri]
➖➖➖➖➖
📚[Nihayatuz Zain. Hal. 147 Dar Ihya]:
ومن علامات السعادة عند الموت عرق الجبين وذرف العين وانتشار المنخر
روي عن سلمان الفارسي رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ارقبوا الميت عند موته ثلاثا
إن رشح جبينه وذرفت عيناه وانتشر منخراه فهو رحمة من الله قد نزلت به وإن غط غطيط البكر المخنوق وأخمد لونه وأزبد شدقاه فهو عذاب من الله قد حل به
Termasuk tanda² kebahagiaan ketika kematian tiba adalah:
1) Dahinya berkeringat.
2) Air matanya bercucuran.
3) Lubang hidungnya mengembang.
Diriwayatkan dari Salman Alfarisi Radhiyallahu anhu ia berkata: aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda :
"Telitilah keadaan mayit ketika maut menjemputnya, apabila dahinya berkeringat, air matanya bercucuran dan lubang hidungnya mengembang, maka Rahmat Allah telah turun kepadanya.
Dan apabila mengeluarkan suara seperti suara anak unta tercekik, atau warna kulitnya berubah kebiru²an atau mengeluarkan buih dari kedua rahangnya maka adzab Allah sungguh telah menimpa dirinya."
وقد تظهر العلامات الثلاث وقد تظهر واحدة أو ثنتان بحسب تفاوت الناس في الأعمال
وأما علامة ذلك في حال الصحة فتوفيقه للعمل بالسنة على قدر الطاقة
Ketiga tanda² ini terkadang nampak semua atau satu atau dua saja tergantung sedikit banyaknya manusia dalam berprilaku/ beramal.
Adapun tanda² diatas ketika dalam keadaan sehat maka itu adalah taufik untuk melakukan amal kesunahan sekuat tenaga.
141} Hukum menikah maharnya uang haram
PERTANYAAN:
[Mizi]
Assalamualaikum wr wb
Tgk apakah sah nikah pakai uang haram untuk membeli emas ..mhn penjelasan
JAWABAN:
[Ishadi Al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Dalam Madzhab kita Sah hukumnya Menikah maharnya menggunakan uang haram, akan tetapi suami wajib membayar mahar mitsil bukan mahar yang ditentukan dalam 'aqad.
Dalil Madzhab kita Asy-Syafi'i yaitu: riwayat Ibnu 'Abbas, sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil." Maka dapat dipahami dengan hadits ini bahwasanya nikah tidak sah tanpa wali dan dua orang saksi. Dan dengan wujudnya wali dan dua orang saksi maka nikahnya dihukumi Sah, adapun rusaknya mahar (seperti uang hasil rampasan) maka tidak berpengaruh kepada rusaknya 'aqad.
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 9/ Hal. 394]:
مسألة
قال الشافعي: "فَلَوْ عَقَدَ بمجهولٍ أَوْ بحرامٍ ثَبَتَ النِّكَاحُ وَلَهَا مَهْرُ مِثْلِهَا".
قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ: وَهَذَا كَمَا قَالَ: إِذَا عَقَدَ النِّكَاحَ بِمَهْرٍ مَجْهُولٍ أَوْ حَرَامٍ، كَانَ النِّكَاحُ جَائِزًا وَلَهَا مَهْرُ مِثْلِهَا، وَهُوَ قَوْلُ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ.
وَقَالَ مَالِكٌ فِي أَشْهَرِ الرِّوَايَتَيْنِ عَنْهُ: إِنَّ النِّكَاحَ بَاطِلٌ بِالْمَهْرِ الْفَاسِدِ، وَإِنْ صَحَّ بِغَيْرِ مَهْرٍ مُسَمًّى.
اسْتِدْلَالًا بِنَهْيِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ عَنْ نِكَاحِ الشِّغَارِ؛ لِفَسَادِ الْمَهْرِ فِيهِ. قَالَ: وَلِأَنَّهُ عَقْدُ نِكَاحٍ بِمَهْرٍ فَاسِدٍ فَوَجَبَ أَنْ يَكُونَ بَاطِلًا كَالشِّغَارِ، وَلِأَنَّهُ عَقْدُ مُعَاوَضَةٍ بِبَدَلٍ فَاسِدٍ فَوَجَبَ أَنْ يَكُونَ بَاطِلًا كَالْبَيْعِ.
قَالَ: ولئن صح النكاح بغير مهر، لا يَمْتَنِعُ أَنْ يَبْطُلَ بِفَسَادِ الْمَهْرِ كَمَا يَصِحُّ الْبَيْعُ بِغَيْرِ أَجَلٍ وَغَيْرِ خِيَارٍ، وَيَبْطُلُ بِفَسَادِ الْأَجَلِ وَفَسَادِ الْخِيَارِ.
وَدَلِيلُنَا رِوَايَةُ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ قَالَ: "لَا نِكَاحَ إِلَّا بِوَلِيٍّ مرشدٍ وَشَاهِدَيْ عدلٍ" فَتَضَمَّنَ هَذَا الْخَبَرُ نَفْيَ النِّكَاحِ بِعِدَمِ الْوَلِيِّ وَالشَّاهِدَيْنَ، وَإِثْبَاتَ النِّكَاحِ بِوُجُودِ الْوَلِيِّ وَالشَّاهِدَيْنِ. وَهَذَا نِكَاحٌ بَوْلِيٍّ وَشَاهِدَيْنَ فَوَجَبَ أَنْ يَكُونَ صَحِيحًا.
وَلِأَنَّ فَسَادَ الْمَهْرِ لَا يُوجِبُ فَسَادَ الْعَقْدِ كَالْمَهْرِ الْمَغْصُوبِ، وَلِأَنَّ كُلَّ نِكَاحٍ صَحَّ بِالْمَهْرِ الصَّحِيحِ صَحَّ بِالْمَهْرِ الْفَاسد
[Mizi]
Assalamualaikum wr wb
Tgk apakah sah nikah pakai uang haram untuk membeli emas ..mhn penjelasan
JAWABAN:
[Ishadi Al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Dalam Madzhab kita Sah hukumnya Menikah maharnya menggunakan uang haram, akan tetapi suami wajib membayar mahar mitsil bukan mahar yang ditentukan dalam 'aqad.
Dalil Madzhab kita Asy-Syafi'i yaitu: riwayat Ibnu 'Abbas, sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil." Maka dapat dipahami dengan hadits ini bahwasanya nikah tidak sah tanpa wali dan dua orang saksi. Dan dengan wujudnya wali dan dua orang saksi maka nikahnya dihukumi Sah, adapun rusaknya mahar (seperti uang hasil rampasan) maka tidak berpengaruh kepada rusaknya 'aqad.
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 9/ Hal. 394]:
مسألة
قال الشافعي: "فَلَوْ عَقَدَ بمجهولٍ أَوْ بحرامٍ ثَبَتَ النِّكَاحُ وَلَهَا مَهْرُ مِثْلِهَا".
قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ: وَهَذَا كَمَا قَالَ: إِذَا عَقَدَ النِّكَاحَ بِمَهْرٍ مَجْهُولٍ أَوْ حَرَامٍ، كَانَ النِّكَاحُ جَائِزًا وَلَهَا مَهْرُ مِثْلِهَا، وَهُوَ قَوْلُ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ.
وَقَالَ مَالِكٌ فِي أَشْهَرِ الرِّوَايَتَيْنِ عَنْهُ: إِنَّ النِّكَاحَ بَاطِلٌ بِالْمَهْرِ الْفَاسِدِ، وَإِنْ صَحَّ بِغَيْرِ مَهْرٍ مُسَمًّى.
اسْتِدْلَالًا بِنَهْيِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ عَنْ نِكَاحِ الشِّغَارِ؛ لِفَسَادِ الْمَهْرِ فِيهِ. قَالَ: وَلِأَنَّهُ عَقْدُ نِكَاحٍ بِمَهْرٍ فَاسِدٍ فَوَجَبَ أَنْ يَكُونَ بَاطِلًا كَالشِّغَارِ، وَلِأَنَّهُ عَقْدُ مُعَاوَضَةٍ بِبَدَلٍ فَاسِدٍ فَوَجَبَ أَنْ يَكُونَ بَاطِلًا كَالْبَيْعِ.
قَالَ: ولئن صح النكاح بغير مهر، لا يَمْتَنِعُ أَنْ يَبْطُلَ بِفَسَادِ الْمَهْرِ كَمَا يَصِحُّ الْبَيْعُ بِغَيْرِ أَجَلٍ وَغَيْرِ خِيَارٍ، وَيَبْطُلُ بِفَسَادِ الْأَجَلِ وَفَسَادِ الْخِيَارِ.
وَدَلِيلُنَا رِوَايَةُ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ قَالَ: "لَا نِكَاحَ إِلَّا بِوَلِيٍّ مرشدٍ وَشَاهِدَيْ عدلٍ" فَتَضَمَّنَ هَذَا الْخَبَرُ نَفْيَ النِّكَاحِ بِعِدَمِ الْوَلِيِّ وَالشَّاهِدَيْنَ، وَإِثْبَاتَ النِّكَاحِ بِوُجُودِ الْوَلِيِّ وَالشَّاهِدَيْنِ. وَهَذَا نِكَاحٌ بَوْلِيٍّ وَشَاهِدَيْنَ فَوَجَبَ أَنْ يَكُونَ صَحِيحًا.
وَلِأَنَّ فَسَادَ الْمَهْرِ لَا يُوجِبُ فَسَادَ الْعَقْدِ كَالْمَهْرِ الْمَغْصُوبِ، وَلِأَنَّ كُلَّ نِكَاحٍ صَحَّ بِالْمَهْرِ الصَّحِيحِ صَحَّ بِالْمَهْرِ الْفَاسد
140} Hal-Hal Yang dapat menghanguskan pahala puasa
PERTANYAAN:
[Putrapurnamasahaja]
Assalmualaiku ustad
Berapa perkara yg dapat membatalkan pahala puasa? Skalian sumbernya 🙏🏻
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Dalam kitab Taqriratus Sadidah di sebutkan: ada Enam perkara yang dapat menghanguskan pahala puasa sebagaimana sabda Nabi ﷺ: "berapa banyak orang yang berpuasa tapi ia tidak mendapatkan apa² kecuali haus dan lapar"
Yang dapat menghanguskan pahala puasa:
1) Ghibah, yaitu: engkau menyebut kepada saudaramu yang muslim dengan sesuatu yang dibenci olehnya walopun yang engkau sebut itu perkara yang benar.
2) Namimah, yaitu: menyampaikankan suatu pembicaraan agar terjadi fitnah.
3) Berdusta, yaitu: memberitahukan suatu perkara tidak sesuai kejadian.
4) Memandang kepada sesuatu yang haram, atau halal tapi di barengi syahwat hingga merasakan lezad saat memandang.
5) Sumpah palsu, yaitu: bersumpah dengan cara berdusta.
6) Berbicara merekayasa/dusta dan kotor dan berkelakuan dengan perkataan tersebut.
Dalam sebuah hadits Nabi ﷺ bersabda: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan malah mengamalkannya, Maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan."
Reff:
📚[Taqriratus Sadidah. Hal. 448_449]
[Putrapurnamasahaja]
Assalmualaiku ustad
Berapa perkara yg dapat membatalkan pahala puasa? Skalian sumbernya 🙏🏻
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Dalam kitab Taqriratus Sadidah di sebutkan: ada Enam perkara yang dapat menghanguskan pahala puasa sebagaimana sabda Nabi ﷺ: "berapa banyak orang yang berpuasa tapi ia tidak mendapatkan apa² kecuali haus dan lapar"
Yang dapat menghanguskan pahala puasa:
1) Ghibah, yaitu: engkau menyebut kepada saudaramu yang muslim dengan sesuatu yang dibenci olehnya walopun yang engkau sebut itu perkara yang benar.
2) Namimah, yaitu: menyampaikankan suatu pembicaraan agar terjadi fitnah.
3) Berdusta, yaitu: memberitahukan suatu perkara tidak sesuai kejadian.
4) Memandang kepada sesuatu yang haram, atau halal tapi di barengi syahwat hingga merasakan lezad saat memandang.
5) Sumpah palsu, yaitu: bersumpah dengan cara berdusta.
6) Berbicara merekayasa/dusta dan kotor dan berkelakuan dengan perkataan tersebut.
Dalam sebuah hadits Nabi ﷺ bersabda: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan malah mengamalkannya, Maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan."
Reff:
📚[Taqriratus Sadidah. Hal. 448_449]
139} Tertelan air saat berkumur bagi orang puasa
PERTANYAAN:
Assalamualaikum ust, gimna jika orang berpuasa tertelan air ketika berkumur². Apa puasanya sah???
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Hukum tertelannya air saat berkumur bagi orang yang sedang berpuasa di rincikan:
1) Jika berkumur itu di syareatkan, seperti saat wudhu atau mandi dan tidak berlebihan saat berkumur, Maka puasanya tidak Batal. Jika berlebihan maka Batal, kerana berlebihan dalam berkumur bagi orang puasa hukumnya Makruh
2) Jika berkumur itu tidak di syareatkan, seperti memasuki air dalam mulut atau bukan karena berwudhu atau mandi, maka Batal walopun tidak berlebihan.
📚[Taqriratus Sadidah. Hal. 454]
Assalamualaikum ust, gimna jika orang berpuasa tertelan air ketika berkumur². Apa puasanya sah???
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Hukum tertelannya air saat berkumur bagi orang yang sedang berpuasa di rincikan:
1) Jika berkumur itu di syareatkan, seperti saat wudhu atau mandi dan tidak berlebihan saat berkumur, Maka puasanya tidak Batal. Jika berlebihan maka Batal, kerana berlebihan dalam berkumur bagi orang puasa hukumnya Makruh
2) Jika berkumur itu tidak di syareatkan, seperti memasuki air dalam mulut atau bukan karena berwudhu atau mandi, maka Batal walopun tidak berlebihan.
📚[Taqriratus Sadidah. Hal. 454]
Sabtu, 25 April 2020
138} Hukum meminta kembali pemberian suami isteri
PERTANYAAN:
ASSALAMU'ALAIKUM WR WB
ada tetangga sy yang brantem dalam rumah tangga dan akhirnya suaminya pun marah dan meminta kembali semua yang sudah diberikan kpd istrinya..giliran istri juga meminta kembali semua yang sdh diberikan kpd suaminya
Pertanyaan
Bolehkah meminta kembali apa yg sudah diberikan suami atau istri..........?
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Apabila istri memberikan sesuatu kepada suaminya atau suami memberi kepada istrinya, maka pemberian antara keduanya hukumnya boleh, dan salah seorang dari keduanya tidak boleh meminta kembali pemberiannya.
Berbeda dengan lelaki yang meminang seorang wanita baik yang datang meminang wanita itu dia sendiri, wakilnya atau walinya dan ia sudah memberikan sesuatu kepada calon istrinya, kemudian batal atau meninggal keduanya atau salasatunya, maka apa yang sudah diberikan calon suami boleh meminta kembali apabila belum aqad nikah, atau sudah aqad nikah tapi belum berhubungan intim atau suaminya meninggal.
tidak boleh meminta kembali jika yang meninggal istrinya atau sudah berhubungan intim.
Reff:
📚[Fathul Bari. Juz. 5/ Hal. 256]:
إذا وهبت امرأة لزوجها أو وهب الزوج لامرأته فالهبة جائزة وليس لواحد منهما أن يرجع في هبته .
➖➖➖➖➖
📚[al-Mausu'atul fiqhiyyah]:
وَقَالُوا: لَوْ دَفَعَ الْخَاطِبُ بِنَفْسِهِ أَوْ وَكِيلِهِ أَوْ وَلِيِّهِ شَيْئًا مِنْ مَأْكُولٍ، أَوْ مَشْرُوبٍ، أَوْ مَلْبُوسٍ لِمَخْطُوبَتِهِ أَوْ وَلِيِّهَا، ثُمَّ حَصَل إِعْرَاضٌ مِنَ الْجَانِبَيْنِ أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا، أَوْ مَوْتٌ لَهُمَا، أَوْ لأَِحَدِهِمَا رَجَعَ الدَّافِعُ أَوْ وَارِثُهُ بِجَمِيعِ مَا دَفَعَهُ إِنْ كَانَ قَبْل الْعَقْدِ مُطْلَقًا، وَكَذَا بَعْدَهُ إِنْ طَلَّقَ قَبْل الدُّخُول أَوْ مَاتَ، لاَ إِنْ مَاتَتْ هِيَ، وَلاَ رُجُوعَ بَعْدَ الدُّخُول مُطْلَقًا
ASSALAMU'ALAIKUM WR WB
ada tetangga sy yang brantem dalam rumah tangga dan akhirnya suaminya pun marah dan meminta kembali semua yang sudah diberikan kpd istrinya..giliran istri juga meminta kembali semua yang sdh diberikan kpd suaminya
Pertanyaan
Bolehkah meminta kembali apa yg sudah diberikan suami atau istri..........?
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Apabila istri memberikan sesuatu kepada suaminya atau suami memberi kepada istrinya, maka pemberian antara keduanya hukumnya boleh, dan salah seorang dari keduanya tidak boleh meminta kembali pemberiannya.
Berbeda dengan lelaki yang meminang seorang wanita baik yang datang meminang wanita itu dia sendiri, wakilnya atau walinya dan ia sudah memberikan sesuatu kepada calon istrinya, kemudian batal atau meninggal keduanya atau salasatunya, maka apa yang sudah diberikan calon suami boleh meminta kembali apabila belum aqad nikah, atau sudah aqad nikah tapi belum berhubungan intim atau suaminya meninggal.
tidak boleh meminta kembali jika yang meninggal istrinya atau sudah berhubungan intim.
Reff:
📚[Fathul Bari. Juz. 5/ Hal. 256]:
إذا وهبت امرأة لزوجها أو وهب الزوج لامرأته فالهبة جائزة وليس لواحد منهما أن يرجع في هبته .
➖➖➖➖➖
📚[al-Mausu'atul fiqhiyyah]:
وَقَالُوا: لَوْ دَفَعَ الْخَاطِبُ بِنَفْسِهِ أَوْ وَكِيلِهِ أَوْ وَلِيِّهِ شَيْئًا مِنْ مَأْكُولٍ، أَوْ مَشْرُوبٍ، أَوْ مَلْبُوسٍ لِمَخْطُوبَتِهِ أَوْ وَلِيِّهَا، ثُمَّ حَصَل إِعْرَاضٌ مِنَ الْجَانِبَيْنِ أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا، أَوْ مَوْتٌ لَهُمَا، أَوْ لأَِحَدِهِمَا رَجَعَ الدَّافِعُ أَوْ وَارِثُهُ بِجَمِيعِ مَا دَفَعَهُ إِنْ كَانَ قَبْل الْعَقْدِ مُطْلَقًا، وَكَذَا بَعْدَهُ إِنْ طَلَّقَ قَبْل الدُّخُول أَوْ مَاتَ، لاَ إِنْ مَاتَتْ هِيَ، وَلاَ رُجُوعَ بَعْدَ الدُّخُول مُطْلَقًا
137} Membayar fidyah dalam bentuk nasi kotak
PERTANYAAN:
Assalamualaikum
Adakah pendapat yang membolekan Membayar fidyah yang sudah dimasak dan diberikan dalam bentuk nasi kotak
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Ada ulama yang membolehkan membayar fidyah dengan cara Memasak atau membuat makanan (termasuk nasi kotak tentunya), lalu mengundang fakir miskin sejumlah hari yang ditinggalkan selama bulan Ramadhan.
Hal ini sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Sayidina Anas bin Malik رضي الله عنه ketika beliau sudah berusia senja dan tidak kuat lagi berpuasa.
Reff:
📚[Sunan Ad Daruquthni. Juz. 1/ Hal. 186]:
٢٣٦٥ـ حدثنا أحمد بن عبد الله الوكيل ، ثنا بن عرفة، ثنا روح ، نا عمران ابن حدير، عن أيوب، عن أنس ابن مالك رضي الله عنه: " أَنَّهُ ضَعُفَ عَنِ الصَّوْمِ عَامًا، فَصَنَعَ جَفْنَةً مِنْ ثَرِيدٍ، وَدَعَا ثَلاثِينَ مِسْكِينًا فَأَشْبَعَهُمْ
➖➖➖➖➖
📚[Fathul Bari. Juz. 8/ Hal. 29]:
قوله (وَأَمَّا الشَّيْخُ الْكَبِيرُ إِذَا لَمْ يُطِقْ الصِّيَامَ فَقَدْ أَطْعَمَ أَنَسٌ بَعْدَ مَا كَبِرَ عَامًا أَوْ عَامَيْنِ كُلَّ يَوْمٍ مِسْكِينًا خُبْزًا وَلَحْمًا وَأَفْطَرَ)
Assalamualaikum
Adakah pendapat yang membolekan Membayar fidyah yang sudah dimasak dan diberikan dalam bentuk nasi kotak
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Ada ulama yang membolehkan membayar fidyah dengan cara Memasak atau membuat makanan (termasuk nasi kotak tentunya), lalu mengundang fakir miskin sejumlah hari yang ditinggalkan selama bulan Ramadhan.
Hal ini sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Sayidina Anas bin Malik رضي الله عنه ketika beliau sudah berusia senja dan tidak kuat lagi berpuasa.
Reff:
📚[Sunan Ad Daruquthni. Juz. 1/ Hal. 186]:
٢٣٦٥ـ حدثنا أحمد بن عبد الله الوكيل ، ثنا بن عرفة، ثنا روح ، نا عمران ابن حدير، عن أيوب، عن أنس ابن مالك رضي الله عنه: " أَنَّهُ ضَعُفَ عَنِ الصَّوْمِ عَامًا، فَصَنَعَ جَفْنَةً مِنْ ثَرِيدٍ، وَدَعَا ثَلاثِينَ مِسْكِينًا فَأَشْبَعَهُمْ
➖➖➖➖➖
📚[Fathul Bari. Juz. 8/ Hal. 29]:
قوله (وَأَمَّا الشَّيْخُ الْكَبِيرُ إِذَا لَمْ يُطِقْ الصِّيَامَ فَقَدْ أَطْعَمَ أَنَسٌ بَعْدَ مَا كَبِرَ عَامًا أَوْ عَامَيْنِ كُلَّ يَوْمٍ مِسْكِينًا خُبْزًا وَلَحْمًا وَأَفْطَرَ)
136} Membaca shalawat sebelum membaca doa adzan
PERTANYAAN:
Assalamualaikum.
Ada doa habis adzan, apakah jg diawali dan diakhiri dengan sholawat atau tak usah??
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Sunah diawali dengan shalawat kemudian baru baca doa habis adzan.
Dalam kitab Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah disebutkan:
Sunah bagi muadzdzin dan bagi orang yang mendengar adzan untuk bershalat kepada Nabi ﷺ setelah adzannya selesai, karena terdapat hadits riwayat muslim: "apabila kalian mendengar muadzdzin sedang mengumandangkan adzan maka ucapkanlah seperti yang di ucapkan muadzdzin kemudian bershalawatlah kepadaku."
setelah bershalawat kepada Nabi ﷺ kemudian baru membaca doa setelah adzan, yaitu:
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ...
Hingga akhir
📚[Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah. Juz. 1/ Hal. 150]:
(وَ) يُسَنُّ (لِكُلٍّ) مِنْ الْمُؤَذِّنِ وَسَامِعِهِ (أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى النَّبِيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ فَرَاغِهِ) لِحَدِيثِ مُسْلِمٍ «إذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ، ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ» وَيُقَاسُ الْمُؤَذِّنُ عَلَى السَّامِعِ فِي الصَّلَاةِ (ثُمَّ) يَقُولُ: (اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْته) لِحَدِيثِ الْبُخَارِيِّ: «مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ ذَلِكَ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ» أَيْ حَصَلَتْ. وَالْمُؤَذِّنُ يَسْمَعُ نَفْسَهُ وَالدَّعْوَةُ الْأَذَانُ، وَالْوَسِيلَةُ مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ رَجَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَكُونَ لَهُ، وَالْمَقَامُ الْمَذْكُورُ هُوَ الْمُرَادُ فِي قَوْله تَعَالَى: {عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا} [الإسراء: 79] وَهُوَ مَقَامُ الشَّفَاعَةِ فِي فَصْلِ الْقَضَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمَدُهُ فِيهِ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ. وَقَوْلُهُ: " الَّذِي وَعَدْته " بَدَلٌ مِمَّا قَبْلَهُ، لَا نَعْتٌ.
Assalamualaikum.
Ada doa habis adzan, apakah jg diawali dan diakhiri dengan sholawat atau tak usah??
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Sunah diawali dengan shalawat kemudian baru baca doa habis adzan.
Dalam kitab Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah disebutkan:
Sunah bagi muadzdzin dan bagi orang yang mendengar adzan untuk bershalat kepada Nabi ﷺ setelah adzannya selesai, karena terdapat hadits riwayat muslim: "apabila kalian mendengar muadzdzin sedang mengumandangkan adzan maka ucapkanlah seperti yang di ucapkan muadzdzin kemudian bershalawatlah kepadaku."
setelah bershalawat kepada Nabi ﷺ kemudian baru membaca doa setelah adzan, yaitu:
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ...
Hingga akhir
📚[Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah. Juz. 1/ Hal. 150]:
(وَ) يُسَنُّ (لِكُلٍّ) مِنْ الْمُؤَذِّنِ وَسَامِعِهِ (أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى النَّبِيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ فَرَاغِهِ) لِحَدِيثِ مُسْلِمٍ «إذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ، ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ» وَيُقَاسُ الْمُؤَذِّنُ عَلَى السَّامِعِ فِي الصَّلَاةِ (ثُمَّ) يَقُولُ: (اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْته) لِحَدِيثِ الْبُخَارِيِّ: «مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ ذَلِكَ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ» أَيْ حَصَلَتْ. وَالْمُؤَذِّنُ يَسْمَعُ نَفْسَهُ وَالدَّعْوَةُ الْأَذَانُ، وَالْوَسِيلَةُ مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ رَجَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَكُونَ لَهُ، وَالْمَقَامُ الْمَذْكُورُ هُوَ الْمُرَادُ فِي قَوْله تَعَالَى: {عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا} [الإسراء: 79] وَهُوَ مَقَامُ الشَّفَاعَةِ فِي فَصْلِ الْقَضَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمَدُهُ فِيهِ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ. وَقَوْلُهُ: " الَّذِي وَعَدْته " بَدَلٌ مِمَّا قَبْلَهُ، لَا نَعْتٌ.
135} Tanaman yang di makan hewan atau dicuri orang menjadi sedekah bagi pemiliknya
PERTANYAAN:
[memordadaunpsang]
Assalamualaikum ustad
Ijin nanya ustad" ana prnah mndengar ceramah kl benda kita yang dicuri maling at tumbuh tumbuhan kita dimakan binatang itu jadi shodakah kita" ap benar ustad?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Iya Benar. Dalam kitab Syarah Shahih Muslim bi syarhin Nawawi disebutkan: bahwasanya tanaman yang dimakan hewan atau dicuri orang itu menjadi shadaqah bagi pemiliknya apabila pemiliknya adalah orang Islam.
Di dalam sebuah hadits Nabi ﷺ bersabda:
"Tidaklah seoarang muslim yang menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai shadaqah baginya. Dan apa yang di curi dari tanaman tersebut sebagai shadaqah baginya, dan apa yang di makan binatang buas dari tanaman tersebut sebagai shadaqah baginya, dan apa yang di makan burung dari tanaman tersebut sebagai shadaqah baginya, dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi shadaqah baginya."
Bahkan di dalam satu riwayat lain Nabi ﷺ, Mengatakan: bahwasanya tanaman yang dimakan manusia, binatang ataupun burung maka menjadi shadaqah baginya sampai hari kiamat.
📚[Syarah Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi. Juz. 10/ Hal. 180_181 Darul Kutub al-'Ilmiah]:
(باب فضل الغرس والزرع)
قوله صلى الله عليه و سلم ( ما من مسلم يغرس غرسا إلا كان ما أكل منه له صدقة وما سرق منه له صدقة وما أكل السبع فهو له صدقة وما أكلت الطير فهو له صدقة ولا يرزؤه أحد الا كان له صدقة ) وفي رواية لا يغرس مسلم غرسا ولا يزرع زرعا فيأكل منه انسان ولا دابة ولا شئ الا كانت له صدقة وفي رواية الا كان له صدقة إلى يوم القيامة في هذه الأحاديث فضيلة الغرس وفضيلة الزرع وأن أجر فاعلى ذلك مستمر مادام الغراس والزرع وما تولد منه إلى يوم القيامة وقد اختلف العلماء في أطيب المكاسب وأفضلها فقيل التجارة وقيل الصنعة باليد وقيل الزراعة وهو الصحيح وقد بسطت ايضاحه في آخر باب الأطعمة من شرح المهذب وفي هذه الأحاديث أيضا أن الثواب والأجر في الآخرة مختص بالمسلمين وأن الانسان يثاب على ما سرق من ماله أو أتلفته دابة أو طائر ونحوهما
[memordadaunpsang]
Assalamualaikum ustad
Ijin nanya ustad" ana prnah mndengar ceramah kl benda kita yang dicuri maling at tumbuh tumbuhan kita dimakan binatang itu jadi shodakah kita" ap benar ustad?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Iya Benar. Dalam kitab Syarah Shahih Muslim bi syarhin Nawawi disebutkan: bahwasanya tanaman yang dimakan hewan atau dicuri orang itu menjadi shadaqah bagi pemiliknya apabila pemiliknya adalah orang Islam.
Di dalam sebuah hadits Nabi ﷺ bersabda:
"Tidaklah seoarang muslim yang menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai shadaqah baginya. Dan apa yang di curi dari tanaman tersebut sebagai shadaqah baginya, dan apa yang di makan binatang buas dari tanaman tersebut sebagai shadaqah baginya, dan apa yang di makan burung dari tanaman tersebut sebagai shadaqah baginya, dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi shadaqah baginya."
Bahkan di dalam satu riwayat lain Nabi ﷺ, Mengatakan: bahwasanya tanaman yang dimakan manusia, binatang ataupun burung maka menjadi shadaqah baginya sampai hari kiamat.
📚[Syarah Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi. Juz. 10/ Hal. 180_181 Darul Kutub al-'Ilmiah]:
(باب فضل الغرس والزرع)
قوله صلى الله عليه و سلم ( ما من مسلم يغرس غرسا إلا كان ما أكل منه له صدقة وما سرق منه له صدقة وما أكل السبع فهو له صدقة وما أكلت الطير فهو له صدقة ولا يرزؤه أحد الا كان له صدقة ) وفي رواية لا يغرس مسلم غرسا ولا يزرع زرعا فيأكل منه انسان ولا دابة ولا شئ الا كانت له صدقة وفي رواية الا كان له صدقة إلى يوم القيامة في هذه الأحاديث فضيلة الغرس وفضيلة الزرع وأن أجر فاعلى ذلك مستمر مادام الغراس والزرع وما تولد منه إلى يوم القيامة وقد اختلف العلماء في أطيب المكاسب وأفضلها فقيل التجارة وقيل الصنعة باليد وقيل الزراعة وهو الصحيح وقد بسطت ايضاحه في آخر باب الأطعمة من شرح المهذب وفي هذه الأحاديث أيضا أن الثواب والأجر في الآخرة مختص بالمسلمين وأن الانسان يثاب على ما سرق من ماله أو أتلفته دابة أو طائر ونحوهما
Senin, 20 April 2020
134} Sebab di terima tobat nabi Adam dan sebab tidak di terima tobat Iblis
Oleh:[Kakang Ishadi al-Asyi]
Dalam kitab Tanbibul Ghafilin disebutkan bahwasanya nabi Adam 'alaihis shalatu wassalam diterima tobatnya oleh Allah di sebabkan lima perkara, dan tidak di terima tobat Iblis juga disebabkan lima perkara
DI TERIMA TOBAT NABI ADAM DI SEBABKAN KARENA:
1) Nabi Adam mengakui kesalahannya.
2) Nabi Adam menyesali dosa²nya.
3) Nabi Adam menyalahkan dirinya.
4) Nabi Adam segera bertobat.
5) Nabi Adam tidak putus asa dari rahmat Allah.
➖
TIDAK DI TERIMA TOBAT IBLIS LA'NATULLAH DI SEBABKAN KARENA:
1) Iblis tidak mengakui kesalahannya.
2) Iblis tidak menyesali dosa²nya.
3) Iblis tidak menyalahkan dirinya.
4) Iblis tidak segera bertobat.
5) Iblis putus asa dari rahmat Allah.
Reff:
📚[Tanbihul Ghafilin. Hal. 179, Darul Fikr]:
ويقال: قبلت توبة آدم عليه الصلاة والسلام لخمس خصال، ولم تقبل توبة إبليس لعنه الله لخمس خصال، فآدم أقرّ على نفسه بالذنب، وندم عليه، ولام نفسه وأسرع بالتوبة ولم يقنط من رحمة الله تعالي. ﻭﺇﺑﻠﻴﺲ ﻟﻌﻨﻪ اﻟﻠﻪ ﻟﻢ ﻳﻘﺮ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ، ﻭﻟﻢ ﻳﻨﺪﻡ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﻟﻢ ﻳﻠﻢ ﻧﻔﺴﻪ، ﻭﻟﻢ ﻳﺴﺮﻉ ﻓﻲ اﻟﺘﻮﺑﺔ، ﻭﻗﻨﻂ ﻣﻦ ﺭﺣﻤﺔ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ.
Dalam kitab Tanbibul Ghafilin disebutkan bahwasanya nabi Adam 'alaihis shalatu wassalam diterima tobatnya oleh Allah di sebabkan lima perkara, dan tidak di terima tobat Iblis juga disebabkan lima perkara
DI TERIMA TOBAT NABI ADAM DI SEBABKAN KARENA:
1) Nabi Adam mengakui kesalahannya.
2) Nabi Adam menyesali dosa²nya.
3) Nabi Adam menyalahkan dirinya.
4) Nabi Adam segera bertobat.
5) Nabi Adam tidak putus asa dari rahmat Allah.
➖
TIDAK DI TERIMA TOBAT IBLIS LA'NATULLAH DI SEBABKAN KARENA:
1) Iblis tidak mengakui kesalahannya.
2) Iblis tidak menyesali dosa²nya.
3) Iblis tidak menyalahkan dirinya.
4) Iblis tidak segera bertobat.
5) Iblis putus asa dari rahmat Allah.
Reff:
📚[Tanbihul Ghafilin. Hal. 179, Darul Fikr]:
ويقال: قبلت توبة آدم عليه الصلاة والسلام لخمس خصال، ولم تقبل توبة إبليس لعنه الله لخمس خصال، فآدم أقرّ على نفسه بالذنب، وندم عليه، ولام نفسه وأسرع بالتوبة ولم يقنط من رحمة الله تعالي. ﻭﺇﺑﻠﻴﺲ ﻟﻌﻨﻪ اﻟﻠﻪ ﻟﻢ ﻳﻘﺮ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ، ﻭﻟﻢ ﻳﻨﺪﻡ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﻟﻢ ﻳﻠﻢ ﻧﻔﺴﻪ، ﻭﻟﻢ ﻳﺴﺮﻉ ﻓﻲ اﻟﺘﻮﺑﺔ، ﻭﻗﻨﻂ ﻣﻦ ﺭﺣﻤﺔ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ.
Sabtu, 18 April 2020
133} Hukum wanita jadi imam shalat berjamaah sesama wanita
PERTANYAAN:
[mramadhan]
Assalamualaikum warahmatullohi wa barokatuh
Ana mau nanya nih ustad.! Gmna hukum perempuan jadi imam sholat berjemaah dgn jenisnya menurut madhab?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Ikhtilaf tiga madzhab mengenai wanita yang menjadi imam shalat berjamaah sesama wanita:
1) Menurut Madzhab Syafi'i hukumnya Sunah baik pada shalat fardhu maupun shalat sunah.
2) Menurut imam Malik dan abu Hanifah hukumnya Makruh baik pada shalat fardhu maupun shalat sunah.
3) Menurut imam asy-Sya'bi dan an-Nakha'i hukumnya Makruh pada shalat fardhu, tidak makruh pada shalat sunah.
Dalil madzhab kita (Madzhab Syafi'i) ialah: berdasarkan sebuah hadits yang di riwayatkan dari abdurrahman, sesungguhnya ummu Waraqah binti Naufal mendatangi Nabi ﷺ, ketika Nabi ﷺ, hendak perang badar. Ummu Waraqah berkata: wahai Rasulullah..! izinkan aku ikut berperang bersamamu dan aku ingin merawat orang² yang terluka, mudah²an Allah menganugerahi aku sebagai orang yang mati syahid, Rasulullah ﷺ, berkata: menetaplah kamu di rumahmu dan Allah akan menganugerahimu mati syahid. Abdurrahman mengatakan: dan akhirnya ummu waraqah pun di panggil dengan nama Syahidah.
Pada suatu hari Rasulullah ﷺ, mendatangi rumah ummu Waraqah binti Naufal dan Rasulullah ﷺ, memerintahkannya agar menjadi imam bagi penghuni rumahnya, kemudian Rasulullah ﷺ memberikannya seorang muadzdzin. Abdurrahman mengatakan: aku benar² melihat muadzdzinnya adalah seorang laki² tua.
Di riwayatkan dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Ummu Waraqah menjadi imam bagi para wanita dan ia berdiri di tengah mereka.
Lantas bagaimana fadhilah shalat jamaah wanita sesama wanita dan kesunahannya, apakah sama seperti laki²..??
Dalam hal ini ada dua pendapat:
1} fadhilah shalat berjamaah wanita sesama wanita sama seperti laki² ya'ni mendapatkan pahala 27 derajat di banding shalat sendirian
2} lebih besar fadhilah shalat berjamaah laki² dari pada fadhilah jamaah para wanita, karena firman Allah SWT:
"Para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada istrinya [al-Baqarah 228].
Reff:
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 2/ Hal. 356_357]:
(باب إمامة المرأة)
(مَسْأَلَةٌ)
قَالَ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى: "أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ لَيْثٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا صَلَّتْ بِنِسْوَةٍ الْعَصْرَ فَقَامَتْ وَسَطَهُنَّ وَرُوِيَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا أَمَّتْهُنَّ فَقَامَتْ وَسَطَهُنَّ وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ كَانَ يَأْمُرُ جَارِيَةً لَهُ تَقُومُ بِأَهْلِهِ فِي رَمَضَانَ وَعَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ قَالَ مِنَ السُّنَّةِ أَنْ تُصَلِّيَ الْمَرْأَةُ بِنِسَاءٍ تَقُومُ وَسَطَهُنَّ"
قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ: وَهَذَا كَمَا قَالَ، وَاخْتَلَفَ النَّاسُ فِي صَلَاةِ الْمَرْأَةِ بِالنِّسَاءِ جَمَاعَةً عَلَى ثَلَاثَةِ مَذَاهِبَ
فَمَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ لَهَا أَنْ تَؤُمَّ النِّسَاءَ فَرْضًا وَنَفْلًا
وَقَالَ مَالِكٌ وأبو حنيفة يُكْرَهُ لَهَا أَنْ تَؤُمَّ فِي الْفَرْضِ وَالنَّفْلِ
وَقَالَ الشَّعْبِيُّ وَالنَّخَعِيُّ يُكْرَهُ لَهَا الْإِمَامَةُ فِي الْفَرْضِ دُونَ النَّفْلِ، تَعَلُّقًا بِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ: "أَخِّرُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَخَّرَهُنَّ اللَّهُ"
وَدَلِيلُنَا رِوَايَةُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أُمَّ وَرَقَةَ بِنْتَ نَوْفَلٍ أَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ لَمَّا أَرَادَ غَزَاةَ بَدْرٍ قَالَتْ أَخْرُجُ مَعَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأُمَرِّضُ الْمَرْضَى فَلَعَلَّ اللَّهَ أن يرزقني الشهادة، فقال صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم "قَرِّي فِي بَيْتِكِ وَأَنْتِ شَهِيدَةٌ " قَالَ فَسُمِّيَتِ الشهيدة، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ يَزُورُهَا فِي وَقْتٍ فَأَمَرَهَا أَنْ تَؤُمَّ بِمَنْ فِي مَنْزِلِهَا، وَجَعَلَ لَهَا مُؤَذِّنًا، قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَرَأَيْتُ مُؤَذِّنَهَا شَيْخًا كَبِيرًا، وَرُوِيَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَمَّتِ النِّسَاءَ وَقَامَتْ وَسَطَهُنَّ، وَكَذَلِكَ أَمُّ سَلَمَةَ، وَرُوِيَ مِثْلُ ذَلِكَ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْحُسَيْنِ وَصَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ
وقوله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ: أَخِّرُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَخَّرَهُنَّ اللَّهُ يُرِيدُ بِهِ التَّأْخِيرَ عَنْ إِمَامَةِ الرِّجَالِ الْمُخَاطَبِينَ بِهَذَا الْقَوْلِ، فَإِذَا تَقَرَّرَ أَنَّ جَمَاعَتَهُمْ مُسْتَحَبَّةٌ فَالْأَوْلَى لِمَنْ أَمَّ مِنْهُنَّ أَنْ تَقِفَ وَسَطَهُنَّ، لِأَنَّ ذَلِكَ أَسْتَرُ لَهَا وَهَلْ جَمَاعَتُهُنَّ فِي الْفَضْلِ وَالِاسْتِحْبَابِ كَجَمَاعَةِ الرِّجَالِ عَلَى وَجْهَيْنِ:
أَحَدُهُمَا: أَنَّهُنَّ كَالرِّجَالِ، بِفَضْلِ جَمَاعَتِهِنَّ عَلَى صَلَاةِ الفرد بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً، لِعُمُومِ الْخَبَرِ
وَالثَّانِي: وَهُوَ أَظْهَرُ أَنَّ جَمَاعَةَ الرِّجَالِ أَفْضَلُ مِنْ جَمَاعَتِهِنَّ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ} [البقرة: 228]
[mramadhan]
Assalamualaikum warahmatullohi wa barokatuh
Ana mau nanya nih ustad.! Gmna hukum perempuan jadi imam sholat berjemaah dgn jenisnya menurut madhab?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Ikhtilaf tiga madzhab mengenai wanita yang menjadi imam shalat berjamaah sesama wanita:
1) Menurut Madzhab Syafi'i hukumnya Sunah baik pada shalat fardhu maupun shalat sunah.
2) Menurut imam Malik dan abu Hanifah hukumnya Makruh baik pada shalat fardhu maupun shalat sunah.
3) Menurut imam asy-Sya'bi dan an-Nakha'i hukumnya Makruh pada shalat fardhu, tidak makruh pada shalat sunah.
Dalil madzhab kita (Madzhab Syafi'i) ialah: berdasarkan sebuah hadits yang di riwayatkan dari abdurrahman, sesungguhnya ummu Waraqah binti Naufal mendatangi Nabi ﷺ, ketika Nabi ﷺ, hendak perang badar. Ummu Waraqah berkata: wahai Rasulullah..! izinkan aku ikut berperang bersamamu dan aku ingin merawat orang² yang terluka, mudah²an Allah menganugerahi aku sebagai orang yang mati syahid, Rasulullah ﷺ, berkata: menetaplah kamu di rumahmu dan Allah akan menganugerahimu mati syahid. Abdurrahman mengatakan: dan akhirnya ummu waraqah pun di panggil dengan nama Syahidah.
Pada suatu hari Rasulullah ﷺ, mendatangi rumah ummu Waraqah binti Naufal dan Rasulullah ﷺ, memerintahkannya agar menjadi imam bagi penghuni rumahnya, kemudian Rasulullah ﷺ memberikannya seorang muadzdzin. Abdurrahman mengatakan: aku benar² melihat muadzdzinnya adalah seorang laki² tua.
Di riwayatkan dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Ummu Waraqah menjadi imam bagi para wanita dan ia berdiri di tengah mereka.
Lantas bagaimana fadhilah shalat jamaah wanita sesama wanita dan kesunahannya, apakah sama seperti laki²..??
Dalam hal ini ada dua pendapat:
1} fadhilah shalat berjamaah wanita sesama wanita sama seperti laki² ya'ni mendapatkan pahala 27 derajat di banding shalat sendirian
2} lebih besar fadhilah shalat berjamaah laki² dari pada fadhilah jamaah para wanita, karena firman Allah SWT:
"Para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada istrinya [al-Baqarah 228].
Reff:
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 2/ Hal. 356_357]:
(باب إمامة المرأة)
(مَسْأَلَةٌ)
قَالَ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى: "أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ لَيْثٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا صَلَّتْ بِنِسْوَةٍ الْعَصْرَ فَقَامَتْ وَسَطَهُنَّ وَرُوِيَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا أَمَّتْهُنَّ فَقَامَتْ وَسَطَهُنَّ وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ كَانَ يَأْمُرُ جَارِيَةً لَهُ تَقُومُ بِأَهْلِهِ فِي رَمَضَانَ وَعَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ قَالَ مِنَ السُّنَّةِ أَنْ تُصَلِّيَ الْمَرْأَةُ بِنِسَاءٍ تَقُومُ وَسَطَهُنَّ"
قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ: وَهَذَا كَمَا قَالَ، وَاخْتَلَفَ النَّاسُ فِي صَلَاةِ الْمَرْأَةِ بِالنِّسَاءِ جَمَاعَةً عَلَى ثَلَاثَةِ مَذَاهِبَ
فَمَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ لَهَا أَنْ تَؤُمَّ النِّسَاءَ فَرْضًا وَنَفْلًا
وَقَالَ مَالِكٌ وأبو حنيفة يُكْرَهُ لَهَا أَنْ تَؤُمَّ فِي الْفَرْضِ وَالنَّفْلِ
وَقَالَ الشَّعْبِيُّ وَالنَّخَعِيُّ يُكْرَهُ لَهَا الْإِمَامَةُ فِي الْفَرْضِ دُونَ النَّفْلِ، تَعَلُّقًا بِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ: "أَخِّرُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَخَّرَهُنَّ اللَّهُ"
وَدَلِيلُنَا رِوَايَةُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أُمَّ وَرَقَةَ بِنْتَ نَوْفَلٍ أَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ لَمَّا أَرَادَ غَزَاةَ بَدْرٍ قَالَتْ أَخْرُجُ مَعَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأُمَرِّضُ الْمَرْضَى فَلَعَلَّ اللَّهَ أن يرزقني الشهادة، فقال صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم "قَرِّي فِي بَيْتِكِ وَأَنْتِ شَهِيدَةٌ " قَالَ فَسُمِّيَتِ الشهيدة، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ يَزُورُهَا فِي وَقْتٍ فَأَمَرَهَا أَنْ تَؤُمَّ بِمَنْ فِي مَنْزِلِهَا، وَجَعَلَ لَهَا مُؤَذِّنًا، قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَرَأَيْتُ مُؤَذِّنَهَا شَيْخًا كَبِيرًا، وَرُوِيَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَمَّتِ النِّسَاءَ وَقَامَتْ وَسَطَهُنَّ، وَكَذَلِكَ أَمُّ سَلَمَةَ، وَرُوِيَ مِثْلُ ذَلِكَ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْحُسَيْنِ وَصَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ
وقوله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ: أَخِّرُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَخَّرَهُنَّ اللَّهُ يُرِيدُ بِهِ التَّأْخِيرَ عَنْ إِمَامَةِ الرِّجَالِ الْمُخَاطَبِينَ بِهَذَا الْقَوْلِ، فَإِذَا تَقَرَّرَ أَنَّ جَمَاعَتَهُمْ مُسْتَحَبَّةٌ فَالْأَوْلَى لِمَنْ أَمَّ مِنْهُنَّ أَنْ تَقِفَ وَسَطَهُنَّ، لِأَنَّ ذَلِكَ أَسْتَرُ لَهَا وَهَلْ جَمَاعَتُهُنَّ فِي الْفَضْلِ وَالِاسْتِحْبَابِ كَجَمَاعَةِ الرِّجَالِ عَلَى وَجْهَيْنِ:
أَحَدُهُمَا: أَنَّهُنَّ كَالرِّجَالِ، بِفَضْلِ جَمَاعَتِهِنَّ عَلَى صَلَاةِ الفرد بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً، لِعُمُومِ الْخَبَرِ
وَالثَّانِي: وَهُوَ أَظْهَرُ أَنَّ جَمَاعَةَ الرِّجَالِ أَفْضَلُ مِنْ جَمَاعَتِهِنَّ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ} [البقرة: 228]
Jumat, 17 April 2020
132} Antara haji dan menyambung nafakah keluarga
PERTANYAAN:
Bagaimana hukum nya membatalkan haji untuk membayar hutang dan menyambung nafkah buat keluarga? Mohon pencerahan nya para yai dan asaatidz 🙏
Jazaakumullaah khoiron katsiir 🤲
JAWABAN:
[Ishadi Syahada]
Antara haji dan menyambung nafaqah kepada keluarga lebih utama menyambung nafaqah kepada keluarga.
Adapun hutang, jika hutang itu sudah tiba masa pembayarannya, maka wajib membayar hutangnya dulu, sebab belum di anggap mampu berhaji bila masih ada hutang yang belum dibayar yang sudah tiba masa pembayarannya, kalo belum tiba masanya maka berhaji dulu
Reff:
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 4/ Hal. 13]:
فَصْلٌ
وَالِاسْتِطَاعَةُ السَّابِعَةُ: أَنْ يَكُونَ مُسْتَطِيعًا بِمَالِهِ وَبَدَنِهِ فِي ذَهَابِهِ وَعَوْدِهِ، لَكِنَّهُ عَادِمٌ لِنَفَقَةِ عِيَالِهِ فَلَا حَجَّ عَلَيْهِ لِرِوَايَةِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ "كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ" فَكَانَ الْمُقَامُ عَلَى الْعِيَالِ وَالْإِنْفَاقُ عَلَيْهِمْ أَوْلَى مِنَ الْحَجِّ.
فَصْلٌ
وَالِاسْتِطَاعَةُ الثَّامِنَةُ: أَنْ يَكُونَ مُسْتَطِيعًا بِمَالِهِ وَبَدَنِهِ، لَكِنْ عَلَيْهِ دَيْنٌ قَدْ أَحَاطَ بِمَا فِي يَدِهِ، فَذَلِكَ ضَرْبَانِ:
أَحَدُهُمَا: أَنْ يَكُونَ الدَّيْنُ حَالًّا فَلَا يَلْزَمُهُ الْحَجُّ، لِأَنَّهُ غَيْرُ مَوْصُوفٍ بِالِاسْتِطَاعَةِ.
وَالضَّرْبُ الثَّانِي: أَنْ يَكُونَ مُؤَجَّلًا، فَإِنْ كَانَ مَحَلُّهُ قَبْلَ عَرَفَةَ لَمْ يَلْزَمْهُ الْحَجُّ أَيْضًا، كَمَا مَضَى، وَإِنْ كَانَ مَحَلُّهُ بِعَرَفَةَ
فَفِي وُجُوبِ الْحَجِّ عَلَيْهِ وَجْهَانِ:
أَحَدُهُمَا: لَا حَجَّ عَلَيْهِ لِعَدَمِ الِاسْتِطَاعَةِ.
وَالثَّانِي: عَلَيْهِ الْحَجُّ، لِأَنَّ الدَّيْنَ الْمُؤَجَّلَ غَيْرُ مُسْتَحَقٍّ عَلَيْهِ قَبْلَ حُلُولِهِ
Bagaimana hukum nya membatalkan haji untuk membayar hutang dan menyambung nafkah buat keluarga? Mohon pencerahan nya para yai dan asaatidz 🙏
Jazaakumullaah khoiron katsiir 🤲
JAWABAN:
[Ishadi Syahada]
Antara haji dan menyambung nafaqah kepada keluarga lebih utama menyambung nafaqah kepada keluarga.
Adapun hutang, jika hutang itu sudah tiba masa pembayarannya, maka wajib membayar hutangnya dulu, sebab belum di anggap mampu berhaji bila masih ada hutang yang belum dibayar yang sudah tiba masa pembayarannya, kalo belum tiba masanya maka berhaji dulu
Reff:
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 4/ Hal. 13]:
فَصْلٌ
وَالِاسْتِطَاعَةُ السَّابِعَةُ: أَنْ يَكُونَ مُسْتَطِيعًا بِمَالِهِ وَبَدَنِهِ فِي ذَهَابِهِ وَعَوْدِهِ، لَكِنَّهُ عَادِمٌ لِنَفَقَةِ عِيَالِهِ فَلَا حَجَّ عَلَيْهِ لِرِوَايَةِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ "كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ" فَكَانَ الْمُقَامُ عَلَى الْعِيَالِ وَالْإِنْفَاقُ عَلَيْهِمْ أَوْلَى مِنَ الْحَجِّ.
فَصْلٌ
وَالِاسْتِطَاعَةُ الثَّامِنَةُ: أَنْ يَكُونَ مُسْتَطِيعًا بِمَالِهِ وَبَدَنِهِ، لَكِنْ عَلَيْهِ دَيْنٌ قَدْ أَحَاطَ بِمَا فِي يَدِهِ، فَذَلِكَ ضَرْبَانِ:
أَحَدُهُمَا: أَنْ يَكُونَ الدَّيْنُ حَالًّا فَلَا يَلْزَمُهُ الْحَجُّ، لِأَنَّهُ غَيْرُ مَوْصُوفٍ بِالِاسْتِطَاعَةِ.
وَالضَّرْبُ الثَّانِي: أَنْ يَكُونَ مُؤَجَّلًا، فَإِنْ كَانَ مَحَلُّهُ قَبْلَ عَرَفَةَ لَمْ يَلْزَمْهُ الْحَجُّ أَيْضًا، كَمَا مَضَى، وَإِنْ كَانَ مَحَلُّهُ بِعَرَفَةَ
فَفِي وُجُوبِ الْحَجِّ عَلَيْهِ وَجْهَانِ:
أَحَدُهُمَا: لَا حَجَّ عَلَيْهِ لِعَدَمِ الِاسْتِطَاعَةِ.
وَالثَّانِي: عَلَيْهِ الْحَجُّ، لِأَنَّ الدَّيْنَ الْمُؤَجَّلَ غَيْرُ مُسْتَحَقٍّ عَلَيْهِ قَبْلَ حُلُولِهِ
131} Antara haji dan membayar hutang
PERTANYAAN:
Assalaamualaikum.wr.
Mohon penjelasan nya..
Ada orang yg sudah berkewajiban berangkat haji..dalam artian orang itu sudah punya bekal untuk berangkat skaligus pulang nya..tapi orang itu masih punya hutang yg belum di bayar..manakah yg harus di dahulukan..sebab ke 2 nya sama"wajib?
JAWABAN:
[Ishadi Syahada]
Wa 'Alaikumus Salam
Jika hutang itu sudah tiba masa pembayarannya maka wajib membayar hutangnya dulu, sebab belum di anggap mampu berhaji bila masih ada hutang yang belum dibayar yang sudah tiba masa pembayarannya, kalo belum tiba masanya maka berhaji dulu.
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 4/ Hal. 13]:
فَصْلٌ
وَالِاسْتِطَاعَةُ الثَّامِنَةُ: أَنْ يَكُونَ مُسْتَطِيعًا بِمَالِهِ وَبَدَنِهِ، لَكِنْ عَلَيْهِ دَيْنٌ قَدْ أَحَاطَ بِمَا فِي يَدِهِ، فَذَلِكَ ضَرْبَانِ:
أَحَدُهُمَا: أَنْ يَكُونَ الدَّيْنُ حَالًّا فَلَا يَلْزَمُهُ الْحَجُّ، لِأَنَّهُ غَيْرُ مَوْصُوفٍ بِالِاسْتِطَاعَةِ.
وَالضَّرْبُ الثَّانِي: أَنْ يَكُونَ مُؤَجَّلًا، فَإِنْ كَانَ مَحَلُّهُ قَبْلَ عَرَفَةَ لَمْ يَلْزَمْهُ الْحَجُّ أَيْضًا، كَمَا مَضَى، وَإِنْ كَانَ مَحَلُّهُ بِعَرَفَةَ
فَفِي وُجُوبِ الْحَجِّ عَلَيْهِ وَجْهَانِ:
أَحَدُهُمَا: لَا حَجَّ عَلَيْهِ لِعَدَمِ الِاسْتِطَاعَةِ.
وَالثَّانِي: عَلَيْهِ الْحَجُّ، لِأَنَّ الدَّيْنَ الْمُؤَجَّلَ غَيْرُ مُسْتَحَقٍّ عَلَيْهِ قَبْلَ حُلُولِهِ
Assalaamualaikum.wr.
Mohon penjelasan nya..
Ada orang yg sudah berkewajiban berangkat haji..dalam artian orang itu sudah punya bekal untuk berangkat skaligus pulang nya..tapi orang itu masih punya hutang yg belum di bayar..manakah yg harus di dahulukan..sebab ke 2 nya sama"wajib?
JAWABAN:
[Ishadi Syahada]
Wa 'Alaikumus Salam
Jika hutang itu sudah tiba masa pembayarannya maka wajib membayar hutangnya dulu, sebab belum di anggap mampu berhaji bila masih ada hutang yang belum dibayar yang sudah tiba masa pembayarannya, kalo belum tiba masanya maka berhaji dulu.
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 4/ Hal. 13]:
فَصْلٌ
وَالِاسْتِطَاعَةُ الثَّامِنَةُ: أَنْ يَكُونَ مُسْتَطِيعًا بِمَالِهِ وَبَدَنِهِ، لَكِنْ عَلَيْهِ دَيْنٌ قَدْ أَحَاطَ بِمَا فِي يَدِهِ، فَذَلِكَ ضَرْبَانِ:
أَحَدُهُمَا: أَنْ يَكُونَ الدَّيْنُ حَالًّا فَلَا يَلْزَمُهُ الْحَجُّ، لِأَنَّهُ غَيْرُ مَوْصُوفٍ بِالِاسْتِطَاعَةِ.
وَالضَّرْبُ الثَّانِي: أَنْ يَكُونَ مُؤَجَّلًا، فَإِنْ كَانَ مَحَلُّهُ قَبْلَ عَرَفَةَ لَمْ يَلْزَمْهُ الْحَجُّ أَيْضًا، كَمَا مَضَى، وَإِنْ كَانَ مَحَلُّهُ بِعَرَفَةَ
فَفِي وُجُوبِ الْحَجِّ عَلَيْهِ وَجْهَانِ:
أَحَدُهُمَا: لَا حَجَّ عَلَيْهِ لِعَدَمِ الِاسْتِطَاعَةِ.
وَالثَّانِي: عَلَيْهِ الْحَجُّ، لِأَنَّ الدَّيْنَ الْمُؤَجَّلَ غَيْرُ مُسْتَحَقٍّ عَلَيْهِ قَبْلَ حُلُولِهِ
130} Hukum suami mengisap kemaluan isteri dan isteri mengisap kemaluan suami
PERTANYAAN:
[Bint tarmizi]
Assalamu'alaikum tgk.. Saya ingin bertanya..
Gini tgk , saya pernah dengar surah entah saya salah saya lupa makanya saya ingin nanya balek
Maaf sebelumnyaa , kalau laki laki kan sunnah bercumbu di kemaluan istrinya , apakah seorang istri boleh demikian terhadap suaminya ?
Saya gak ngerti bahasanya ni kak 😀 maksd saya gini
Maaf cakap yaa , saya pernah dengar makruh kalau seorang istri menghisap kemaluan suaminya..
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Mengisap kemaluan suami hukumnya boleh saja dan tidak makruh karena itu bahagian dari istimta'. Dan Suami boleh menikmati semua badan istri baik susu atau kelaminnya. yang penting jangan pantatnya atau sedang lagi haidh.. bahkan memainkan kemaluan istri itu dapat pahala.
Reff:
ﻭﻣﻦ ﻃﺮﻕ ﺍﻻﺳﺘﻤﺘﺎﻉ ﺃﻳﻀﺎ : ﺃﻥ ﻳﻀﻊ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻓﻰ ﻓﻤﻪ ﺑﻈﺮ ﺍﻟﺰﻭﺣﺔ ﻭ ﻓﺮﺟﻬﺎ ، ﻭ ﺃﻥ ﺗﻀﻊ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ﻓﺮﺟﻪ ﻓﻰ ﻓﻤﻬﺎ ، ﻭﻳﺘﺒﺎﺩﻻﻥ ﺍﻟﻤﺺّ ﻭﺍﻟﻠﺤﺲ ﻭﺍﻟﻠﻌﻖ ﻟﻜﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻮﺿﻊ ﻳﻀﺮّ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ﺍﻟﺤﺎﻣﻞ
Sebagian daripada cara istimta' yang diperbolehkan pula ialah: suami melatakkan mulutnya pada klitoris kemaluan istrinya, dan istri meletakkan kemaluan suaminya dalam mulutnya kemudian saling bergantian menghisap dan menjilat. Namun cara ini bisa mudharat jika dilakukan pada istri yg sedang hamil
📚[Asrarul Jima' . Hal. 152]
➖➖➖➖➖
Dan Suami boleh menikmati semua badan istri baik susu atau kelaminya. yang penting jangan pantatnya atau sedang lagi haidh.. bahkan memainkan kemaluan istri itu ada pahalanya
📚[Al-Mausu'atul fiqhiyyah]:
نَصَّ الشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ عَلَى أَنَّهُ يَحِل لِكُلٍّ مِنَ الزَّوْجَيْنِ الاِسْتِمْتَاعُ بِالآْخَرِ، كَمَا يَحِل لَهُ النَّظَرُ إِلَى جَمِيعِ بَدَنِ صَاحِبِهِ وَكَذَا لَمْسُهُ لِحَدِيثِ: "احْفَظْ عَوْرَتَكَ إِلاَّ مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ".
وَقَال الْحَنَفِيَّةُ: إِنَّ مِنْ أَحْكَامِ النِّكَاحِ الأَْصْلِيَّةِ حِل وَطْءِ الزَّوْجِ لِزَوْجِهِ إِلاَّ فِي حَالَةِ الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ وَالإِْحْرَامِ وَفِي الظِّهَارِ قَبْل التَّكْفِيرِ، قَال تَعَالَى {وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ}
{إِلاَّ عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ}
وَقَال صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اتَّقُوا اللَّهَ فِي النِّسَاءِ، فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ، وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ" وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الإِْنْكَاحُ وَالتَّزْوِيجُ، وَلأَِنَّ النِّكَاحَ ضَمٌّ وَتَزْوِيجٌ لُغَةً فَيَقْتَضِي الاِنْضِمَامَ وَالاِزْدِوَاجَ،
مِنْ حَقِّ الزَّوْجِ عَلَى زَوْجَتِهِ الاِسْتِمْتَاعُ بِهَا، إِذْ عَقْدُ النِّكَاحِ مَوْضُوعٌ لِذَلِكَ.
وَقَدْ ذَهَبَ الْفُقَهَاءُ إِلَى أَنَّهُ يَجُوزُ لِلرَّجُل أَنْ يَنْظُرَ إِلَى جَمِيعِ بَدَنِ زَوْجَتِهِ حَتَّى إِلَى فَرْجِهَا.
قَال الْكَاسَانِيُّ: مِنْ أَحْكَامِ النِّكَاحِ الصَّحِيحِ حِل النَّظَرِ وَالْمَسِّ مِنْ رَأْسِهَا إِلَى قَدَمَيْهَا حَالَةَ الْحَيَاةِ؛ لأَِنَّ الْوَطْءَ فَوْقَ النَّظَرِ وَالْمَسِّ، فَكَانَ إِحْلاَلُهُ إِحْلاَلاً لِلْمَسِّ وَالنَّظَرِ مِنْ طَرِيقِ الأَْوْلَى.
قَال ابْنُ عَابِدِينَ: سَأَل أَبُو يُوسُفَ أَبَا حَنِيفَةَ عَنِ الرَّجُل يَمَسُّ فَرْجَ امْرَأَتِهِ وَهِيَ تَمَسُّ فَرْجَهُ لِيَتَحَرَّكَ عَلَيْهَا هَل تَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا؟ قَال: لاَ، وَأَرْجُو أَنْ يَعْظُمَ الأَْجْرُ
➖➖➖➖➖
📚[Hasyiah Ibni ‘Abidin. Juz. 6/ Hal. 367]:
سَأَل أَبُو يُوسُفَ أَبَا حَنِيفَةَ عَنِ الرَّجُل يَمَسُّ فَرْجَ امْرَأَتِهِ وَهِيَ تَمَسُّ فَرْجَهُ لِيَتَحَرَّكَ عَلَيْهَا هَل تَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا ؟ قَال : لاَ ، وَأَرْجُو أَنْ يَعْظُمَ الأَْجْرُ
[Bint tarmizi]
Assalamu'alaikum tgk.. Saya ingin bertanya..
Gini tgk , saya pernah dengar surah entah saya salah saya lupa makanya saya ingin nanya balek
Maaf sebelumnyaa , kalau laki laki kan sunnah bercumbu di kemaluan istrinya , apakah seorang istri boleh demikian terhadap suaminya ?
Saya gak ngerti bahasanya ni kak 😀 maksd saya gini
Maaf cakap yaa , saya pernah dengar makruh kalau seorang istri menghisap kemaluan suaminya..
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Mengisap kemaluan suami hukumnya boleh saja dan tidak makruh karena itu bahagian dari istimta'. Dan Suami boleh menikmati semua badan istri baik susu atau kelaminnya. yang penting jangan pantatnya atau sedang lagi haidh.. bahkan memainkan kemaluan istri itu dapat pahala.
Reff:
ﻭﻣﻦ ﻃﺮﻕ ﺍﻻﺳﺘﻤﺘﺎﻉ ﺃﻳﻀﺎ : ﺃﻥ ﻳﻀﻊ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻓﻰ ﻓﻤﻪ ﺑﻈﺮ ﺍﻟﺰﻭﺣﺔ ﻭ ﻓﺮﺟﻬﺎ ، ﻭ ﺃﻥ ﺗﻀﻊ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ﻓﺮﺟﻪ ﻓﻰ ﻓﻤﻬﺎ ، ﻭﻳﺘﺒﺎﺩﻻﻥ ﺍﻟﻤﺺّ ﻭﺍﻟﻠﺤﺲ ﻭﺍﻟﻠﻌﻖ ﻟﻜﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻮﺿﻊ ﻳﻀﺮّ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ﺍﻟﺤﺎﻣﻞ
Sebagian daripada cara istimta' yang diperbolehkan pula ialah: suami melatakkan mulutnya pada klitoris kemaluan istrinya, dan istri meletakkan kemaluan suaminya dalam mulutnya kemudian saling bergantian menghisap dan menjilat. Namun cara ini bisa mudharat jika dilakukan pada istri yg sedang hamil
📚[Asrarul Jima' . Hal. 152]
➖➖➖➖➖
Dan Suami boleh menikmati semua badan istri baik susu atau kelaminya. yang penting jangan pantatnya atau sedang lagi haidh.. bahkan memainkan kemaluan istri itu ada pahalanya
📚[Al-Mausu'atul fiqhiyyah]:
نَصَّ الشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ عَلَى أَنَّهُ يَحِل لِكُلٍّ مِنَ الزَّوْجَيْنِ الاِسْتِمْتَاعُ بِالآْخَرِ، كَمَا يَحِل لَهُ النَّظَرُ إِلَى جَمِيعِ بَدَنِ صَاحِبِهِ وَكَذَا لَمْسُهُ لِحَدِيثِ: "احْفَظْ عَوْرَتَكَ إِلاَّ مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ".
وَقَال الْحَنَفِيَّةُ: إِنَّ مِنْ أَحْكَامِ النِّكَاحِ الأَْصْلِيَّةِ حِل وَطْءِ الزَّوْجِ لِزَوْجِهِ إِلاَّ فِي حَالَةِ الْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ وَالإِْحْرَامِ وَفِي الظِّهَارِ قَبْل التَّكْفِيرِ، قَال تَعَالَى {وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ}
{إِلاَّ عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ}
وَقَال صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اتَّقُوا اللَّهَ فِي النِّسَاءِ، فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ، وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ" وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الإِْنْكَاحُ وَالتَّزْوِيجُ، وَلأَِنَّ النِّكَاحَ ضَمٌّ وَتَزْوِيجٌ لُغَةً فَيَقْتَضِي الاِنْضِمَامَ وَالاِزْدِوَاجَ،
مِنْ حَقِّ الزَّوْجِ عَلَى زَوْجَتِهِ الاِسْتِمْتَاعُ بِهَا، إِذْ عَقْدُ النِّكَاحِ مَوْضُوعٌ لِذَلِكَ.
وَقَدْ ذَهَبَ الْفُقَهَاءُ إِلَى أَنَّهُ يَجُوزُ لِلرَّجُل أَنْ يَنْظُرَ إِلَى جَمِيعِ بَدَنِ زَوْجَتِهِ حَتَّى إِلَى فَرْجِهَا.
قَال الْكَاسَانِيُّ: مِنْ أَحْكَامِ النِّكَاحِ الصَّحِيحِ حِل النَّظَرِ وَالْمَسِّ مِنْ رَأْسِهَا إِلَى قَدَمَيْهَا حَالَةَ الْحَيَاةِ؛ لأَِنَّ الْوَطْءَ فَوْقَ النَّظَرِ وَالْمَسِّ، فَكَانَ إِحْلاَلُهُ إِحْلاَلاً لِلْمَسِّ وَالنَّظَرِ مِنْ طَرِيقِ الأَْوْلَى.
قَال ابْنُ عَابِدِينَ: سَأَل أَبُو يُوسُفَ أَبَا حَنِيفَةَ عَنِ الرَّجُل يَمَسُّ فَرْجَ امْرَأَتِهِ وَهِيَ تَمَسُّ فَرْجَهُ لِيَتَحَرَّكَ عَلَيْهَا هَل تَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا؟ قَال: لاَ، وَأَرْجُو أَنْ يَعْظُمَ الأَْجْرُ
➖➖➖➖➖
📚[Hasyiah Ibni ‘Abidin. Juz. 6/ Hal. 367]:
سَأَل أَبُو يُوسُفَ أَبَا حَنِيفَةَ عَنِ الرَّجُل يَمَسُّ فَرْجَ امْرَأَتِهِ وَهِيَ تَمَسُّ فَرْجَهُ لِيَتَحَرَّكَ عَلَيْهَا هَل تَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا ؟ قَال : لاَ ، وَأَرْجُو أَنْ يَعْظُمَ الأَْجْرُ
129} Hukum berpuasa bagi orang junub dan wanita putus haidh
PERTANYAAN:
[@Bohate Jantong.. ]
Assalamu'alaikum..tgk..gimana hukumnya..misal kita di bulan ramadhan setelah berhubungan intim kemudian langsung tidur...waktu makan sahur tidak mandi dulu..esok harinya baru mandi..kita makan sahur dulu dan siang harinya baru mandi, itu boleh ga tgk..sah ga puasanya
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Orang yang berjunub di waktu malam hari puasa disunahkan untuk mandi sebelum terbit fajar, agar orang yang berhadats besar tersebut sudah dalam keadaan suci pada saat memasuki puasanya.
Adapun mengenai orang yang melakukan hubungan intim atau orang yang mimpi basah pada waktu malam hari puasa dan mandinya setelah fajar, maka puasanya tetap Sah, karena Nabi ﷺ pernah berjunub sampai subuh, lalu Nabi ﷺ mandi dan tetap berpuasa.
Dan juga Sah puasanya bagi orang yang mimpi basah di hari ramadhan dengan kesepakatan ulama.
Demikian pula perempuan yang putus haidh dan nifas di waktu malam, maka meniatkan berpuasa untuk besok dan tidak mandi pada malam putus haidh dan nifasnya, maka puasa juga Sah tanpa khilaf dalam madzhab Syafi'i.
Pada mulanya Allah mengharamkan manusia untuk makan dan jima' pada malam hari puasa, yaitu setelah selasai shalat 'isya dan setelah bangun dari tidur. Namun di riwayatkan pada ketika itu sayyidina Umar RA merencakan untuk berhubungan intim di waktu malam hari puasa, kemudian istrinya bilang: aku sudah shalat 'isya, dan sayyidina 'Umar pun tetap melakukannya, setelah itu sayyida 'Umar mendatangi Nabi ﷺ, dan menceritakan yang ia alami, kemudian Allah berfirman:
"Di halalkan bagi kalian pada malam hari puasa bercampur dengan istri² kalian" (al-Baqarah 187)
Reff:
📚[Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah. Juz. 2/ Hal. 79]:
(وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَغْتَسِلَ عَنْ الْجَنَابَةِ) وَنَحْوِهَا (قَبْلَ الْفَجْرِ) لِيَكُونَ عَلَى طَهَارَةٍ مِنْ أَوَّلِ الصَّوْمِ (وَأَنْ يَحْتَرِزَ عَنْ الْحِجَامَةِ) وَالْفَصْدِ لِأَنَّهُمَا يُضْعِفَانِهِ (وَالْقُبْلَةِ) بِنَاءً فِيمَنْ تُحَرِّكُ شَهْوَتَهُ عَلَى إطْلَاقِ الْمُحَرَّرِ كَرَاهَتَهَا الْمُنْصَرِفِ إلَى كَرَاهَةِ التَّنْزِيهِ، وَعَلَى تَصْحِيحِ الْمُصَنِّفِ أَنَّ كَرَاهَتَهَا كَرَاهَةُ تَحْرِيمٍ يَجِبُ الِاحْتِرَازُ عَنْهَا
➖➖➖➖➖
📚[al-Alwy al-Kabir. Juz. 3/ Hal. 414]:
مَسْأَلَةٌ
قال الشافعي رضي الله عنه: "وَمَنْ أَصْبَحَ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ أَوِ احْتِلَامٍ اغْتَسَلَ وَأَتَمَّ صَوْمَهُ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ كَانَ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ ثَمَّ يَصُومُ".
قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ: أَمَّا مَنْ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنَ احْتِلَامٍ فَهُوَ عَلَى صَوْمِهِ إِجْمَاعًا، وَكَذَلِكَ لَوِ احْتَلَمَ نَهَارًا كَانَ عَلَى صَوْمِهِ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ فَأَمَّا مَنْ أَصْبَحَ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ كَانَ فِي اللَّيْلِ، فَعِنْدَ جَمَاعَةِ الْفُقَهَاءِ أَنَّهُ عَلَى صَوْمِهِ يَغْتَسِلُ وَيُجْزِئُهُ.
وَحُكِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَالْحَسَنِ بْنِ صَالِحِ بْنِ حَيٍّ: أَنَّ صَوْمَهُ قَدْ فَسَدَ لِمَا رَوَاهُ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ: أَنَّهُ قَالَ "مَنْ أَصْبَحَ جُنُبًا مِنْ جماعٍ فَلَا صَوْمَ لَهُ" وَالدَّلَالَةُ عَلَى صِحَّةِ صَوْمِهِ، قوله تعالى: {فَالآنََ بَاشِرُوهُنَّ} إِلَى قَوْلِهِ {مِن الفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ} (البقرة: 187) وَكَانَ السَّبَبُ فِي نُزُولِ هَذِهِ الْآيَةِ، أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى كَانَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّاسِ الْأَكْلَ وَالْجِمَاعَ فِي لَيْلِ الصِّيَامِ بَعْدَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ وَبَعْدَ النَّوْمِ، حَتَّى رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ امْرَأَتَهُ فِي لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ فَقَالَتْ: إِنِّي صَلَّيْتُ الْعِشَاءَ فَوَاقَعَهَا وَأَخْبَرَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ بِذَلِكَ فَنَزَلَ قَوْله تَعَالَى: {أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَة الصِّيَامِ الرَّفَثُ إلَى نِسَائِكُمْ) {البقرة: 187)
➖➖➖➖➖
المسألة الخامسة: اذا جامع في الليل واصبح وهو جنب صح صومه بلا خلاف عندنا وكذا لو انقطع دم الحائض والنفساء في الليل فنوتا صوم الغد و لم يغتسلا صح صومهما بلا خلاف عندنا
Mas-alah yang yang ke 5: apabila seseorang berjima' di waktu malam, dan subuhnya masih berjunub, maka puasanya Sah tanpa khilaf dalam madzhab asy-Syafi'i. Demikian pula perempuan yang putus haidh dan nifas di waktu malam, maka meniatkan berpuasa untuk besok dan tidak mandi pada malam putus haidh dan nifasnya, maka puasa juga Sah tanpa khilaf dalam madzhab Syafi'i.
📚[al-Majmu'. Juz. 6/ Hal. 307_308]
➖➖➖➖➖
الاغتسال عن الجنابة قبل الفجر، ليكون على طهر من أول الصوم، ومعنى ذلك أن الجنابة لا تنافي الصيام، ولكن الأفضل إزالتها قبل الفجر. ودليل ذلك ما رواه البخاري (١٨٢٥، ١٨٣٠) أن النبي صلى اللّٰه عليه وسلم كان يصبح جنباً من جماع غير احتلام، ثم يغتسل ويصوم. وكذلك يستحب الغسل عن الحيض والنفاس قبل الفجر إذا تم الطهر وانقطع الدم قبل ذلك.
Mandi janabah dilakukan sebelum fajar, hal ini bertujuan supaya sudah suci mulai dari awal menjalankan puasa. Artinya adalah bahwa janabah ini tidaklah menghanguskan puasa, akan tetapi yang lebih utama adalah untuk menghilangkan hadats janabah terlebih dahulu sebelum terbitnya fajar. Adapun dalil bahwa janabah itu tidaklah meniadakan puasa ialah: "Bahwa sesungguhnya Nabi ﷺ pernah masuk waktu subuh dalam keadaan junub dari jima' bukan sebab mimpi, kemudian Beliau ﷺ mandi dan berpuasa."(HR Bukhari)
Sebagaimana hadats janabah yang disunnahkan untuk mandi sebelum terbitnya fajar, ialah hadats haidh dan nifas yang diketahui telah mampet.
📚[Al-Fiqhul Minhaji. Juz. 2/ Hal. 90]
[@Bohate Jantong.. ]
Assalamu'alaikum..tgk..gimana hukumnya..misal kita di bulan ramadhan setelah berhubungan intim kemudian langsung tidur...waktu makan sahur tidak mandi dulu..esok harinya baru mandi..kita makan sahur dulu dan siang harinya baru mandi, itu boleh ga tgk..sah ga puasanya
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Orang yang berjunub di waktu malam hari puasa disunahkan untuk mandi sebelum terbit fajar, agar orang yang berhadats besar tersebut sudah dalam keadaan suci pada saat memasuki puasanya.
Adapun mengenai orang yang melakukan hubungan intim atau orang yang mimpi basah pada waktu malam hari puasa dan mandinya setelah fajar, maka puasanya tetap Sah, karena Nabi ﷺ pernah berjunub sampai subuh, lalu Nabi ﷺ mandi dan tetap berpuasa.
Dan juga Sah puasanya bagi orang yang mimpi basah di hari ramadhan dengan kesepakatan ulama.
Demikian pula perempuan yang putus haidh dan nifas di waktu malam, maka meniatkan berpuasa untuk besok dan tidak mandi pada malam putus haidh dan nifasnya, maka puasa juga Sah tanpa khilaf dalam madzhab Syafi'i.
Pada mulanya Allah mengharamkan manusia untuk makan dan jima' pada malam hari puasa, yaitu setelah selasai shalat 'isya dan setelah bangun dari tidur. Namun di riwayatkan pada ketika itu sayyidina Umar RA merencakan untuk berhubungan intim di waktu malam hari puasa, kemudian istrinya bilang: aku sudah shalat 'isya, dan sayyidina 'Umar pun tetap melakukannya, setelah itu sayyida 'Umar mendatangi Nabi ﷺ, dan menceritakan yang ia alami, kemudian Allah berfirman:
"Di halalkan bagi kalian pada malam hari puasa bercampur dengan istri² kalian" (al-Baqarah 187)
Reff:
📚[Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah. Juz. 2/ Hal. 79]:
(وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَغْتَسِلَ عَنْ الْجَنَابَةِ) وَنَحْوِهَا (قَبْلَ الْفَجْرِ) لِيَكُونَ عَلَى طَهَارَةٍ مِنْ أَوَّلِ الصَّوْمِ (وَأَنْ يَحْتَرِزَ عَنْ الْحِجَامَةِ) وَالْفَصْدِ لِأَنَّهُمَا يُضْعِفَانِهِ (وَالْقُبْلَةِ) بِنَاءً فِيمَنْ تُحَرِّكُ شَهْوَتَهُ عَلَى إطْلَاقِ الْمُحَرَّرِ كَرَاهَتَهَا الْمُنْصَرِفِ إلَى كَرَاهَةِ التَّنْزِيهِ، وَعَلَى تَصْحِيحِ الْمُصَنِّفِ أَنَّ كَرَاهَتَهَا كَرَاهَةُ تَحْرِيمٍ يَجِبُ الِاحْتِرَازُ عَنْهَا
➖➖➖➖➖
📚[al-Alwy al-Kabir. Juz. 3/ Hal. 414]:
مَسْأَلَةٌ
قال الشافعي رضي الله عنه: "وَمَنْ أَصْبَحَ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ أَوِ احْتِلَامٍ اغْتَسَلَ وَأَتَمَّ صَوْمَهُ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ كَانَ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ ثَمَّ يَصُومُ".
قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ: أَمَّا مَنْ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنَ احْتِلَامٍ فَهُوَ عَلَى صَوْمِهِ إِجْمَاعًا، وَكَذَلِكَ لَوِ احْتَلَمَ نَهَارًا كَانَ عَلَى صَوْمِهِ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ فَأَمَّا مَنْ أَصْبَحَ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ كَانَ فِي اللَّيْلِ، فَعِنْدَ جَمَاعَةِ الْفُقَهَاءِ أَنَّهُ عَلَى صَوْمِهِ يَغْتَسِلُ وَيُجْزِئُهُ.
وَحُكِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَالْحَسَنِ بْنِ صَالِحِ بْنِ حَيٍّ: أَنَّ صَوْمَهُ قَدْ فَسَدَ لِمَا رَوَاهُ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ: أَنَّهُ قَالَ "مَنْ أَصْبَحَ جُنُبًا مِنْ جماعٍ فَلَا صَوْمَ لَهُ" وَالدَّلَالَةُ عَلَى صِحَّةِ صَوْمِهِ، قوله تعالى: {فَالآنََ بَاشِرُوهُنَّ} إِلَى قَوْلِهِ {مِن الفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ} (البقرة: 187) وَكَانَ السَّبَبُ فِي نُزُولِ هَذِهِ الْآيَةِ، أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى كَانَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّاسِ الْأَكْلَ وَالْجِمَاعَ فِي لَيْلِ الصِّيَامِ بَعْدَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ وَبَعْدَ النَّوْمِ، حَتَّى رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ امْرَأَتَهُ فِي لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ فَقَالَتْ: إِنِّي صَلَّيْتُ الْعِشَاءَ فَوَاقَعَهَا وَأَخْبَرَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ بِذَلِكَ فَنَزَلَ قَوْله تَعَالَى: {أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَة الصِّيَامِ الرَّفَثُ إلَى نِسَائِكُمْ) {البقرة: 187)
➖➖➖➖➖
المسألة الخامسة: اذا جامع في الليل واصبح وهو جنب صح صومه بلا خلاف عندنا وكذا لو انقطع دم الحائض والنفساء في الليل فنوتا صوم الغد و لم يغتسلا صح صومهما بلا خلاف عندنا
Mas-alah yang yang ke 5: apabila seseorang berjima' di waktu malam, dan subuhnya masih berjunub, maka puasanya Sah tanpa khilaf dalam madzhab asy-Syafi'i. Demikian pula perempuan yang putus haidh dan nifas di waktu malam, maka meniatkan berpuasa untuk besok dan tidak mandi pada malam putus haidh dan nifasnya, maka puasa juga Sah tanpa khilaf dalam madzhab Syafi'i.
📚[al-Majmu'. Juz. 6/ Hal. 307_308]
➖➖➖➖➖
الاغتسال عن الجنابة قبل الفجر، ليكون على طهر من أول الصوم، ومعنى ذلك أن الجنابة لا تنافي الصيام، ولكن الأفضل إزالتها قبل الفجر. ودليل ذلك ما رواه البخاري (١٨٢٥، ١٨٣٠) أن النبي صلى اللّٰه عليه وسلم كان يصبح جنباً من جماع غير احتلام، ثم يغتسل ويصوم. وكذلك يستحب الغسل عن الحيض والنفاس قبل الفجر إذا تم الطهر وانقطع الدم قبل ذلك.
Mandi janabah dilakukan sebelum fajar, hal ini bertujuan supaya sudah suci mulai dari awal menjalankan puasa. Artinya adalah bahwa janabah ini tidaklah menghanguskan puasa, akan tetapi yang lebih utama adalah untuk menghilangkan hadats janabah terlebih dahulu sebelum terbitnya fajar. Adapun dalil bahwa janabah itu tidaklah meniadakan puasa ialah: "Bahwa sesungguhnya Nabi ﷺ pernah masuk waktu subuh dalam keadaan junub dari jima' bukan sebab mimpi, kemudian Beliau ﷺ mandi dan berpuasa."(HR Bukhari)
Sebagaimana hadats janabah yang disunnahkan untuk mandi sebelum terbitnya fajar, ialah hadats haidh dan nifas yang diketahui telah mampet.
📚[Al-Fiqhul Minhaji. Juz. 2/ Hal. 90]
Rabu, 15 April 2020
128} Hukum mengumandangkan adzan bagi perempuan
PERTANYAAN:
[@rela mati demi rasulullah]
assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh ana ingin bertanya apa kah boleh wanita nengumandang kan adzan
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Perempuan dan Waria Makruh hukumnya mengumandangkan adzan, dan bila sampai mengeraskan suara hukumnya Haram.
Yang disunahkan bagi wanita yang hendak mendirikan shalat berjamaah sesama wanita atau shalat sendirian ialah mengumandangkan iqamah dengan suara pelan, jika mengeraskan suaranya maka iqamah pun dihukumi Haram.
Dalam kitab I'anatut Thalibin disebutkan: Apabila seorang wanita mengumandangkan adzan untuk mendirikan shalat berjamaah sesama wanita, dan adzannya dengan suara pelan, maka tidak dihukumi Makruh
Reff:
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 2/ Hal. 51]:
(مَسْأَلَةٌ)
قَالَ الشَّافِعِيُّ: "وَأُحِبُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تُقِيمَ وَلَا تُؤَذِّنَ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ أَجْزَأَهَا".
قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ: وَإِنَّمَا كَرِهَ الْأَذَانَ لَهَا، وَاسْتَحَبَّ الْإِقَامَةَ لِرِوَايَةِ الْحَكَمِ عَنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ قَالَ: "لَيْسَ عَلَى النِّسَاءِ أَذَانٌ، وَلَا إِقَامَةٌ، وَلَا جُمُعَةٌ، وَلَا اغْتِسَالٌ لِلْجُمُعَةِ، وَلَا تَقَدَّمَهُنَّ امْرَأَةٌ، لَكِنْ تَقُومُ وَسْطَهُنَّ" وَعُنِيَ بِالْإِقَامَةِ مَا يفعله مؤذنوا الجماعة من الجهر بها، ولأن الأذان دعاه مَنْ غَابَ وَبَعُدَ، وَالْمَرْأَةُ مَنْهِيَّةٌ عَنِ الِاخْتِلَاطِ بِالرِّجَالِ مَأْمُورَةٌ بِلُزُومِ الْمَنْزِلِ وَصَلَاتُهَا فِيهِ أَفْضَلُ، وَأَمَّا الْإِقَامَةُ فَهِيَ اسْتِفْتَاحُ صَلَاةٍ قَبْلَ الْإِحْرَامِ فَاسْتَوَى فِيهِ الرَّجُلُ وَالْمَرْأَةُ كَاسْتِفْتَاحِ الصَّلَاةِ بَعْدَ الإحرام
➖➖➖➖➖
📚[Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah. Juz. 1/ Hal. 145]:
(وَيُنْدَبُ لِجَمَاعَةِ النِّسَاءِ الْإِقَامَةُ) بِأَنْ تَأْتِيَ بِهَا إحْدَاهُنَّ (لَا الْآذَانُ عَلَى الْمَشْهُورِ) فِيهِمَا لِأَنَّ الْأَذَانَ يُخَافُ مِنْ رَفْعِ الْمَرْأَةِ الصَّوْتَ بِهِ الْفِتْنَةُ وَالْإِقَامَةُ لِاسْتِنْهَاضِ الْحَاضِرِينَ وَلَيْسَ فِيهَا رَفْعُ الْأَذَانِ. وَالثَّانِي يُنْدَبَانِ بِأَنْ تَأْتِيَ بِهِمَا وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ لَكِنْ لَا تَرْفَعُ صَوْتَهَا فَوْقَ مَا تُسْمِعُ صَوَاحِبَهَا. وَالثَّالِثُ لَا يُنْدَبَانِ الْأَذَانُ لِمَا تَقَدَّمَ وَالْإِقَامَةُ تَبَعٌ لَهُ، وَيَجْرِي الْخِلَافُ فِي الْمُنْفَرِدَةِ بِنَاءً عَلَى نَدْبِ الْأَذَانِ لِلْمُنْفَرِدِ. قَالَ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ: وَالْخُنْثَى الْمُشْكِلُ فِي هَذَا كُلِّهِ كَالْمَرْأَةِ
قَوْلُهُ: (وَيُنْدَبُ لِجَمَاعَةِ النِّسَاءِ الْإِقَامَةُ) لَا الْأَذَانُ عَلَى الْمَشْهُورِ. اعْلَمْ أَنَّهُ يُسْتَفَادُ مِنْ كَلَامِ الشَّارِحِ أَنَّ كُلًّا مِنْ الْإِقَامَةِ وَالْأَذَانِ لِلنِّسَاءِ حَرَامٌ مَعَ رَفْعِ الصَّوْتِ قَطْعًا، وَهُوَ الْمُعْتَمَدُ فِي الْأَذَانِ فَقَطْ. وَكَذَا لَوْ قَصَدَتْ فِيهِ التَّشْبِيهَ بِالرِّجَالِ، وَإِلَّا فَيُكْرَهُ وَلَيْسَ أَذَانًا مُطْلَقًا بَلْ عَلَى صُورَتِهِ. قَوْلُهُ: (وَيَجْرِي الْخِلَافُ فِي الْمُنْفَرِدَةِ) بِجَمِيعِ أَحْكَامِهِ الْمَذْكُورَةِ، وَأَشَارَ بِقَوْلِهِ بِنَاءً عَلَى نَدْبِ الْأَذَانِ لِلْمُنْفَرِدِ إلَى أَنَّهُ لَا يُنْدَبُ لَهَا قَطْعًا إذَا لَمْ يُنْدَبْ لَهُ، وَأَنَّهُ يُنْدَبُ لَهَا الْإِقَامَةُ قَطْعًا، وَمَا فِي كَلَامِ شَيْخِ شَيْخِنَا عَمِيرَةَ هُنَا غَيْرُ مُسْتَقِيمٍ فَرَاجِعْهُ. قَوْلُهُ: (وَالْخُنْثَى الْمُشْكِلُ فِي هَذَا كُلِّهِ كَالْمَرْأَةِ) فِي الْحُرْمَةِ وَالْكَرَاهَةِ اجْتِمَاعًا وَانْفِرَادًا وَفِي جَرَيَانِ الْخِلَافِ أَيْضًا، وَخَرَجَ بِالْأَذَانِ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ وَالْغِنَاءُ بِكَسْرِ أَوَّلِهِ مَعَ الْمَدِّ مِمَّنْ ذُكِرَ فَلَا يَحْرُمَانِ وَلَوْ بِرَفْعِ الصَّوْتِ لِأَنَّهُمَا لَيْسَا مِنْ وَظَائِفِ الرِّجَالِ وَأَلْحَقَ ابْنُ عَبْدِ الْحَقِّ الْقِرَاءَةَ بِالْأَذَانِ، وَاعْلَمْ أَنَّهُ يَحْرُمُ سَمَاعُ الْأَجْنَبِيِّ لِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ مَعَ الشَّهْوَةِ أَوْ خَوْفِ الْفِتْنَة
➖➖➖➖➖
📚[I'anatut Thalibin. Juz. 1/ Hal. 233]:
(و) سن (اقامة لأنثى) سرا وخنث فإن اذنت للنساء سرا لم يكره او جهرا حرم (قوله وسن اقامة لأنثى) اي لنفسها وللنساء لا للرجال والخناثي ولايسن لها الأذان مطلقا
[@rela mati demi rasulullah]
assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh ana ingin bertanya apa kah boleh wanita nengumandang kan adzan
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Perempuan dan Waria Makruh hukumnya mengumandangkan adzan, dan bila sampai mengeraskan suara hukumnya Haram.
Yang disunahkan bagi wanita yang hendak mendirikan shalat berjamaah sesama wanita atau shalat sendirian ialah mengumandangkan iqamah dengan suara pelan, jika mengeraskan suaranya maka iqamah pun dihukumi Haram.
Dalam kitab I'anatut Thalibin disebutkan: Apabila seorang wanita mengumandangkan adzan untuk mendirikan shalat berjamaah sesama wanita, dan adzannya dengan suara pelan, maka tidak dihukumi Makruh
Reff:
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 2/ Hal. 51]:
(مَسْأَلَةٌ)
قَالَ الشَّافِعِيُّ: "وَأُحِبُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تُقِيمَ وَلَا تُؤَذِّنَ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ أَجْزَأَهَا".
قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ: وَإِنَّمَا كَرِهَ الْأَذَانَ لَهَا، وَاسْتَحَبَّ الْإِقَامَةَ لِرِوَايَةِ الْحَكَمِ عَنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ قَالَ: "لَيْسَ عَلَى النِّسَاءِ أَذَانٌ، وَلَا إِقَامَةٌ، وَلَا جُمُعَةٌ، وَلَا اغْتِسَالٌ لِلْجُمُعَةِ، وَلَا تَقَدَّمَهُنَّ امْرَأَةٌ، لَكِنْ تَقُومُ وَسْطَهُنَّ" وَعُنِيَ بِالْإِقَامَةِ مَا يفعله مؤذنوا الجماعة من الجهر بها، ولأن الأذان دعاه مَنْ غَابَ وَبَعُدَ، وَالْمَرْأَةُ مَنْهِيَّةٌ عَنِ الِاخْتِلَاطِ بِالرِّجَالِ مَأْمُورَةٌ بِلُزُومِ الْمَنْزِلِ وَصَلَاتُهَا فِيهِ أَفْضَلُ، وَأَمَّا الْإِقَامَةُ فَهِيَ اسْتِفْتَاحُ صَلَاةٍ قَبْلَ الْإِحْرَامِ فَاسْتَوَى فِيهِ الرَّجُلُ وَالْمَرْأَةُ كَاسْتِفْتَاحِ الصَّلَاةِ بَعْدَ الإحرام
➖➖➖➖➖
📚[Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah. Juz. 1/ Hal. 145]:
(وَيُنْدَبُ لِجَمَاعَةِ النِّسَاءِ الْإِقَامَةُ) بِأَنْ تَأْتِيَ بِهَا إحْدَاهُنَّ (لَا الْآذَانُ عَلَى الْمَشْهُورِ) فِيهِمَا لِأَنَّ الْأَذَانَ يُخَافُ مِنْ رَفْعِ الْمَرْأَةِ الصَّوْتَ بِهِ الْفِتْنَةُ وَالْإِقَامَةُ لِاسْتِنْهَاضِ الْحَاضِرِينَ وَلَيْسَ فِيهَا رَفْعُ الْأَذَانِ. وَالثَّانِي يُنْدَبَانِ بِأَنْ تَأْتِيَ بِهِمَا وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ لَكِنْ لَا تَرْفَعُ صَوْتَهَا فَوْقَ مَا تُسْمِعُ صَوَاحِبَهَا. وَالثَّالِثُ لَا يُنْدَبَانِ الْأَذَانُ لِمَا تَقَدَّمَ وَالْإِقَامَةُ تَبَعٌ لَهُ، وَيَجْرِي الْخِلَافُ فِي الْمُنْفَرِدَةِ بِنَاءً عَلَى نَدْبِ الْأَذَانِ لِلْمُنْفَرِدِ. قَالَ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ: وَالْخُنْثَى الْمُشْكِلُ فِي هَذَا كُلِّهِ كَالْمَرْأَةِ
قَوْلُهُ: (وَيُنْدَبُ لِجَمَاعَةِ النِّسَاءِ الْإِقَامَةُ) لَا الْأَذَانُ عَلَى الْمَشْهُورِ. اعْلَمْ أَنَّهُ يُسْتَفَادُ مِنْ كَلَامِ الشَّارِحِ أَنَّ كُلًّا مِنْ الْإِقَامَةِ وَالْأَذَانِ لِلنِّسَاءِ حَرَامٌ مَعَ رَفْعِ الصَّوْتِ قَطْعًا، وَهُوَ الْمُعْتَمَدُ فِي الْأَذَانِ فَقَطْ. وَكَذَا لَوْ قَصَدَتْ فِيهِ التَّشْبِيهَ بِالرِّجَالِ، وَإِلَّا فَيُكْرَهُ وَلَيْسَ أَذَانًا مُطْلَقًا بَلْ عَلَى صُورَتِهِ. قَوْلُهُ: (وَيَجْرِي الْخِلَافُ فِي الْمُنْفَرِدَةِ) بِجَمِيعِ أَحْكَامِهِ الْمَذْكُورَةِ، وَأَشَارَ بِقَوْلِهِ بِنَاءً عَلَى نَدْبِ الْأَذَانِ لِلْمُنْفَرِدِ إلَى أَنَّهُ لَا يُنْدَبُ لَهَا قَطْعًا إذَا لَمْ يُنْدَبْ لَهُ، وَأَنَّهُ يُنْدَبُ لَهَا الْإِقَامَةُ قَطْعًا، وَمَا فِي كَلَامِ شَيْخِ شَيْخِنَا عَمِيرَةَ هُنَا غَيْرُ مُسْتَقِيمٍ فَرَاجِعْهُ. قَوْلُهُ: (وَالْخُنْثَى الْمُشْكِلُ فِي هَذَا كُلِّهِ كَالْمَرْأَةِ) فِي الْحُرْمَةِ وَالْكَرَاهَةِ اجْتِمَاعًا وَانْفِرَادًا وَفِي جَرَيَانِ الْخِلَافِ أَيْضًا، وَخَرَجَ بِالْأَذَانِ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ وَالْغِنَاءُ بِكَسْرِ أَوَّلِهِ مَعَ الْمَدِّ مِمَّنْ ذُكِرَ فَلَا يَحْرُمَانِ وَلَوْ بِرَفْعِ الصَّوْتِ لِأَنَّهُمَا لَيْسَا مِنْ وَظَائِفِ الرِّجَالِ وَأَلْحَقَ ابْنُ عَبْدِ الْحَقِّ الْقِرَاءَةَ بِالْأَذَانِ، وَاعْلَمْ أَنَّهُ يَحْرُمُ سَمَاعُ الْأَجْنَبِيِّ لِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ مَعَ الشَّهْوَةِ أَوْ خَوْفِ الْفِتْنَة
➖➖➖➖➖
📚[I'anatut Thalibin. Juz. 1/ Hal. 233]:
(و) سن (اقامة لأنثى) سرا وخنث فإن اذنت للنساء سرا لم يكره او جهرا حرم (قوله وسن اقامة لأنثى) اي لنفسها وللنساء لا للرجال والخناثي ولايسن لها الأذان مطلقا
Selasa, 14 April 2020
127} Shalat yang pasti diterima
PERTANYAAN:
Assalamualaikum guru
Dulu waktu ana ngaji pernah dngar ceramah guru ana dan dia bilang sholat berjemaah sudah pasti ditrima sholatnxa, katanxa lgi dngan sebab ditrima sholat satu org dari jemaah, yg lain juga dtrima.
Mau minta referensi Benar g ap yg disampekan guru ana
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Dalam Ibanatul Ahkam disebutkan bahwa karena Rahmat Allah, maka orang yang shalat berjamaah pasti akan diterima shalatnya.
Jika ada makmum yang sembrono dalam shalatnya maka akan tetap diterima karena diikutkan kedalam golongan makmum lain yang sempurna shalatnya. Jika ada makmum yang buruk shalatnya maka akan tetap diterima karena dimasukkan kedalam golongan makmum lain yang baik shalatnya.
Reff:
📚[Ibanatul Ahkam. Juz 2/ Hal. 32]:
و قد اقتضت رحمة الله عز وجل أن يقبل المقصرين في زمرة الكاملين ويقبل المسيئين إكراما للمحسنين، فلهذا حث الشارع علي صلاة الجماعة وعلي الإستكثار منها لأن ذلك يؤدي إلي القبول.
Assalamualaikum guru
Dulu waktu ana ngaji pernah dngar ceramah guru ana dan dia bilang sholat berjemaah sudah pasti ditrima sholatnxa, katanxa lgi dngan sebab ditrima sholat satu org dari jemaah, yg lain juga dtrima.
Mau minta referensi Benar g ap yg disampekan guru ana
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Dalam Ibanatul Ahkam disebutkan bahwa karena Rahmat Allah, maka orang yang shalat berjamaah pasti akan diterima shalatnya.
Jika ada makmum yang sembrono dalam shalatnya maka akan tetap diterima karena diikutkan kedalam golongan makmum lain yang sempurna shalatnya. Jika ada makmum yang buruk shalatnya maka akan tetap diterima karena dimasukkan kedalam golongan makmum lain yang baik shalatnya.
Reff:
📚[Ibanatul Ahkam. Juz 2/ Hal. 32]:
و قد اقتضت رحمة الله عز وجل أن يقبل المقصرين في زمرة الكاملين ويقبل المسيئين إكراما للمحسنين، فلهذا حث الشارع علي صلاة الجماعة وعلي الإستكثار منها لأن ذلك يؤدي إلي القبول.
126} Hukum mengucapkan: "Ramadhan telah tiba"
PERTANYAAN:
Assalamualaikum guru
Sering ana dngar kl datang bulan ramadhon di t4 ana mengucapkan telah datanglah ramadhon N wkt ramadhon brkahir mngucpkan ramadhon telah pergi
Pernyaan
Gmna hukum mngucapkan sperti itu guru?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Makruh Hukumnya Mengucapkan: "Ramadhan telah tiba" atau "Ramadhan telah pergi", karena terdapat sebuah hadits yang artinya:
"Rasulullah ﷺ bersabda: "janganlah kalian ucapkan Ramadhan telah tiba."
Ramadhan adalah satu nama dari nama²nya Allah, maka dalam hal ini, disaat mengucapkannya mesti menggunakan lafadz الشهر (bulan) contonnya: "Bulan ramadhan telah tiba."
Dan Boleh tidak menyebutkan lafadz الشهر (bulan) tetapi menyebutkan lafadz lain yang menunjuki qarenahnya kepada lafadz الشهر seperti mengatakan:
صُمْتُ رَمَضَانَ
Aku berpuasa ramadhan
Reff:
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 3/ Hal. 396]:
فَصْلٌ:
قَالَ أَصْحَابُنَا: يُكْرَهُ أَنْ يُقَالَ: جَاءَ رَمَضَانُ وَذَهَبَ رَمَضَانُ لِمَا رُوِيَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ أَنَّهُ قَالَ "لَا تَقُولُوا جَاءَ رَمَضَانُ فَإِنَّ رَمَضَانَ اسمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللَّهِ تَعَالَى وَلَكِنْ قُولُوا شَهْرَ رَمَضَانَ "فَإِنْ لَمْ يَذْكُرِ الشَّهْرَ وَلَكِنْ ذَكَرَ مَعَهُ مَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ أَرَادَ بِهِ الشَّهْرَ جَازَ كَقَوْلِهِ: صُمْتُ رَمَضَانَ فَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ" وَكَانَ شَهْرُ رَمَضَانَ يُسَمَّى فِي الْجَاهِلِيَّةِ نَائِقٌ فَسُمِّيَ فِي الْإِسْلَامِ رَمَضَانَ مَأْخُوذٌ مِنَ الرَّمْضَاءِ، وَهُوَ شِدَّةُ الْحَرِّ لِأَنَّهُ حِينَ فُرِضَ وَافَقَ شِدَّةَ الْحَرِّ وَقَدْ رَوَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ قَالَ: "إِنَّمَا سُمِّيَ رَمَضَانُ لِأَنَّهُ يَرْمِضُ الذُّنُوبَ" أَيْ: يَحْرِقُهَا وَيَذْهَبُ بِهَا.
Assalamualaikum guru
Sering ana dngar kl datang bulan ramadhon di t4 ana mengucapkan telah datanglah ramadhon N wkt ramadhon brkahir mngucpkan ramadhon telah pergi
Pernyaan
Gmna hukum mngucapkan sperti itu guru?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Makruh Hukumnya Mengucapkan: "Ramadhan telah tiba" atau "Ramadhan telah pergi", karena terdapat sebuah hadits yang artinya:
"Rasulullah ﷺ bersabda: "janganlah kalian ucapkan Ramadhan telah tiba."
Ramadhan adalah satu nama dari nama²nya Allah, maka dalam hal ini, disaat mengucapkannya mesti menggunakan lafadz الشهر (bulan) contonnya: "Bulan ramadhan telah tiba."
Dan Boleh tidak menyebutkan lafadz الشهر (bulan) tetapi menyebutkan lafadz lain yang menunjuki qarenahnya kepada lafadz الشهر seperti mengatakan:
صُمْتُ رَمَضَانَ
Aku berpuasa ramadhan
Reff:
📚[al-Hawy al-Kabir. Juz. 3/ Hal. 396]:
فَصْلٌ:
قَالَ أَصْحَابُنَا: يُكْرَهُ أَنْ يُقَالَ: جَاءَ رَمَضَانُ وَذَهَبَ رَمَضَانُ لِمَا رُوِيَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ أَنَّهُ قَالَ "لَا تَقُولُوا جَاءَ رَمَضَانُ فَإِنَّ رَمَضَانَ اسمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللَّهِ تَعَالَى وَلَكِنْ قُولُوا شَهْرَ رَمَضَانَ "فَإِنْ لَمْ يَذْكُرِ الشَّهْرَ وَلَكِنْ ذَكَرَ مَعَهُ مَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ أَرَادَ بِهِ الشَّهْرَ جَازَ كَقَوْلِهِ: صُمْتُ رَمَضَانَ فَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ" وَكَانَ شَهْرُ رَمَضَانَ يُسَمَّى فِي الْجَاهِلِيَّةِ نَائِقٌ فَسُمِّيَ فِي الْإِسْلَامِ رَمَضَانَ مَأْخُوذٌ مِنَ الرَّمْضَاءِ، وَهُوَ شِدَّةُ الْحَرِّ لِأَنَّهُ حِينَ فُرِضَ وَافَقَ شِدَّةَ الْحَرِّ وَقَدْ رَوَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ قَالَ: "إِنَّمَا سُمِّيَ رَمَضَانُ لِأَنَّهُ يَرْمِضُ الذُّنُوبَ" أَيْ: يَحْرِقُهَا وَيَذْهَبُ بِهَا.
Senin, 13 April 2020
125} Was-Was setan saat mengerjakan shalat dan berwudhu
PERTANYAAN:
Assalamu'alaikum
jika kita berwudhu dan sholat namun ketika melakukannya selalu banyak keraguan sehingga mengulang nya beberapa kali itu sebab apa ya ?
Adakah gangguan jin didalam tubuh manusia tersbut dan gimna cara menghilangkannya?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Iya benar Itu was² dari setan.
Caranya Dicuekin saja, jangan pedulikan dan jangan diambil pusing sama sekali setiap was² yang datang, sebab was² tidaklah memberi dampak apa² terhadap ibadah.
ولا مؤاخذة بوسواس قهري فى الصلاة كالإيمان وغيره.
(قوله : ولامؤاخذة) أى لاضرر في ذلك وقوله بوسواس قهري وهو الذي يطرق الفكر بلا اختيار قال في الايعاب بأن وقع في فكره أنه لو تردد في الصلاة ما حكمه ؟ فلا مؤاخذة به قطعا وبه يعلم الفرق بين الوسوسة والشك فهو أن يعدم اليقين وهي أن يستمر اليقين ولكنه يصور في نفسه تقدير التردد ولو كان كيف يكون الأمر فهو من الهاجس الآتى وكذا في الإيمان باللّٰه تعالي لأن ذلك مما يبتلي به الموسوسون فالمؤاخذة به من الحرج اه كردى (قوله : كالإيمان) أي باللّٰه تعالي وهو بكسر الهمزة يعنى كما أنه لايؤاخذ بالوسواس القهري في الإيمان باللّٰه وقوله وغيره أي غير الإيمان من بقية العبادات اهـ.
Dan tidaklah membahayakan terhadap ke absahan ibadah yaitu was² yang tidak terkendali, baik didalam shalat maupun ibadah² lainnya. Seperti bisikan² tentang hal keimanan misalnya.
Was² ialah semacam pikiran yang datang tanpa bisa kita cegah.
Didalam Al I'ab Dikatakan: "Seumpama ketika shalat lalu datanglah pikiran² yang aneh atau was², yang mana menyebabkan bimbang, apa hukumnya?." Jawab: "Tidaklah membahayakan shalatnya sama sekali."
Adapun perbedaan antara was² dan syak (ragu) ialah: "jika syak itu tidak tersisa keyakinan sama sekali didalam hati, sedangkan was² didalam dirinya masih ada keyakinan namun terganggu serta terhalang oleh kebimbangannya."
📚[I'anatut Thalibin. Juz. 1/ Hal. 213]
➖➖➖➖➖
[الفتاوى الكبرى الفقهية على مذهب الإمام الشافعي، فتاوى ابن حجر الهيتمي ج ١/ ص ٢١٦ ، دار الكتب العلمية]:
له دواء نافع وهو الإعراض عنها جملة كافية ، وإن كان في النفس من التردد ما كان فإنه متى لم يلتفت لذلك لم يثبت بل يذهب بعد زمن قليل كما جرب ذلك الموفقون , وأما من أصغى إليها وعمل بقضيتها فإنها لا تزال تزداد به حتى تُخرجه إلى حيز المجانين بل وأقبح منهم , كما شاهدناه في كثيرين ممن ابتلوا بها وأصغوا إليها وإلى شيطانها
Assalamu'alaikum
jika kita berwudhu dan sholat namun ketika melakukannya selalu banyak keraguan sehingga mengulang nya beberapa kali itu sebab apa ya ?
Adakah gangguan jin didalam tubuh manusia tersbut dan gimna cara menghilangkannya?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Iya benar Itu was² dari setan.
Caranya Dicuekin saja, jangan pedulikan dan jangan diambil pusing sama sekali setiap was² yang datang, sebab was² tidaklah memberi dampak apa² terhadap ibadah.
ولا مؤاخذة بوسواس قهري فى الصلاة كالإيمان وغيره.
(قوله : ولامؤاخذة) أى لاضرر في ذلك وقوله بوسواس قهري وهو الذي يطرق الفكر بلا اختيار قال في الايعاب بأن وقع في فكره أنه لو تردد في الصلاة ما حكمه ؟ فلا مؤاخذة به قطعا وبه يعلم الفرق بين الوسوسة والشك فهو أن يعدم اليقين وهي أن يستمر اليقين ولكنه يصور في نفسه تقدير التردد ولو كان كيف يكون الأمر فهو من الهاجس الآتى وكذا في الإيمان باللّٰه تعالي لأن ذلك مما يبتلي به الموسوسون فالمؤاخذة به من الحرج اه كردى (قوله : كالإيمان) أي باللّٰه تعالي وهو بكسر الهمزة يعنى كما أنه لايؤاخذ بالوسواس القهري في الإيمان باللّٰه وقوله وغيره أي غير الإيمان من بقية العبادات اهـ.
Dan tidaklah membahayakan terhadap ke absahan ibadah yaitu was² yang tidak terkendali, baik didalam shalat maupun ibadah² lainnya. Seperti bisikan² tentang hal keimanan misalnya.
Was² ialah semacam pikiran yang datang tanpa bisa kita cegah.
Didalam Al I'ab Dikatakan: "Seumpama ketika shalat lalu datanglah pikiran² yang aneh atau was², yang mana menyebabkan bimbang, apa hukumnya?." Jawab: "Tidaklah membahayakan shalatnya sama sekali."
Adapun perbedaan antara was² dan syak (ragu) ialah: "jika syak itu tidak tersisa keyakinan sama sekali didalam hati, sedangkan was² didalam dirinya masih ada keyakinan namun terganggu serta terhalang oleh kebimbangannya."
📚[I'anatut Thalibin. Juz. 1/ Hal. 213]
➖➖➖➖➖
[الفتاوى الكبرى الفقهية على مذهب الإمام الشافعي، فتاوى ابن حجر الهيتمي ج ١/ ص ٢١٦ ، دار الكتب العلمية]:
له دواء نافع وهو الإعراض عنها جملة كافية ، وإن كان في النفس من التردد ما كان فإنه متى لم يلتفت لذلك لم يثبت بل يذهب بعد زمن قليل كما جرب ذلك الموفقون , وأما من أصغى إليها وعمل بقضيتها فإنها لا تزال تزداد به حتى تُخرجه إلى حيز المجانين بل وأقبح منهم , كما شاهدناه في كثيرين ممن ابتلوا بها وأصغوا إليها وإلى شيطانها
Sabtu, 11 April 2020
124} Pahala syahid bagi orang yang terkena wabah penyakit
PERTANYAAN:
assalamualaikum
Tgk, apA benar orang terkena wabah penyakit contoh virus corona jika mati mendapat pahala syahid.....?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Dalam Fathul Bari disebutkan bahwa ada 3 keadaan mengenai orang yang terkena wabah berkaitan dengan pahala mati syahid, yaitu:
1) Orang (beriman) yang terkena wabah, lalu dia meninggal maka otomatis tergolong mati syahid.
2) Orang yang terkena wabah, tapi tidak sampai meninggal, maka dia memperoleh pahala sepadan orang yang mati syahid.
3) Orang yang di daerahnya tidak ada wabah, tapi ia tertular wabah dari orang lain, maka inipun jika meninggal akan memperoleh pahala mati syahid.
📚[Fathul Bari syarah Shahih Bukhari. Juz. 13/ Hal. 152_153]:
مفهوم هذا الحديث كما اقتضى منطوقه أن من اتصف بالصفات المذكورة يحصل له أجر الشهيد وإن لم يمت بالطاعون ويدخل تحته ثلاث صور أن من اتصف بذلك فوقع به الطاعون فمات به أو وقع به ولم يمت به أو لم يقع به أصلا ومات بغيره عاجلا أو آجلا قوله مثل أجر الشهيد لعل السر في التعبير بالمثلية مع ثبوت التصريح بأن من مات بالطاعون كان شهيدا أن من لم يمت من هؤلاء بالطاعون كان له مثل أجر الشهيد وأن لم تحصل له درجة الشهادة بعينها وذلك أن من اتصف بكونه شهيدا أعلى درجة ممن وعد بأنه يعطي مثل أجر الشهيد ويكون كمن خرج على نية الجهاد في سبيل الله لتكون كلمة الله هي العليا فمات بسبب غير القتل وأما ما اقتضاه مفهوم حديث الباب أن من اتصف بالصفات المذكورة ووقع به الطاعون ثم لم يمت منه أنه يحصل له ثواب الشهيد فيشهد له حديث بن مسعود الذي أخرجه أحمد من طريق إبراهيم بن عبيد بن رفاعة أن أبا محمد أخبره وكان من أصحاب بن مسعود أنه حدثه عن رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال إن أكثر شهداء أمتي لأصحاب الفرش ورب قتيل بين الصفين الله أعلم بنيته والضمير في قوله أنه لابن مسعود فإن أحمد أخرجه في مسند بن مسعود ورجال سنده موثقون واستنبط من الحديث أن من اتصف بالصفات المذكورة ثم وقع به الطاعون فمات به أن يكون له أجر شهيدين ولا مانع من تعدد الثواب بتعدد الأسباب كمن يموت غريبا بالطاعون أو نفساء مع الصبر والاحتساب والتحقيق فيما اقتضاه حديث الباب أنه يكون شهيدا بوقوع الطاعون به ويضاف له مثل أجر الشهيد لصبره وثباته فإن درجة الشهادة شيء وأجر الشهادة شيء وقد أشار إلى ذلك الشيخ أبو محمد بن أبي جمرة وقال هذا هو السر في قوله والمطعون شهيد وفي قوله في هذا فله مثل أجر شهيد ويمكن أن يقال بل درجات الشهداء متفاوتة فأرفعها من اتصف بالصفات المذكورة ومات بالطاعون ودونه في المرتبة من اتصف بها وطعن ولم يمت به ودونه من اتصف ولم يطعن ولم يمت به ويستفاد من الحديث أيضا أن من لم يتصف بالصفات المذكورة لا يكون شهيدا ولو وقع الطاعون ومات به فضلا عن أن يموت بغيره وذلك ينشأ عن شؤم الاعتراض الذي ينشأ عنه التضجر والتسخط لقدر الله وكراهة لقاء الله وما أشبه ذلك من الأمور التي تفوت معها الخصال المشروطة والله أعلم وقد جاء في بعض الأحاديث استواء شهيد الطاعون وشهيد المعركة فأخرج أحمد بسند حسن عن عتبة بن عبد السلمي رفعه يأتي الشهداء والمتوفون بالطاعون فيقول أصحاب الطاعون نحن شهداء فيقال انظروا فإن كان جراحهم كجراح الشهداء تسيل دما وريحها كريح المسك فهم شهداء فيجدونهم كذلك وله شاهد من حديث العرباض بن سارية أخرجه أحمد أيضا والنسائي بسند حسن أيضا بلفظ يختصم الشهداء والمتوفون على فرشهم إلى ربنا في الذين ماتوا بالطاعون فيقول الشهداء إخواننا قتلوا كما قتلنا ويقول الذين ماتوا على فرشهم إخواننا ماتوا على فرشهم كما متنا فيقول الله انظروا إلى جراحهم فإن أشبهت جراح المقتولين فإنهم منهم فإذا جراحهم أشبهت جراحهم زاد الكلاباذي في معاني الأخبار من هذا الوجه في آخره فيلحقون بهم قوله تابعه النضر عن داود النضر هو بن شميل وداود هو بن أبي الفرات وقد أخرج طريق النضر في كتاب القدر عن إسحاق بن إبراهيم عنه وتقدم موصولا أيضا في ذكر بني إسرائيل عن موسى بن إسماعيل وأخرجه أحمد عن عفان وعبد الصمد بن عبد الوارث وأبي عبد الرحمن المقرئ والنسائي من طريق يونس بن محمد المؤدب كلهم عن داود بن أبي الفرات وإنما ذكرت ذلك لئلا يتوهم أن البخاري أراد بقوله تابعه النضر إزالة توهم..
assalamualaikum
Tgk, apA benar orang terkena wabah penyakit contoh virus corona jika mati mendapat pahala syahid.....?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Dalam Fathul Bari disebutkan bahwa ada 3 keadaan mengenai orang yang terkena wabah berkaitan dengan pahala mati syahid, yaitu:
1) Orang (beriman) yang terkena wabah, lalu dia meninggal maka otomatis tergolong mati syahid.
2) Orang yang terkena wabah, tapi tidak sampai meninggal, maka dia memperoleh pahala sepadan orang yang mati syahid.
3) Orang yang di daerahnya tidak ada wabah, tapi ia tertular wabah dari orang lain, maka inipun jika meninggal akan memperoleh pahala mati syahid.
📚[Fathul Bari syarah Shahih Bukhari. Juz. 13/ Hal. 152_153]:
مفهوم هذا الحديث كما اقتضى منطوقه أن من اتصف بالصفات المذكورة يحصل له أجر الشهيد وإن لم يمت بالطاعون ويدخل تحته ثلاث صور أن من اتصف بذلك فوقع به الطاعون فمات به أو وقع به ولم يمت به أو لم يقع به أصلا ومات بغيره عاجلا أو آجلا قوله مثل أجر الشهيد لعل السر في التعبير بالمثلية مع ثبوت التصريح بأن من مات بالطاعون كان شهيدا أن من لم يمت من هؤلاء بالطاعون كان له مثل أجر الشهيد وأن لم تحصل له درجة الشهادة بعينها وذلك أن من اتصف بكونه شهيدا أعلى درجة ممن وعد بأنه يعطي مثل أجر الشهيد ويكون كمن خرج على نية الجهاد في سبيل الله لتكون كلمة الله هي العليا فمات بسبب غير القتل وأما ما اقتضاه مفهوم حديث الباب أن من اتصف بالصفات المذكورة ووقع به الطاعون ثم لم يمت منه أنه يحصل له ثواب الشهيد فيشهد له حديث بن مسعود الذي أخرجه أحمد من طريق إبراهيم بن عبيد بن رفاعة أن أبا محمد أخبره وكان من أصحاب بن مسعود أنه حدثه عن رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال إن أكثر شهداء أمتي لأصحاب الفرش ورب قتيل بين الصفين الله أعلم بنيته والضمير في قوله أنه لابن مسعود فإن أحمد أخرجه في مسند بن مسعود ورجال سنده موثقون واستنبط من الحديث أن من اتصف بالصفات المذكورة ثم وقع به الطاعون فمات به أن يكون له أجر شهيدين ولا مانع من تعدد الثواب بتعدد الأسباب كمن يموت غريبا بالطاعون أو نفساء مع الصبر والاحتساب والتحقيق فيما اقتضاه حديث الباب أنه يكون شهيدا بوقوع الطاعون به ويضاف له مثل أجر الشهيد لصبره وثباته فإن درجة الشهادة شيء وأجر الشهادة شيء وقد أشار إلى ذلك الشيخ أبو محمد بن أبي جمرة وقال هذا هو السر في قوله والمطعون شهيد وفي قوله في هذا فله مثل أجر شهيد ويمكن أن يقال بل درجات الشهداء متفاوتة فأرفعها من اتصف بالصفات المذكورة ومات بالطاعون ودونه في المرتبة من اتصف بها وطعن ولم يمت به ودونه من اتصف ولم يطعن ولم يمت به ويستفاد من الحديث أيضا أن من لم يتصف بالصفات المذكورة لا يكون شهيدا ولو وقع الطاعون ومات به فضلا عن أن يموت بغيره وذلك ينشأ عن شؤم الاعتراض الذي ينشأ عنه التضجر والتسخط لقدر الله وكراهة لقاء الله وما أشبه ذلك من الأمور التي تفوت معها الخصال المشروطة والله أعلم وقد جاء في بعض الأحاديث استواء شهيد الطاعون وشهيد المعركة فأخرج أحمد بسند حسن عن عتبة بن عبد السلمي رفعه يأتي الشهداء والمتوفون بالطاعون فيقول أصحاب الطاعون نحن شهداء فيقال انظروا فإن كان جراحهم كجراح الشهداء تسيل دما وريحها كريح المسك فهم شهداء فيجدونهم كذلك وله شاهد من حديث العرباض بن سارية أخرجه أحمد أيضا والنسائي بسند حسن أيضا بلفظ يختصم الشهداء والمتوفون على فرشهم إلى ربنا في الذين ماتوا بالطاعون فيقول الشهداء إخواننا قتلوا كما قتلنا ويقول الذين ماتوا على فرشهم إخواننا ماتوا على فرشهم كما متنا فيقول الله انظروا إلى جراحهم فإن أشبهت جراح المقتولين فإنهم منهم فإذا جراحهم أشبهت جراحهم زاد الكلاباذي في معاني الأخبار من هذا الوجه في آخره فيلحقون بهم قوله تابعه النضر عن داود النضر هو بن شميل وداود هو بن أبي الفرات وقد أخرج طريق النضر في كتاب القدر عن إسحاق بن إبراهيم عنه وتقدم موصولا أيضا في ذكر بني إسرائيل عن موسى بن إسماعيل وأخرجه أحمد عن عفان وعبد الصمد بن عبد الوارث وأبي عبد الرحمن المقرئ والنسائي من طريق يونس بن محمد المؤدب كلهم عن داود بن أبي الفرات وإنما ذكرت ذلك لئلا يتوهم أن البخاري أراد بقوله تابعه النضر إزالة توهم..
123} Mendidik anak mengikuti bakatnya
PERTANYAAN:
assalamualaikum wr
Ustad ana sering mndengar bahwa orang tua harus beri pendidikan ke anaknya itu sesuai bakatnya. Apa benar bgitu ustad?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Iya benar, orang tua itu terlebih dahulu harus mengetahui bakat anaknya. Sebab tiap anak itu dilahirkan dengan membawa bakat masing². Asal jangan menggiring anak pada sesuatu yang diharamkan syareat. Jika anak dipaksa melakukan atau menekuni sesuatu yang tidak menjadi bakat atau kecenderungannya, maka ia tidak akan berhasil, bahkan bisa kehilangan bakatnya.
Sekiranya orang tua melihat anaknya memiliki sifat kuat hafalannya, cepat daya tangkapnya, serta minat belajarnya kuat, maka anak tersebut termasuk kategori anak yang berpotensi menyerap dan menampung. Selama otaknya masih kosong dapat diisi dengan ilmu, karena ilmu tersebut akan bersifat permanen dan tumbuh secara baik.
Namun jika Anda mendapati anak tersebut memiliki sifat berlawanan dengan yang diatas pada segala sisi, maka bisa jadi ia memiliki bakat menjadi ksatria, seperti panah memanah dan menunggang kuda, dan atau memainkan senjata tombak. Anak tersebut berarti kurang memiliki bakat serta kecakapan dalam hal keilmuan. Maka sang ayah hendaknya mendukung bahkan melatih serta selalu memberikan dorongan dalam mengasah bakat keperwiraan yang dimiliki. Itu akan lebih bermanfaat untuk dirinya dan kaum muslimin.
Jika sang bapak melihat anaknya tidak dianugerahi kedua jenis kecakapan serta bakat di atas, sementara ia melihatnya memiliki bakat serta kecenderungan dalam hal hasta karya dan kerajinan tangan, maka hendaknya si wali memberikan fasilitas untuk menekuni bakat tersebut.
Hal ini dilakukan tentu setelah ia dididik dan dibekali dengan ilmu pengetahuan agama. Karena yang demikian itu adalah mudah bagi setiap orang agar hujjah Allah tegak atas hamba Allah tersebut. Sebab Allah memiliki hujjah yang sangat jelas yang harus dipertanggungjawabkan oleh hamba²nya, sebagaimana Allah ‘azza wa jalla banyak melimpahkan karunia yang amat sempurna kepada mereka.
📚[Tuhfatul Maudud. Hal. 159]:
فصل
ومما ينبغي أن يعتمد حال الصبي وما هو مستعد له من الأعمال ومهيأ له منها فيعلم أنه مخلوق له فلا يحمله على غيره ما كان مأذونا فيه شرعا فإنه إن حمله على غير ما هو مستعد له لم يفلح فيه وفاته ما هو مهيأ له فإذا رآه حسن الفهم صحيح الإدراك جيد الحفظ واعيا فهذه من علامات قبوله وتهيئه للعلم لينقشه في لوح قلبه ما دام خاليا فإنه يتمكن فيه ويستقر ويزكو معه وإن رآه بخلاف ذلك من كل وجه وهو مستعد للفروسية وأسبابها من الركوب والرمي واللعب بالرمح وأنه لا نفاذ له في العلم ولم يخلق له مكنه من أسباب الفروسية والتمرن عليها فإنه أنفع له وللمسلمين وإن رآه بخلاف ذلك وأنه لم يخلق لذلك ورأى عينه مفتوحة إلى صنعة من الصنائع مستعدا لها قابلا لها وهي صناعة مباحة نافعة للناس فليمكنه منها هذا كله بعد تعليمه له ما يحتاج إليه في دينه فإن ذلك ميسر على كل أحد لتقوم حجة الله على العبد فإن له على عباد الحجة البالغة كما له عليهم النعمة السابغة. والله أعلم
assalamualaikum wr
Ustad ana sering mndengar bahwa orang tua harus beri pendidikan ke anaknya itu sesuai bakatnya. Apa benar bgitu ustad?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Iya benar, orang tua itu terlebih dahulu harus mengetahui bakat anaknya. Sebab tiap anak itu dilahirkan dengan membawa bakat masing². Asal jangan menggiring anak pada sesuatu yang diharamkan syareat. Jika anak dipaksa melakukan atau menekuni sesuatu yang tidak menjadi bakat atau kecenderungannya, maka ia tidak akan berhasil, bahkan bisa kehilangan bakatnya.
Sekiranya orang tua melihat anaknya memiliki sifat kuat hafalannya, cepat daya tangkapnya, serta minat belajarnya kuat, maka anak tersebut termasuk kategori anak yang berpotensi menyerap dan menampung. Selama otaknya masih kosong dapat diisi dengan ilmu, karena ilmu tersebut akan bersifat permanen dan tumbuh secara baik.
Namun jika Anda mendapati anak tersebut memiliki sifat berlawanan dengan yang diatas pada segala sisi, maka bisa jadi ia memiliki bakat menjadi ksatria, seperti panah memanah dan menunggang kuda, dan atau memainkan senjata tombak. Anak tersebut berarti kurang memiliki bakat serta kecakapan dalam hal keilmuan. Maka sang ayah hendaknya mendukung bahkan melatih serta selalu memberikan dorongan dalam mengasah bakat keperwiraan yang dimiliki. Itu akan lebih bermanfaat untuk dirinya dan kaum muslimin.
Jika sang bapak melihat anaknya tidak dianugerahi kedua jenis kecakapan serta bakat di atas, sementara ia melihatnya memiliki bakat serta kecenderungan dalam hal hasta karya dan kerajinan tangan, maka hendaknya si wali memberikan fasilitas untuk menekuni bakat tersebut.
Hal ini dilakukan tentu setelah ia dididik dan dibekali dengan ilmu pengetahuan agama. Karena yang demikian itu adalah mudah bagi setiap orang agar hujjah Allah tegak atas hamba Allah tersebut. Sebab Allah memiliki hujjah yang sangat jelas yang harus dipertanggungjawabkan oleh hamba²nya, sebagaimana Allah ‘azza wa jalla banyak melimpahkan karunia yang amat sempurna kepada mereka.
📚[Tuhfatul Maudud. Hal. 159]:
فصل
ومما ينبغي أن يعتمد حال الصبي وما هو مستعد له من الأعمال ومهيأ له منها فيعلم أنه مخلوق له فلا يحمله على غيره ما كان مأذونا فيه شرعا فإنه إن حمله على غير ما هو مستعد له لم يفلح فيه وفاته ما هو مهيأ له فإذا رآه حسن الفهم صحيح الإدراك جيد الحفظ واعيا فهذه من علامات قبوله وتهيئه للعلم لينقشه في لوح قلبه ما دام خاليا فإنه يتمكن فيه ويستقر ويزكو معه وإن رآه بخلاف ذلك من كل وجه وهو مستعد للفروسية وأسبابها من الركوب والرمي واللعب بالرمح وأنه لا نفاذ له في العلم ولم يخلق له مكنه من أسباب الفروسية والتمرن عليها فإنه أنفع له وللمسلمين وإن رآه بخلاف ذلك وأنه لم يخلق لذلك ورأى عينه مفتوحة إلى صنعة من الصنائع مستعدا لها قابلا لها وهي صناعة مباحة نافعة للناس فليمكنه منها هذا كله بعد تعليمه له ما يحتاج إليه في دينه فإن ذلك ميسر على كل أحد لتقوم حجة الله على العبد فإن له على عباد الحجة البالغة كما له عليهم النعمة السابغة. والله أعلم
122} apa saja syarat bagi suami yang ingin nambah istri
PERTANYAAN:
assalamualaikum ustad, mau nx apa sja syarat suami yg mau nambah istri?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Syaratnya harus adil, harus mampu dari segi harta dan tempat tinggal, Juga dalam giliran dan nafaqah.
Jika khawatir tidak adil cukup satu saja
📚[Tafsir Ibnu Katsir. Juz. 2/ Hal. 185]:
وَقَوْلُهُ: فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَواحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمانُكُمْ، أَيْ فإن خشيتم من تعداد النساء أن لا تَعْدِلُوا بَيْنَهُنَّ، كَمَا قَالَ تَعَالَى، وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّساءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ [النِّسَاءِ: 129] فمن خاف من ذلك فليقتصر عَلَى وَاحِدَةٍ
➖➖➖➖➖
📚[Ahkamul Qur'an Li ibnil 'Arabiy. Hal. 313]:
فإذا قدر الرجل من ماله ومن بنيته على نكاح أربع فليفعل، وإذا لم يحتمل ماله ولا بنيته في الباءة ذلك، فليقتصر على واحدة.
➖➖➖➖➖
{ وَإِنْ خِفْتُمْ أَ } ن { لا تُقْسِطُواْ } تعدلوا { فِى اليتامى } فتحرّجتم من أمرهم فخافوا أيضاً أن لا تعدلوا بين النساء إذا نكحتموهن { فانكحوا } تزوّجوا { مَا } بمعنى ( مَن ) { طَابَ لَكُمْ مّنَ النساء مثنى وثلاث وَرُبَاعَ } أي اثنتين اثنتين وثلاثاً ثلاثاً وأربعاً أربعاً ولا تزيدوا على ذلك { فَإِنْ خِفْتُمْ أَ } نْ { لا تَعْدِلُواْ } فيهن بالنفقة والقَسْم { فواحدة } انكحوها { أَوْ } اقتصروا على { مَا مَلَكَتْ أيمانكم } من الإماء إذ ليس لهن من الحقوق ما للزوجات { ذلك } أي نكاح الأربع فقط أو الواحدة أو التسرِّي { أدنى } أقرب إلى { أَلاَّ تَعُولُواْ } تجوروا.
(Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap anak² yatim) sehingga sulit bagi kamu untuk menghadapi mereka lalu kamu takut pula tidak akan dapat berlaku adil di antara wanita² yang kamu kawini (maka kawinilah) (apa) dengan arti siapa (yang baik di antara wanita² itu bagi kamu dua, tiga atau empat orang) boleh dua, tiga atau empat tetapi tidak boleh lebih dari itu. (kemudian jika kamu tidak akan dapat berlaku adil) di antara mereka dalam giliran dan pembagian nafkah (maka hendaklah seorang saja) yang kamu kawini (atau) hendaklah kamu batasi pada (hamba sahaya yang menjadi milikmu) karena mereka tidak mempunyai hak² sebagaimana istri² lainnya. (Yang demikian itu) maksudnya mengawini empat orang istri atau seorang istri saja, atau mengambil hamba sahaya (lebih dekat) kepada (tidak berbuat aniaya) atau berlaku zalim.(An-Nisa, 4: 3)
📚[Hasyiyah As-Shawi 'ala Tafsir Jalalain]
assalamualaikum ustad, mau nx apa sja syarat suami yg mau nambah istri?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Syaratnya harus adil, harus mampu dari segi harta dan tempat tinggal, Juga dalam giliran dan nafaqah.
Jika khawatir tidak adil cukup satu saja
📚[Tafsir Ibnu Katsir. Juz. 2/ Hal. 185]:
وَقَوْلُهُ: فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَواحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمانُكُمْ، أَيْ فإن خشيتم من تعداد النساء أن لا تَعْدِلُوا بَيْنَهُنَّ، كَمَا قَالَ تَعَالَى، وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّساءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ [النِّسَاءِ: 129] فمن خاف من ذلك فليقتصر عَلَى وَاحِدَةٍ
➖➖➖➖➖
📚[Ahkamul Qur'an Li ibnil 'Arabiy. Hal. 313]:
فإذا قدر الرجل من ماله ومن بنيته على نكاح أربع فليفعل، وإذا لم يحتمل ماله ولا بنيته في الباءة ذلك، فليقتصر على واحدة.
➖➖➖➖➖
{ وَإِنْ خِفْتُمْ أَ } ن { لا تُقْسِطُواْ } تعدلوا { فِى اليتامى } فتحرّجتم من أمرهم فخافوا أيضاً أن لا تعدلوا بين النساء إذا نكحتموهن { فانكحوا } تزوّجوا { مَا } بمعنى ( مَن ) { طَابَ لَكُمْ مّنَ النساء مثنى وثلاث وَرُبَاعَ } أي اثنتين اثنتين وثلاثاً ثلاثاً وأربعاً أربعاً ولا تزيدوا على ذلك { فَإِنْ خِفْتُمْ أَ } نْ { لا تَعْدِلُواْ } فيهن بالنفقة والقَسْم { فواحدة } انكحوها { أَوْ } اقتصروا على { مَا مَلَكَتْ أيمانكم } من الإماء إذ ليس لهن من الحقوق ما للزوجات { ذلك } أي نكاح الأربع فقط أو الواحدة أو التسرِّي { أدنى } أقرب إلى { أَلاَّ تَعُولُواْ } تجوروا.
(Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap anak² yatim) sehingga sulit bagi kamu untuk menghadapi mereka lalu kamu takut pula tidak akan dapat berlaku adil di antara wanita² yang kamu kawini (maka kawinilah) (apa) dengan arti siapa (yang baik di antara wanita² itu bagi kamu dua, tiga atau empat orang) boleh dua, tiga atau empat tetapi tidak boleh lebih dari itu. (kemudian jika kamu tidak akan dapat berlaku adil) di antara mereka dalam giliran dan pembagian nafkah (maka hendaklah seorang saja) yang kamu kawini (atau) hendaklah kamu batasi pada (hamba sahaya yang menjadi milikmu) karena mereka tidak mempunyai hak² sebagaimana istri² lainnya. (Yang demikian itu) maksudnya mengawini empat orang istri atau seorang istri saja, atau mengambil hamba sahaya (lebih dekat) kepada (tidak berbuat aniaya) atau berlaku zalim.(An-Nisa, 4: 3)
📚[Hasyiyah As-Shawi 'ala Tafsir Jalalain]
121} Larangan mengatakan sesuatu tanpa pengetahuan.
PERTANYAAN:
assalamualaikum wr wb
Ustadz minta dalil mengenai orang yang suka membicarakan orang lain padahal orang lain itu tidak semacam yg dia tuduh
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤادَ كُلُّ أُولئِكَ كانَ عَنْهُ مَسْؤُلاً (36)
قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ عَنِ ابْنِ عباس يقول: لا تقل. وقال العوفي: لَا تَرْمِ أَحَدًا بِمَا لَيْسَ لَكَ بِهِ علم. وقال محمد ابن الْحَنَفِيَّةِ: يَعْنِي شَهَادَةَ الزُّورِ. وَقَالَ قَتَادَةُ: لَا تَقُلْ رَأَيْتُ وَلَمْ تَرَ، وَسَمِعْتُ وَلَمْ تُسْمِعْ، وعلمت ولم تعلم، فإن الله تعالى سَائِلُكَ عَنْ ذَلِكَ كُلِّهِ «1» ، وَمَضْمُونُ مَا ذَكَرُوهُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى نَهَى عَنِ الْقَوْلِ بِلَا عِلْمٍ بَلْ بِالظَّنِّ الَّذِي هُوَ التَّوَهُّمُ وَالْخَيَالُ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ [الْحُجُرَاتِ: 12] وَفِي الْحَدِيثِ «إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ» «2» . وَفِي سُنَنِ أَبِي دَاوُدَ «بِئْسَ مَطِيَّةُ الرَّجُلِ زَعَمُوا» «3» وَفِي الْحَدِيثِ الْآخَرِ «إِنَّ أَفَرَى الْفِرَى أَنْ يرى الرجل عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَيَا» «4» . وَفِي الصَّحِيحِ «مَنْ تَحَلَّمَ حُلْمًا كُلِّفَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنْ يَعْقِدَ بين شعيرتين وليس بفاعل» «5» .
وَقَوْلُهُ: كُلُّ أُولئِكَ أَيْ هَذِهِ الصِّفَاتُ مِنَ السمع والبصر والفؤاد كانَ عَنْهُ مَسْؤُلًا أَيْ سَيُسْأَلُ الْعَبْدُ عَنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَتُسْأَلُ عنه عما عَمِلَ فِيهَا، وَيَصِحُّ اسْتِعْمَالُ أُولَئِكَ مَكَانَ تِلْكَ، كما قال الشاعر: [الكامل]
ذُمَّ الْمَنَازِلَ بَعْدَ مَنْزِلَةِ اللِّوَى ... وَالْعَيْشَ بَعْدَ أولئك الأيّام
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. (Al-Isra 17: 36)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa makna "la taqfu" ialah: "la taqul" (janganlah kamu mengatakan).
Menurut Al-Aufi, janganlah kamu menuduh seseorang dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuan bagimu tentangnya.
Muhammad ibnul Hanafiyah mengatakan, makna yang dimaksud ialah kesaksian palsu.
Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah janganlah kamu mengatakan bahwa kamu melihatnya, padahal kamu tidak melihatnya, atau kamu katakan bahwa kamu mendengarnya, padahal kamu tidak mendengarnya, atau kamu katakan bahwa kamu mengetahuinya, padahal kamu tidak mengetahui. Karena sesungguhnya Allah kelak akan meminta pertanggung jawaban darimu tentang hal tersebut secara keseluruhan.
Kesimpulan pendapat mereka dapat dikatakan bahwa Allah Swt. melarang mengatakan sesuatu tanpa pengetahuan, bahkan melarang pula mengatakan sesuatu berdasarkan zan (dugaan) yang bersumber dari sangkaan dan ilusi.
Dalam ayat lain disebutkan oleh firmanNya:
{اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ}
Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. (Al-Hujurat: 12)
Di dalam hadits disebutkan seperti berikut:
{إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ؛ فَإِنَّ الظَّنَّ أكذبُ الْحَدِيثِ}
Jauhilah oleh kalian prasangka. Karena sesungguhnya prasangka itu adalah pembicaraan yang paling dusta.
Di dalam kitab Sunnah Imam Abu Daud di sebutkan hadits berikut:
{بِئْسَ مطيةُ الرَّجُلِ: زَعَمُوا}
Seburuk² sumber yang dijadikan pegangan oleh sesorang ialah yang berdasarkan prasangka.
Di dalam hadits yang lain disebutkan:
{إِنَّ أَفَرَى الفِرَى أَنْ يُرِي عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَيَا}
Sesungguhnya kedustaan yang paling berat ialah bila seseorang mengemukakan kesaksian terhadap hal yang tidak disaksikannya.
Di dalam hadits shahih disebutkan:
{مَنْ تَحَلَّمَ حُلْمًا كُلف يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعيرتين، وَلَيْسَ بِعَاقِدٍ}
Barang siapa yang berpura² melihat sesuatu dalam mimpinya, maka kelak di hari kiamat ia akan dibebani untuk memintal dua biji buah gandum, padahal dia tidak dapat melakukannya.
Firman Allah Swt:
[كُلُّ أُولَئِكَ]
semuanya itu. (Al-Isra, 17: 36)
Maksudnya semua anggota tubuh, antara lain pendengaran, penglihatan, dan hati,
[كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا]
akan dimintai pertanggungjawabannya. (Al-Isra, 17: 36)
Seseorang hamba akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dilakukan oleh anggota² tubuhnya itu pada hari kiamat, dan semua anggota tubuhnya akan ditanyai tentang apa yang dilakukan oleh pemiliknya. Pemakaian kata ulaa-ika yang di tujukan kepada pendengaran, penglihatan, dan hati diperbolehkan dalam bahasa Arab. Seperti apa yang dikatakan oleh salah seorang penyairnya:
ذُمَّ المَنَازلَ بَعْدَ مَنزلة اللِّوَى ... وَالْعَيْش بَعْدَ أولئِكَ الْأَيَّامِ ...
Tiada tempat tinggal yang enak sesudah tempat tinggal di Liwa,
dan tiada kehidupan yang enak sesudah hari² itu (yang penuh dengan kenangan manis).
📚[Tafsir Ibnu Katsir. Juz. 3/ Hal. 37_38]
➖➖➖➖➖
Di dalam kitab: Hasyiyah As-Shawi 'ala Tafsir Jalalain menjelaskan Surat Al-Isra, 17: 36:
(ولا تَقْفُ) تتبع (ما ليس لك به علمٌ إنّ السّمع والبصر والفؤاد) القلب (كلُّ أولٓئك كان عنه مسئولا) صاحبه ماذا فعل به.
Tafsir Firman Allah SWT: (Dan janganlah kamu mengikuti) yaitu mengikuti (apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati) yaitu kalbu (semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya) yaitu pemiliknya, apa yang telah diperbuat olehnya?.
قوله: (ولا تقْفُ ما ليس لك به علم) أي لا تقل رأيت ولم ترَ، وسمعت ولم تسمع، وعلمت ولم تعلم. قوله : (كلُّ أولٓئك) أي الحواس الثلاثة. قوله : (كان عنه مسئولا) أي في الآخرة، فلا يجوز للإنسان أن يتكلم في غيره بمجرد الظن، ومن ذلك الفتوى بغير علم، وشهادة الزور، وظن السوء بالناس، وغير ذلك.
Firman Allah SWT: (Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya), yaitu janganlah kamu berkata: Aku telah melihat, padahal kamu tidak melihat. Aku telah telah mendengar, padahal kamu tidak mendengar. Dan aku telah mengetahui, padahal tidak pernah mengetahui.
Dan FirmanNya: (Semuanya itu) yaitu indera yang tiga, ialah pendengaran, penglihatan, dan hati. Dan FirmanNya: (Akan diminta pertanggung jawabannya) yaitu kelak diakhirat. Jadi bagi seorang tidaklah diperkenankan untuk berbicara tentang sesuatu hanya karena berdasarkan pada prasangkanya saja. Dan demikian pula fatwa tanpa didasari pengetahuan, persaksian palsu, prasangka buruk terhadap manusia, dan lainnya.
📚[Hasyiyah As-Shawi 'ala Tafsir Jalalain. Juz. 2/ Hal. 319 Darul kutub al-ilmiyah]
assalamualaikum wr wb
Ustadz minta dalil mengenai orang yang suka membicarakan orang lain padahal orang lain itu tidak semacam yg dia tuduh
JAWABAN:
[Kakang Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤادَ كُلُّ أُولئِكَ كانَ عَنْهُ مَسْؤُلاً (36)
قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ عَنِ ابْنِ عباس يقول: لا تقل. وقال العوفي: لَا تَرْمِ أَحَدًا بِمَا لَيْسَ لَكَ بِهِ علم. وقال محمد ابن الْحَنَفِيَّةِ: يَعْنِي شَهَادَةَ الزُّورِ. وَقَالَ قَتَادَةُ: لَا تَقُلْ رَأَيْتُ وَلَمْ تَرَ، وَسَمِعْتُ وَلَمْ تُسْمِعْ، وعلمت ولم تعلم، فإن الله تعالى سَائِلُكَ عَنْ ذَلِكَ كُلِّهِ «1» ، وَمَضْمُونُ مَا ذَكَرُوهُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى نَهَى عَنِ الْقَوْلِ بِلَا عِلْمٍ بَلْ بِالظَّنِّ الَّذِي هُوَ التَّوَهُّمُ وَالْخَيَالُ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ [الْحُجُرَاتِ: 12] وَفِي الْحَدِيثِ «إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ» «2» . وَفِي سُنَنِ أَبِي دَاوُدَ «بِئْسَ مَطِيَّةُ الرَّجُلِ زَعَمُوا» «3» وَفِي الْحَدِيثِ الْآخَرِ «إِنَّ أَفَرَى الْفِرَى أَنْ يرى الرجل عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَيَا» «4» . وَفِي الصَّحِيحِ «مَنْ تَحَلَّمَ حُلْمًا كُلِّفَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنْ يَعْقِدَ بين شعيرتين وليس بفاعل» «5» .
وَقَوْلُهُ: كُلُّ أُولئِكَ أَيْ هَذِهِ الصِّفَاتُ مِنَ السمع والبصر والفؤاد كانَ عَنْهُ مَسْؤُلًا أَيْ سَيُسْأَلُ الْعَبْدُ عَنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَتُسْأَلُ عنه عما عَمِلَ فِيهَا، وَيَصِحُّ اسْتِعْمَالُ أُولَئِكَ مَكَانَ تِلْكَ، كما قال الشاعر: [الكامل]
ذُمَّ الْمَنَازِلَ بَعْدَ مَنْزِلَةِ اللِّوَى ... وَالْعَيْشَ بَعْدَ أولئك الأيّام
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. (Al-Isra 17: 36)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa makna "la taqfu" ialah: "la taqul" (janganlah kamu mengatakan).
Menurut Al-Aufi, janganlah kamu menuduh seseorang dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuan bagimu tentangnya.
Muhammad ibnul Hanafiyah mengatakan, makna yang dimaksud ialah kesaksian palsu.
Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah janganlah kamu mengatakan bahwa kamu melihatnya, padahal kamu tidak melihatnya, atau kamu katakan bahwa kamu mendengarnya, padahal kamu tidak mendengarnya, atau kamu katakan bahwa kamu mengetahuinya, padahal kamu tidak mengetahui. Karena sesungguhnya Allah kelak akan meminta pertanggung jawaban darimu tentang hal tersebut secara keseluruhan.
Kesimpulan pendapat mereka dapat dikatakan bahwa Allah Swt. melarang mengatakan sesuatu tanpa pengetahuan, bahkan melarang pula mengatakan sesuatu berdasarkan zan (dugaan) yang bersumber dari sangkaan dan ilusi.
Dalam ayat lain disebutkan oleh firmanNya:
{اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ}
Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. (Al-Hujurat: 12)
Di dalam hadits disebutkan seperti berikut:
{إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ؛ فَإِنَّ الظَّنَّ أكذبُ الْحَدِيثِ}
Jauhilah oleh kalian prasangka. Karena sesungguhnya prasangka itu adalah pembicaraan yang paling dusta.
Di dalam kitab Sunnah Imam Abu Daud di sebutkan hadits berikut:
{بِئْسَ مطيةُ الرَّجُلِ: زَعَمُوا}
Seburuk² sumber yang dijadikan pegangan oleh sesorang ialah yang berdasarkan prasangka.
Di dalam hadits yang lain disebutkan:
{إِنَّ أَفَرَى الفِرَى أَنْ يُرِي عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَيَا}
Sesungguhnya kedustaan yang paling berat ialah bila seseorang mengemukakan kesaksian terhadap hal yang tidak disaksikannya.
Di dalam hadits shahih disebutkan:
{مَنْ تَحَلَّمَ حُلْمًا كُلف يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعيرتين، وَلَيْسَ بِعَاقِدٍ}
Barang siapa yang berpura² melihat sesuatu dalam mimpinya, maka kelak di hari kiamat ia akan dibebani untuk memintal dua biji buah gandum, padahal dia tidak dapat melakukannya.
Firman Allah Swt:
[كُلُّ أُولَئِكَ]
semuanya itu. (Al-Isra, 17: 36)
Maksudnya semua anggota tubuh, antara lain pendengaran, penglihatan, dan hati,
[كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا]
akan dimintai pertanggungjawabannya. (Al-Isra, 17: 36)
Seseorang hamba akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dilakukan oleh anggota² tubuhnya itu pada hari kiamat, dan semua anggota tubuhnya akan ditanyai tentang apa yang dilakukan oleh pemiliknya. Pemakaian kata ulaa-ika yang di tujukan kepada pendengaran, penglihatan, dan hati diperbolehkan dalam bahasa Arab. Seperti apa yang dikatakan oleh salah seorang penyairnya:
ذُمَّ المَنَازلَ بَعْدَ مَنزلة اللِّوَى ... وَالْعَيْش بَعْدَ أولئِكَ الْأَيَّامِ ...
Tiada tempat tinggal yang enak sesudah tempat tinggal di Liwa,
dan tiada kehidupan yang enak sesudah hari² itu (yang penuh dengan kenangan manis).
📚[Tafsir Ibnu Katsir. Juz. 3/ Hal. 37_38]
➖➖➖➖➖
Di dalam kitab: Hasyiyah As-Shawi 'ala Tafsir Jalalain menjelaskan Surat Al-Isra, 17: 36:
(ولا تَقْفُ) تتبع (ما ليس لك به علمٌ إنّ السّمع والبصر والفؤاد) القلب (كلُّ أولٓئك كان عنه مسئولا) صاحبه ماذا فعل به.
Tafsir Firman Allah SWT: (Dan janganlah kamu mengikuti) yaitu mengikuti (apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati) yaitu kalbu (semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya) yaitu pemiliknya, apa yang telah diperbuat olehnya?.
قوله: (ولا تقْفُ ما ليس لك به علم) أي لا تقل رأيت ولم ترَ، وسمعت ولم تسمع، وعلمت ولم تعلم. قوله : (كلُّ أولٓئك) أي الحواس الثلاثة. قوله : (كان عنه مسئولا) أي في الآخرة، فلا يجوز للإنسان أن يتكلم في غيره بمجرد الظن، ومن ذلك الفتوى بغير علم، وشهادة الزور، وظن السوء بالناس، وغير ذلك.
Firman Allah SWT: (Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya), yaitu janganlah kamu berkata: Aku telah melihat, padahal kamu tidak melihat. Aku telah telah mendengar, padahal kamu tidak mendengar. Dan aku telah mengetahui, padahal tidak pernah mengetahui.
Dan FirmanNya: (Semuanya itu) yaitu indera yang tiga, ialah pendengaran, penglihatan, dan hati. Dan FirmanNya: (Akan diminta pertanggung jawabannya) yaitu kelak diakhirat. Jadi bagi seorang tidaklah diperkenankan untuk berbicara tentang sesuatu hanya karena berdasarkan pada prasangkanya saja. Dan demikian pula fatwa tanpa didasari pengetahuan, persaksian palsu, prasangka buruk terhadap manusia, dan lainnya.
📚[Hasyiyah As-Shawi 'ala Tafsir Jalalain. Juz. 2/ Hal. 319 Darul kutub al-ilmiyah]
![]() |
Tafsir Ibnu Katsir |
![]() |
Tafsir Ibnu Katsir |
120} Hukum merebut istri orang lain
PERTANYAAN
Wa 'Alaikumus Salam
Sesungguhnya dalam agama kita (agama islam) mengharamkan mengupayakan merusakkan rumah tangga orang lain, dan hal tersebut adalah termasuk dosa besar disisi Allah Swt.
Para fuqaha (ulama fiqh) berbeda pendapat mengenai hukum merusakkan istri orang lain supaya suaminya mentalaq istrinya.
Menurut ulama Malikiyah: orang yang merusak istri orang lain supaya ia bisa menikahinya sesudah dicerai, maka hukumnya haram bagi orang tersebut menikahinya untuk selamanya.
Imam Ahmad meriwayatkan Hadits shahih dari Buraidah R.a, dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda: "Barang siapa yang merusak hubungan seorang laki² dengan istrinya atau dengan budaknya, maka ia bukan bagian dari kami
Menurut ulama Hanafiah dan Syafi'iyah: orang yang merusak seorang istri orang lain, maka bagi orang tersebut boleh menikahinya sesudah diceraikan. Tapi dia adalah orang yang paling fasiq dan paling ahli maksiat, dan dosanya sangat buruk dan keji disisi Allah Swt pada hari kiamat kelak.
Imam ath-Thabrani dalam kitab as-Shaghir wal Ausath meriwayatkan Hadits dari Ibni 'Umar R.a, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Barang siapa yang merusak hubungan seorang wanita dengan suaminya, maka dia bukan bagian dari kami"
📚[Al-fiqh 'ala madzahibil arba'ah. Juz. 5/ Hal. 48]:
إِفْسَادُ الْمَرْأَةِ عَلَى زَوْجِهَا
إن الدين الإسلامي يحرم السعي بالفساد بين الزوجين ويعتبره من أكبر الكبائر عند الله.
وقد اختلف الفقهاء في حكم من أفسد امرأة على زوجها حتى طلقها.
المالكية ، قالوا : إن من أفسد زوجة غيره ليتزوجها بعده تحرم عليه تحريما مؤبدا معاملة له بنقيض قصده . وقد روى الإمام أحمد بإسناد صحيح عن بريدة رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه و سلم أنه قال من خبب على امرئ زوجته أو مملوكه فليس منا. ومعنى - خبب - أي خدع وأفسد
الحنفية والشافعية، قالوا : إن إفساد الزوجة على زوجها لا يحرمها على من أفسدها بل يحل له زواجها ولكن هذا الإنسان يكون من أفسق الفساق وعمله يكون من أنكر أنواع العصيان وأفحش الذنوب عند الله عز و جل يوم القيامة روى الطبراني في الصغير والأوسط من حديث ابن عمر رضي الله تعالى عنهما أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : " من أفسد امرأة على زوجها فليس منا.
السلام عليكم
Ustadz, Ijin hamba tuk bertanya🙏 gimana hukumnxa seorang pemuda merebut isteri orang lain dan suka meganggu?
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Ustadz, Ijin hamba tuk bertanya🙏 gimana hukumnxa seorang pemuda merebut isteri orang lain dan suka meganggu?
JAWABAN:
[Ishadi al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
Sesungguhnya dalam agama kita (agama islam) mengharamkan mengupayakan merusakkan rumah tangga orang lain, dan hal tersebut adalah termasuk dosa besar disisi Allah Swt.
Para fuqaha (ulama fiqh) berbeda pendapat mengenai hukum merusakkan istri orang lain supaya suaminya mentalaq istrinya.
Menurut ulama Malikiyah: orang yang merusak istri orang lain supaya ia bisa menikahinya sesudah dicerai, maka hukumnya haram bagi orang tersebut menikahinya untuk selamanya.
Imam Ahmad meriwayatkan Hadits shahih dari Buraidah R.a, dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda: "Barang siapa yang merusak hubungan seorang laki² dengan istrinya atau dengan budaknya, maka ia bukan bagian dari kami
Menurut ulama Hanafiah dan Syafi'iyah: orang yang merusak seorang istri orang lain, maka bagi orang tersebut boleh menikahinya sesudah diceraikan. Tapi dia adalah orang yang paling fasiq dan paling ahli maksiat, dan dosanya sangat buruk dan keji disisi Allah Swt pada hari kiamat kelak.
Imam ath-Thabrani dalam kitab as-Shaghir wal Ausath meriwayatkan Hadits dari Ibni 'Umar R.a, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Barang siapa yang merusak hubungan seorang wanita dengan suaminya, maka dia bukan bagian dari kami"
Reff:
📚[Al-fiqh 'ala madzahibil arba'ah. Juz. 5/ Hal. 48]:
إِفْسَادُ الْمَرْأَةِ عَلَى زَوْجِهَا
إن الدين الإسلامي يحرم السعي بالفساد بين الزوجين ويعتبره من أكبر الكبائر عند الله.
وقد اختلف الفقهاء في حكم من أفسد امرأة على زوجها حتى طلقها.
المالكية ، قالوا : إن من أفسد زوجة غيره ليتزوجها بعده تحرم عليه تحريما مؤبدا معاملة له بنقيض قصده . وقد روى الإمام أحمد بإسناد صحيح عن بريدة رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه و سلم أنه قال من خبب على امرئ زوجته أو مملوكه فليس منا. ومعنى - خبب - أي خدع وأفسد
الحنفية والشافعية، قالوا : إن إفساد الزوجة على زوجها لا يحرمها على من أفسدها بل يحل له زواجها ولكن هذا الإنسان يكون من أفسق الفساق وعمله يكون من أنكر أنواع العصيان وأفحش الذنوب عند الله عز و جل يوم القيامة روى الطبراني في الصغير والأوسط من حديث ابن عمر رضي الله تعالى عنهما أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : " من أفسد امرأة على زوجها فليس منا.
119} Jumlah Alam yang diciptakan oleh Allah
PERTANYAAN:
Assalamualaikum
Boleh nanya berapa jumlah alam semuanya?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi Al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
1) Al-Hafizd ibnu Asakir mengatakan di dalam biografi Marwan ibnu Muhammad salah seorang khalifah dari kalangan Bani Umayyah yang dikenal dengan julukan "Al-Ja'd" dan sebutan "Al-Himar" bahwa dia pernah mengatakan: "Allah menciptakan 17.000 alam, penduduk langit dan penduduk bumi digolongkan satu alam, sedangkan yang lainnya tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah Swt."
2) Abu Ja'far Ar-Razi mengatakan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah sehubungan dengan firmanNya; "Rabbil 'alamina" bahwa Anas pernah mengatakan: "Manusia merupakan alam, dan jin adalah alam, sedangkan selainnya terdiri atas 18.000 atau 14.000 dia ragu alam malaikat yang ada di atas bumi. Bumi mempunyai empat penjuru, pada tiap² juru terdapat 3.500 alam (malaikat) yang telah diciptakan oleh Allah Swt. untuk beribadah kepadaNya." Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Akan tetapi, kalimat seperti ini aneh; hal yang seperti ini memerlukan adanya dalil yang shahih.
3) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Furat (yakni Ibnul Walid), dari Mu'tib ibnu Sumai, dari Subai' (yakni Al-Himyari) sehubungan dengan firmanNya: "Rabbil 'alamina." bahwa al-'Alamina terdiri atas 1.000 umat: 600 berada di dalam laut, sedangkan 400 berada di darat.
4) Al-Baghawi meriwayatkan dari Sa'id ibnul Musayyab bahwa dia pernah mengatakan: ”Allah telah menciptakan 1.000 alam. 600 berada di lautan, sedangkan yang 400 berada di daratan."
5) Wahab ibnu Munabbih mengatakan: bahwa Allah telah menciptakan 18.000 alam, dunia ini merupakan salah satunya.
6) Muqatil mengatakan bahwa alam² itu seluruhnya ada 80.000. Ka'b Al-Ahbar mengatakan: tiada seorang pun yang mengetahui bilangan alam kecuali hanya Allah Swt. Semua yang telah disebutkan ini dinukil oleh Al-Baghawi.
7) Al-Qurthubi meriwayatkan melalui Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan 40.000 alam, sedangkan dunia ini dari timur hingga barat merupakan salah satu darinya.
8) Az-Zujaj mengatakan bahwa al-'alam ialah semua yang telah diciptakan oleh Allah di dunia dan akhirat. Demikian pendapat Al-Qurthubi, dan pendapat inilah yang sahih, yaitu yang mengatakan pengertian alam mencakup kedua alam tersebut (dunia dan akhirat).
[القول في تأويل رَبِّ الْعالَمِينَ]
وَالرَّبُّ هُوَ الْمَالِكُ الْمُتَصَرِّفُ وَيُطْلَقُ فِي اللُّغَةِ عَلَى السَّيِّدِ وَعَلَى الْمُتَصَرِّفِ لِلْإِصْلَاحِ وكل ذلك صحيح في حق الله، وَلَا يُسْتَعْمَلُ الرَّبُّ لِغَيْرِ اللَّهِ بَلْ بِالْإِضَافَةِ تَقُولُ: رَبُّ الدَّارِ، رَبُّ كَذَا، وَأَمَّا الرَّبُّ. فَلَا يُقَالُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَقَدْ قِيلَ إِنَّهُ الِاسْمُ الْأَعْظَمُ. وَالْعَالَمِينَ جَمْعُ عَالَمٍ، وهو كُلُّ مَوْجُودٍ سِوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالْعَالَمُ جَمْعٌ لَا وَاحِدَ لَهُ مِنْ لَفْظِهِ، وَالْعَوَالِمُ أصناف المخلوقات في السموات وفي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَكُلُّ قَرْنٍ مِنْهَا وَجِيلٍ يُسَمَّى عالما أيضا. قال بشر بن عمار عَنْ أَبِي رَوْقٍ عَنِ الضَّحَّاكِ عَنِ ابْنِ عباس الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ الحمد لله الذي له الخلق كله السموات والأرضون وما فيهنّ وما بينهن مما نعلم ومما لَا نَعْلَمُ. وَفِي رِوَايَةِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ وَعِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: رَبُّ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ، وَكَذَلِكَ قَالَ سَعِيدُ بْنُ جَبَيْرٍ وَمُجَاهِدٌ وَابْنُ جريج وروي عن علي نحوه، قال ابن أبي حاتم: بإسناده لَا يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ. وَاسْتَدَلَّ الْقُرْطُبِيُّ لِهَذَا الْقَوْلِ بقوله تعالى: لِيَكُونَ لِلْعالَمِينَ نَذِيراً [الْفُرْقَانِ: 1] وَهُمُ الْجِنُّ وَالْإِنْسُ. قال الفراء وأبو عبيد:
الْعَالَمُ عِبَارَةٌ عَمَّا يَعْقِلُ وَهُمُ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ وَالْمَلَائِكَةُ وَالشَّيَاطِينُ وَلَا يُقَالُ لِلْبَهَائِمِ عَالَمٌ. وَعَنْ زيد بن أسلم وأبي محيصن: العالم كل ما له روح ترفرف. وَقَالَ قَتَادَةُ: رَبُّ الْعَالَمِينَ كُلُّ صِنْفٍ عَالَمٌ، وقال الْحَافِظُ ابْنُ عَسَاكِرَ فِي تَرْجَمَةِ مَرْوَانَ بْنِ محمد وهو أحد خلفاء بني أمية وهو يعرف بِالْجَعْدِ وَيُلَقَّبُ بِالْحِمَارِ أَنَّهُ قَالَ: خَلَقَ اللَّهُ سبعة عشر ألف عالم، أهل السموات وأهل الأرض عالم واحد، وسائرهم لا يعلمهم إلا الله عز وجل.
وَقَالَ أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: رَبِّ الْعالَمِينَ قَالَ: الْإِنْسُ عَالَمٌ [وَالْجِنُّ عَالَمٌ] (1) وما سوى ذلك ثمانية عشر ألف أَوْ أَرْبَعَةَ عَشَرَ أَلْفِ عَالَمٍ- هُوَ يَشُكُّ- مِنَ الْمَلَائِكَةِ عَلَى الْأَرْضِ وَلِلْأَرْضِ أَرْبَعُ زَوَايَا، فِي كُلِّ زَاوِيَةٍ ثَلَاثَةُ آلَافِ عَالَمٍ وَخَمْسِمِائَةِ عَالَمٍ خَلْقَهُمُ اللَّهُ لِعِبَادَتِهِ. رَوَاهُ ابْنُ جَرِيرٍ وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ (2) . وَهَذَا كَلَامٌ غَرِيبٌ يَحْتَاجُ مِثْلُهُ إِلَى دَلِيلٍ صَحِيحٍ. وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْفُرَاتُ، يَعْنِي ابْنَ الْوَلِيدِ، عَنْ مُعَتِّبِ بْنِ سُمَيٍّ عَنْ تبيع يعني الحميري في قوله تعالى: رَبِّ الْعالَمِينَ قَالَ: الْعَالَمِينَ أَلْفُ أُمَّةٍ فَسِتُّمِائَةٍ فِي الْبَحْرِ وَأَرْبَعُمِائَةٍ فِي الْبَرِّ (3) وَحُكِيَ مِثْلُهُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ وَقَدْ رُوِيَ نَحْوُ هَذَا مَرْفُوعًا كَمَا قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ وَاقِدٍ الْقَيْسِيُّ أَبُو عَبَّادٍ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ كَيْسَانَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَلَّ الْجَرَادُ فِي سَنَةٍ مِنْ سِنِي عُمَرَ الَّتِي وَلِيَ فِيهَا، فَسَأَلَ عَنْهُ فَلَمْ يُخْبَرْ بِشَيْءٍ، فَاغْتَمَّ لِذَلِكَ، فَأَرْسَلَ رَاكِبًا يَضْرِبُ إِلَى الْيَمَنِ وَآخَرَ إِلَى الشَّامِ وَآخَرَ إِلَى الْعِرَاقِ يَسْأَلُ هَلْ رُؤِيَ مِنَ الْجَرَادِ شَيْءٌ، أَمْ لَا؟ قَالَ: فَأَتَاهُ الرَّاكِبُ الَّذِي مِنْ قِبَلِ الْيَمَنِ بِقَبْضَةٍ مِنْ جَرَادٍ، فَأَلْقَاهَا بَيْنَ يَدَيْهِ فَلَمَّا رَآهَا كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ «خَلَقَ اللَّهُ أَلْفَ أُمَّةٍ: سِتُّمِائَةٍ فِي الْبَحْرِ وَأَرْبَعُمِائَةٍ فِي الْبَرِّ، فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَهْلِكُ مِنْ هَذِهِ الْأُمَمِ الْجَرَادُ فَإِذَا هَلَكَ تَتَابَعَتْ مِثْلَ النِّظَامِ إِذَا قُطِعَ سِلْكُهُ» محمد بن عيسى هذا وهو الهلالي ضَعِيفٌ [1] . وَحَكَى الْبَغَوِيُّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّهُ قَالَ: لِلَّهِ أَلْفُ عَالَمٍ سِتُّمِائَةٍ فِي الْبَحْرِ وَأَرْبَعُمِائَةٍ فِي الْبَرِّ، وَقَالَ وَهْبُ بْنُ مُنَبِّهٍ: لِلَّهِ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ أَلْفَ عَالَمٍ الدُّنْيَا عَالَمٌ مِنْهَا، وَقَالَ مُقَاتِلٌ:
الْعَوَالِمُ ثَمَانُونَ أَلْفًا، وَقَالَ كَعْبُ الْأَحْبَارِ: لَا يَعْلَمُ عَدَدَ الْعَوَالِمِ إلا الله عز وجل نقله الْبَغَوِيُّ.
وَحَكَى الْقُرْطُبِيُّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ لِلَّهِ أَرْبَعِينَ أَلْفَ عَالَمٍ الدُّنْيَا مِنْ شَرْقِهَا إِلَى مَغْرِبِهَا عَالَمٌ وَاحِدٌ مِنْهَا، وَقَالَ الزَّجَّاجُ: الْعَالَمُ كُلُّ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ قَالَ الْقُرْطُبِيُّ:
وَهَذَا هُوَ الصَّحِيحُ أَنَّهُ شَامِلٌ لِكُلِّ الْعَالَمِينَ كَقَوْلِهِ: قالَ فِرْعَوْنُ وَما رَبُّ الْعالَمِينَ. قالَ رَبُّ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَما بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ [الشعراء: 23] وَالْعَالَمُ مُشْتَقٌّ مِنَ الْعَلَامَةِ (قُلْتُ) لِأَنَّهُ عِلْمٌ دَالٌّ عَلَى وُجُودِ خَالِقِهِ وَصَانِعِهِ وَوَحْدَانِيَّتِهِ كَمَا قَالَ ابْنُ الْمُعْتَزِّ:
فَيَا عَجَبًا كَيْفَ يُعْصَى الْإِلَهُ ... أَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الْجَاحِدُ
وَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةً ... تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدُ.
Takwil Kalimat Rabil 'Alamain:
[القول في تأويل رَبِّ الْعالَمِينَ]
Istilah "Rabb" artinya "pemilik yang berhak bertasarruj", menurut istilah bahasa diucapkan menunjukkan arti tuan dan orang yang bertasarruj untuk perbaikan. Pengertian tersebut masing² sesuai dengan hak Allah Swt. Lafadz Rabb tidak dapat dipakai untuk selain Allah Swt, melainkan dimudhafkan. Untuk itu, katakanlah olehmu Rabbud Dar (pemilik rumah) dan Rabb Kaza (pemilik anu). Lafazd Rabb yang dimaksudkan adalah Allah Swt, hanya dipakai tanpa mudhaf. Menurut suatu pendapat. lafadz Rabb adalah Ismul 'Azam.
Al-'Alamina bentuk jama' dari 'alamun, artinya "semua yang ada selain Allah Swt."; dan lafazd 'alamun sendiri bentuk jama' yang tidak ada bentuk tunggal dari lafazd aslinya. Sedangkan lafazd al-'awalim artinya "berbagai macam makhluk yang ada di langit, di daratan, di laut", dan setiap generasi dari semua jenis makhluk tersebut dinamakan 'alam pula.
Bisyr ibnu Imarah meriwayatkan dari Abu Rauq, dari Dahhak, dari Ibnu Abbas, bahwa "segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam" artinya ialah "segala puji bagi Allah yang semua makhluk ini adalah milikNya, yaitu langit, bumi, dan yang ada di antara keduanya, baik yang kita ketahui ataupun yang tidak kita ketahui.
Di dalam riwayat Sa'id ibnu Jubair dan Ikrimah, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Rabbul 'alamina ialah Tuhan jin dan manusia. Hal yang sama dikatakan pula oleh Sa'id ibnu Jubair, Mujahid, dan Ibnu Juraij. Hal yang semisal telah diriwayatkan pula dari Ali k.w. Menurut Ibnu Abu Hatim, sanad asar tersebut tidak dapat dipegang.
Al-Qurthubi mengatakan demikian (yakni jin dan manusia) dengan berdalilkan firman Allah Swt. yang mengatakan:
لِيَكُونَ لِلْعالَمِينَ نَذِيراً
agar dia (Al-Qur'an) menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan: 1)
Makna yang dimaksud dengan "seluruh alam" ialah makhluk jin dan manusia.
Al-Farra dan Abu Ubaid mengatakan, yang dimaksud dengan al-'alam ialah ditujukan kepada makhluk yang berakal; mereka adalah manusia, jin, malaikat, dan setan. Untuk itu, semua jenis binatang tidak dapat dikatakan 'alam. Disebutkan dari Zaid ibnu Aslam dan Abu Muhaisin, bahwa 'alam artinya "setiap makhluk bernyawa yang berkembang biak."
Qatadah mengatakan bahwa al-'alam adalah setiap jenis alam.
Al-Hafizd ibnu Asakir mengatakan di dalam biografi Marwan ibnu Muhammad salah seorang khalifah dari kalangan Bani Umayyah yang dikenal dengan julukan "Al-Ja'd" dan sebutan "Al-Himar" bahwa dia pernah mengatakan: "Allah menciptakan 17.000 alam, penduduk langit dan penduduk bumi digolongkan satu alam, sedangkan yang lainnya tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah Swt."
Abu Ja'far Ar-Razi mengatakan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah sehubungan dengan firmanNya, "Rabbil 'alamina" bahwa Anas pernah mengatakan, "Manusia merupakan alam, dan jin adalah alam, sedangkan selainnya terdiri atas 18.000 atau 14.000 dia ragu alam malaikat yang ada di atas bumi. Bumi mempunyai empat penjuru, pada tiap² juru terdapat 3.500 alam (malaikat) yang telah diciptakan oleh Allah Swt. untuk beribadah kepadaNya." Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Akan tetapi, kalimat seperti ini aneh, hal yang seperti ini memerlukan adanya dalil yang shahih.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Furat (yakni Ibnul Walid), dari Mu'tib ibnu Sumai, dari Subai' (yakni Al-Himyari) sehubungan dengan firmanNya, "Rabbil 'alamina." bahwa al-'alamina terdiri atas 1.000 umat: 600 berada di dalam laut, sedangkan 400 berada di darat.
Hal semisal diriwayatkan pula melalui Sa'id ibnul Musayyab, dan hal yang semisal ini diriwayatkan pula secara marfu’, seperti yang dikatakan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Ahmad ibnu Ali ibnul Musanna di dalam kitab Musnadnya, bahwa:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ وَاقِدٍ الْقَيْسِيُّ، أَبُو عَبَّادٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ كَيْسَانَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المنْكَدِر، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَلَّ الْجَرَادُ فِي سَنَةٍ مِنْ سِنِي عُمَرَ الَّتِي وَلِيَ فِيهَا فَسَأَلَ عَنْهُ، فَلَمْ يُخْبَرْ بِشَيْءٍ، فَاغْتَمَّ لِذَلِكَ، فَأَرْسَلَ رَاكِبًا يَضْرِبُ إِلَى الْيَمَنِ، وَآخَرَ إِلَى الشَّامِ، وَآخَرَ إِلَى الْعِرَاقِ، يَسْأَلُ: هَلْ رُئِيَ مِنَ الْجَرَادِ شَيْءٌ أَمْ لَا؟ قَالَ: فَأَتَاهُ الرَّاكِبُ الَّذِي مِنْ قِبَلِ الْيَمَنِ بِقَبْضَةٍ مِنْ جَرَادٍ، فَأَلْقَاهَا بَيْنَ يَدَيْهِ، فَلَمَّا رَآهَا كَبَّرَ، ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "خَلَقَ اللَّهُ أَلْفَ أُمَّةٍ، سِتُّمِائَةٍ فِي الْبَحْرِ وَأَرْبَعُمِائَةٍ فِي الْبَرِّ، فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَهْلِكُ مِنْ هَذِهِ الْأُمَمِ الْجَرَادُ، فَإِذَا هَلَكَ تَتَابَعَتْ مِثْلَ النِّظَامِ إِذَا قُطِعَ سِلْكُهُ"
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnul Waqid Al-Qaisi Abu Ibad, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Isa ibnu Kaisan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan, "Pada suatu tahun dari masa pemerintahan Khalifah Umar, belalang berkurang jumlahnya. Lalu ia bertanya² mengenai hal itu, tetapi tidak ada seorang pun yang menjawabnya, maka hal itu membuatnya kurang puas. Lalu ia mengirimkan seorang pengendara kuda untuk pergi ke negeri Yaman, seorang lagi menuju ke negeri Syam, dan yang seorang lagi menuju ke negeri Irak untuk menanyakan apakah ada belalang atau tidak di tempat tujuan masing². Kemudian datang kepadanya pengendara dari Yaman membawa segenggam belalang, lalu utusan itu meletakkannya di hadapan Umar. Ketika Umar melihatnya, maka ia bertakbir, kemudian berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ. Bersabda: Allah telah menciptakan 1.000 umat, 600 umat berada di laut dan yang 400 umat berada di daratan. Mula² umat yang binasa dari kesemuanya itu adalah belalang, apabila belalang musnah, maka merambat secara beruntun sebagaimana sebuah untaian kalung yang terputus talinya."
Muhammad ibnu Isa yang disebut di dalam sanad atsar ini adalah Al-Hilali, dia orangnya dhaif.
Al-Baghawi meriwayatkan dari Sa'id ibnul Musayyab bahwa dia pernah mengatakan: ”Allah telah menciptakan 1.000 alam. 600 berada di lautan, sedangkan yang 400 berada di daratan."
Wahab ibnu Munabbih mengatakan bahwa Allah telah menciptakan 18.000 alam, dunia ini merupakan salah satunya.
Muqatil mengatakan bahwa alam² itu seluruhnya ada 80.000. Ka'b Al-Ahbar mengatakan, tiada seorang pun yang mengetahui bilangan alam kecuali hanya Allah Swt. Semua yang telah disebutkan ini dinukil oleh Al-Baghawi.
Al-Qurthubi meriwayatkan melalui Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan 40.000 alam, sedangkan dunia ini dari timur hingga barat merupakan salah satu darinya.
Az-Zujaj mengatakan bahwa al-'alam ialah semua yang telah diciptakan oleh Allah di dunia dan akhirat. Demikian pendapat Al-Qurthubi, dan pendapat inilah yang sahih, yaitu yang mengatakan pengertian alam mencakup kedua alam tersebut (dunia dan akhirat), sebagaimana yang dinyatakan di dalam firmanNya (menurut bacaan orang yang membaca al-'alamina menjadi al-'alamaini), yaitu:
قالَ فِرْعَوْنُ وَما رَبُّ الْعالَمِينَ. قالَ رَبُّ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَما بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ
"Fir'aun bertanya, "Siapa Tuhan kedua alam itu?')" Musa menjawab, Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang²) mempercayaiNya'." (Asy-syuara 23)
Al-'alam berakar dari kata al-'alamah. Menurut kami, dikatakan demikian karena adanya alam ini menunjukkan adanya Penciptanya, hasil karyaNya dan keesaanNya. sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Mu'taz:
فَيَا عَجَبًا كَيْفَ يُعْصَى الْإِلَهُ ... أَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الْجَاحِدُ
وَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةً ... تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدُ
Alangkah anehnya, mengapa durhaka terhadap Tuhan, atau mengapa si pengingkar tidak mempercayaiNya, padahal pada segala sesuatu yang ada terdapat tanda yang menunjukkan bahwa Dia adalah Esa.
📚[Tafsir Ibnu Katsir. Juz. 1/ Hal. 26_27]
Assalamualaikum
Boleh nanya berapa jumlah alam semuanya?
JAWABAN:
[Kakang Ishadi Al-Asyi]
Wa 'Alaikumus Salam
1) Al-Hafizd ibnu Asakir mengatakan di dalam biografi Marwan ibnu Muhammad salah seorang khalifah dari kalangan Bani Umayyah yang dikenal dengan julukan "Al-Ja'd" dan sebutan "Al-Himar" bahwa dia pernah mengatakan: "Allah menciptakan 17.000 alam, penduduk langit dan penduduk bumi digolongkan satu alam, sedangkan yang lainnya tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah Swt."
2) Abu Ja'far Ar-Razi mengatakan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah sehubungan dengan firmanNya; "Rabbil 'alamina" bahwa Anas pernah mengatakan: "Manusia merupakan alam, dan jin adalah alam, sedangkan selainnya terdiri atas 18.000 atau 14.000 dia ragu alam malaikat yang ada di atas bumi. Bumi mempunyai empat penjuru, pada tiap² juru terdapat 3.500 alam (malaikat) yang telah diciptakan oleh Allah Swt. untuk beribadah kepadaNya." Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Akan tetapi, kalimat seperti ini aneh; hal yang seperti ini memerlukan adanya dalil yang shahih.
3) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Furat (yakni Ibnul Walid), dari Mu'tib ibnu Sumai, dari Subai' (yakni Al-Himyari) sehubungan dengan firmanNya: "Rabbil 'alamina." bahwa al-'Alamina terdiri atas 1.000 umat: 600 berada di dalam laut, sedangkan 400 berada di darat.
4) Al-Baghawi meriwayatkan dari Sa'id ibnul Musayyab bahwa dia pernah mengatakan: ”Allah telah menciptakan 1.000 alam. 600 berada di lautan, sedangkan yang 400 berada di daratan."
5) Wahab ibnu Munabbih mengatakan: bahwa Allah telah menciptakan 18.000 alam, dunia ini merupakan salah satunya.
6) Muqatil mengatakan bahwa alam² itu seluruhnya ada 80.000. Ka'b Al-Ahbar mengatakan: tiada seorang pun yang mengetahui bilangan alam kecuali hanya Allah Swt. Semua yang telah disebutkan ini dinukil oleh Al-Baghawi.
7) Al-Qurthubi meriwayatkan melalui Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan 40.000 alam, sedangkan dunia ini dari timur hingga barat merupakan salah satu darinya.
8) Az-Zujaj mengatakan bahwa al-'alam ialah semua yang telah diciptakan oleh Allah di dunia dan akhirat. Demikian pendapat Al-Qurthubi, dan pendapat inilah yang sahih, yaitu yang mengatakan pengertian alam mencakup kedua alam tersebut (dunia dan akhirat).
[القول في تأويل رَبِّ الْعالَمِينَ]
وَالرَّبُّ هُوَ الْمَالِكُ الْمُتَصَرِّفُ وَيُطْلَقُ فِي اللُّغَةِ عَلَى السَّيِّدِ وَعَلَى الْمُتَصَرِّفِ لِلْإِصْلَاحِ وكل ذلك صحيح في حق الله، وَلَا يُسْتَعْمَلُ الرَّبُّ لِغَيْرِ اللَّهِ بَلْ بِالْإِضَافَةِ تَقُولُ: رَبُّ الدَّارِ، رَبُّ كَذَا، وَأَمَّا الرَّبُّ. فَلَا يُقَالُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَقَدْ قِيلَ إِنَّهُ الِاسْمُ الْأَعْظَمُ. وَالْعَالَمِينَ جَمْعُ عَالَمٍ، وهو كُلُّ مَوْجُودٍ سِوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالْعَالَمُ جَمْعٌ لَا وَاحِدَ لَهُ مِنْ لَفْظِهِ، وَالْعَوَالِمُ أصناف المخلوقات في السموات وفي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَكُلُّ قَرْنٍ مِنْهَا وَجِيلٍ يُسَمَّى عالما أيضا. قال بشر بن عمار عَنْ أَبِي رَوْقٍ عَنِ الضَّحَّاكِ عَنِ ابْنِ عباس الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ الحمد لله الذي له الخلق كله السموات والأرضون وما فيهنّ وما بينهن مما نعلم ومما لَا نَعْلَمُ. وَفِي رِوَايَةِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ وَعِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: رَبُّ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ، وَكَذَلِكَ قَالَ سَعِيدُ بْنُ جَبَيْرٍ وَمُجَاهِدٌ وَابْنُ جريج وروي عن علي نحوه، قال ابن أبي حاتم: بإسناده لَا يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ. وَاسْتَدَلَّ الْقُرْطُبِيُّ لِهَذَا الْقَوْلِ بقوله تعالى: لِيَكُونَ لِلْعالَمِينَ نَذِيراً [الْفُرْقَانِ: 1] وَهُمُ الْجِنُّ وَالْإِنْسُ. قال الفراء وأبو عبيد:
الْعَالَمُ عِبَارَةٌ عَمَّا يَعْقِلُ وَهُمُ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ وَالْمَلَائِكَةُ وَالشَّيَاطِينُ وَلَا يُقَالُ لِلْبَهَائِمِ عَالَمٌ. وَعَنْ زيد بن أسلم وأبي محيصن: العالم كل ما له روح ترفرف. وَقَالَ قَتَادَةُ: رَبُّ الْعَالَمِينَ كُلُّ صِنْفٍ عَالَمٌ، وقال الْحَافِظُ ابْنُ عَسَاكِرَ فِي تَرْجَمَةِ مَرْوَانَ بْنِ محمد وهو أحد خلفاء بني أمية وهو يعرف بِالْجَعْدِ وَيُلَقَّبُ بِالْحِمَارِ أَنَّهُ قَالَ: خَلَقَ اللَّهُ سبعة عشر ألف عالم، أهل السموات وأهل الأرض عالم واحد، وسائرهم لا يعلمهم إلا الله عز وجل.
وَقَالَ أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: رَبِّ الْعالَمِينَ قَالَ: الْإِنْسُ عَالَمٌ [وَالْجِنُّ عَالَمٌ] (1) وما سوى ذلك ثمانية عشر ألف أَوْ أَرْبَعَةَ عَشَرَ أَلْفِ عَالَمٍ- هُوَ يَشُكُّ- مِنَ الْمَلَائِكَةِ عَلَى الْأَرْضِ وَلِلْأَرْضِ أَرْبَعُ زَوَايَا، فِي كُلِّ زَاوِيَةٍ ثَلَاثَةُ آلَافِ عَالَمٍ وَخَمْسِمِائَةِ عَالَمٍ خَلْقَهُمُ اللَّهُ لِعِبَادَتِهِ. رَوَاهُ ابْنُ جَرِيرٍ وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ (2) . وَهَذَا كَلَامٌ غَرِيبٌ يَحْتَاجُ مِثْلُهُ إِلَى دَلِيلٍ صَحِيحٍ. وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْفُرَاتُ، يَعْنِي ابْنَ الْوَلِيدِ، عَنْ مُعَتِّبِ بْنِ سُمَيٍّ عَنْ تبيع يعني الحميري في قوله تعالى: رَبِّ الْعالَمِينَ قَالَ: الْعَالَمِينَ أَلْفُ أُمَّةٍ فَسِتُّمِائَةٍ فِي الْبَحْرِ وَأَرْبَعُمِائَةٍ فِي الْبَرِّ (3) وَحُكِيَ مِثْلُهُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ وَقَدْ رُوِيَ نَحْوُ هَذَا مَرْفُوعًا كَمَا قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ وَاقِدٍ الْقَيْسِيُّ أَبُو عَبَّادٍ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ كَيْسَانَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَلَّ الْجَرَادُ فِي سَنَةٍ مِنْ سِنِي عُمَرَ الَّتِي وَلِيَ فِيهَا، فَسَأَلَ عَنْهُ فَلَمْ يُخْبَرْ بِشَيْءٍ، فَاغْتَمَّ لِذَلِكَ، فَأَرْسَلَ رَاكِبًا يَضْرِبُ إِلَى الْيَمَنِ وَآخَرَ إِلَى الشَّامِ وَآخَرَ إِلَى الْعِرَاقِ يَسْأَلُ هَلْ رُؤِيَ مِنَ الْجَرَادِ شَيْءٌ، أَمْ لَا؟ قَالَ: فَأَتَاهُ الرَّاكِبُ الَّذِي مِنْ قِبَلِ الْيَمَنِ بِقَبْضَةٍ مِنْ جَرَادٍ، فَأَلْقَاهَا بَيْنَ يَدَيْهِ فَلَمَّا رَآهَا كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ «خَلَقَ اللَّهُ أَلْفَ أُمَّةٍ: سِتُّمِائَةٍ فِي الْبَحْرِ وَأَرْبَعُمِائَةٍ فِي الْبَرِّ، فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَهْلِكُ مِنْ هَذِهِ الْأُمَمِ الْجَرَادُ فَإِذَا هَلَكَ تَتَابَعَتْ مِثْلَ النِّظَامِ إِذَا قُطِعَ سِلْكُهُ» محمد بن عيسى هذا وهو الهلالي ضَعِيفٌ [1] . وَحَكَى الْبَغَوِيُّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّهُ قَالَ: لِلَّهِ أَلْفُ عَالَمٍ سِتُّمِائَةٍ فِي الْبَحْرِ وَأَرْبَعُمِائَةٍ فِي الْبَرِّ، وَقَالَ وَهْبُ بْنُ مُنَبِّهٍ: لِلَّهِ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ أَلْفَ عَالَمٍ الدُّنْيَا عَالَمٌ مِنْهَا، وَقَالَ مُقَاتِلٌ:
الْعَوَالِمُ ثَمَانُونَ أَلْفًا، وَقَالَ كَعْبُ الْأَحْبَارِ: لَا يَعْلَمُ عَدَدَ الْعَوَالِمِ إلا الله عز وجل نقله الْبَغَوِيُّ.
وَحَكَى الْقُرْطُبِيُّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ لِلَّهِ أَرْبَعِينَ أَلْفَ عَالَمٍ الدُّنْيَا مِنْ شَرْقِهَا إِلَى مَغْرِبِهَا عَالَمٌ وَاحِدٌ مِنْهَا، وَقَالَ الزَّجَّاجُ: الْعَالَمُ كُلُّ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ قَالَ الْقُرْطُبِيُّ:
وَهَذَا هُوَ الصَّحِيحُ أَنَّهُ شَامِلٌ لِكُلِّ الْعَالَمِينَ كَقَوْلِهِ: قالَ فِرْعَوْنُ وَما رَبُّ الْعالَمِينَ. قالَ رَبُّ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَما بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ [الشعراء: 23] وَالْعَالَمُ مُشْتَقٌّ مِنَ الْعَلَامَةِ (قُلْتُ) لِأَنَّهُ عِلْمٌ دَالٌّ عَلَى وُجُودِ خَالِقِهِ وَصَانِعِهِ وَوَحْدَانِيَّتِهِ كَمَا قَالَ ابْنُ الْمُعْتَزِّ:
فَيَا عَجَبًا كَيْفَ يُعْصَى الْإِلَهُ ... أَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الْجَاحِدُ
وَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةً ... تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدُ.
Takwil Kalimat Rabil 'Alamain:
[القول في تأويل رَبِّ الْعالَمِينَ]
Istilah "Rabb" artinya "pemilik yang berhak bertasarruj", menurut istilah bahasa diucapkan menunjukkan arti tuan dan orang yang bertasarruj untuk perbaikan. Pengertian tersebut masing² sesuai dengan hak Allah Swt. Lafadz Rabb tidak dapat dipakai untuk selain Allah Swt, melainkan dimudhafkan. Untuk itu, katakanlah olehmu Rabbud Dar (pemilik rumah) dan Rabb Kaza (pemilik anu). Lafazd Rabb yang dimaksudkan adalah Allah Swt, hanya dipakai tanpa mudhaf. Menurut suatu pendapat. lafadz Rabb adalah Ismul 'Azam.
Al-'Alamina bentuk jama' dari 'alamun, artinya "semua yang ada selain Allah Swt."; dan lafazd 'alamun sendiri bentuk jama' yang tidak ada bentuk tunggal dari lafazd aslinya. Sedangkan lafazd al-'awalim artinya "berbagai macam makhluk yang ada di langit, di daratan, di laut", dan setiap generasi dari semua jenis makhluk tersebut dinamakan 'alam pula.
Bisyr ibnu Imarah meriwayatkan dari Abu Rauq, dari Dahhak, dari Ibnu Abbas, bahwa "segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam" artinya ialah "segala puji bagi Allah yang semua makhluk ini adalah milikNya, yaitu langit, bumi, dan yang ada di antara keduanya, baik yang kita ketahui ataupun yang tidak kita ketahui.
Di dalam riwayat Sa'id ibnu Jubair dan Ikrimah, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Rabbul 'alamina ialah Tuhan jin dan manusia. Hal yang sama dikatakan pula oleh Sa'id ibnu Jubair, Mujahid, dan Ibnu Juraij. Hal yang semisal telah diriwayatkan pula dari Ali k.w. Menurut Ibnu Abu Hatim, sanad asar tersebut tidak dapat dipegang.
Al-Qurthubi mengatakan demikian (yakni jin dan manusia) dengan berdalilkan firman Allah Swt. yang mengatakan:
لِيَكُونَ لِلْعالَمِينَ نَذِيراً
agar dia (Al-Qur'an) menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan: 1)
Makna yang dimaksud dengan "seluruh alam" ialah makhluk jin dan manusia.
Al-Farra dan Abu Ubaid mengatakan, yang dimaksud dengan al-'alam ialah ditujukan kepada makhluk yang berakal; mereka adalah manusia, jin, malaikat, dan setan. Untuk itu, semua jenis binatang tidak dapat dikatakan 'alam. Disebutkan dari Zaid ibnu Aslam dan Abu Muhaisin, bahwa 'alam artinya "setiap makhluk bernyawa yang berkembang biak."
Qatadah mengatakan bahwa al-'alam adalah setiap jenis alam.
Al-Hafizd ibnu Asakir mengatakan di dalam biografi Marwan ibnu Muhammad salah seorang khalifah dari kalangan Bani Umayyah yang dikenal dengan julukan "Al-Ja'd" dan sebutan "Al-Himar" bahwa dia pernah mengatakan: "Allah menciptakan 17.000 alam, penduduk langit dan penduduk bumi digolongkan satu alam, sedangkan yang lainnya tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah Swt."
Abu Ja'far Ar-Razi mengatakan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah sehubungan dengan firmanNya, "Rabbil 'alamina" bahwa Anas pernah mengatakan, "Manusia merupakan alam, dan jin adalah alam, sedangkan selainnya terdiri atas 18.000 atau 14.000 dia ragu alam malaikat yang ada di atas bumi. Bumi mempunyai empat penjuru, pada tiap² juru terdapat 3.500 alam (malaikat) yang telah diciptakan oleh Allah Swt. untuk beribadah kepadaNya." Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Akan tetapi, kalimat seperti ini aneh, hal yang seperti ini memerlukan adanya dalil yang shahih.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Furat (yakni Ibnul Walid), dari Mu'tib ibnu Sumai, dari Subai' (yakni Al-Himyari) sehubungan dengan firmanNya, "Rabbil 'alamina." bahwa al-'alamina terdiri atas 1.000 umat: 600 berada di dalam laut, sedangkan 400 berada di darat.
Hal semisal diriwayatkan pula melalui Sa'id ibnul Musayyab, dan hal yang semisal ini diriwayatkan pula secara marfu’, seperti yang dikatakan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Ahmad ibnu Ali ibnul Musanna di dalam kitab Musnadnya, bahwa:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ وَاقِدٍ الْقَيْسِيُّ، أَبُو عَبَّادٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ كَيْسَانَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المنْكَدِر، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَلَّ الْجَرَادُ فِي سَنَةٍ مِنْ سِنِي عُمَرَ الَّتِي وَلِيَ فِيهَا فَسَأَلَ عَنْهُ، فَلَمْ يُخْبَرْ بِشَيْءٍ، فَاغْتَمَّ لِذَلِكَ، فَأَرْسَلَ رَاكِبًا يَضْرِبُ إِلَى الْيَمَنِ، وَآخَرَ إِلَى الشَّامِ، وَآخَرَ إِلَى الْعِرَاقِ، يَسْأَلُ: هَلْ رُئِيَ مِنَ الْجَرَادِ شَيْءٌ أَمْ لَا؟ قَالَ: فَأَتَاهُ الرَّاكِبُ الَّذِي مِنْ قِبَلِ الْيَمَنِ بِقَبْضَةٍ مِنْ جَرَادٍ، فَأَلْقَاهَا بَيْنَ يَدَيْهِ، فَلَمَّا رَآهَا كَبَّرَ، ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "خَلَقَ اللَّهُ أَلْفَ أُمَّةٍ، سِتُّمِائَةٍ فِي الْبَحْرِ وَأَرْبَعُمِائَةٍ فِي الْبَرِّ، فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَهْلِكُ مِنْ هَذِهِ الْأُمَمِ الْجَرَادُ، فَإِذَا هَلَكَ تَتَابَعَتْ مِثْلَ النِّظَامِ إِذَا قُطِعَ سِلْكُهُ"
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnul Waqid Al-Qaisi Abu Ibad, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Isa ibnu Kaisan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan, "Pada suatu tahun dari masa pemerintahan Khalifah Umar, belalang berkurang jumlahnya. Lalu ia bertanya² mengenai hal itu, tetapi tidak ada seorang pun yang menjawabnya, maka hal itu membuatnya kurang puas. Lalu ia mengirimkan seorang pengendara kuda untuk pergi ke negeri Yaman, seorang lagi menuju ke negeri Syam, dan yang seorang lagi menuju ke negeri Irak untuk menanyakan apakah ada belalang atau tidak di tempat tujuan masing². Kemudian datang kepadanya pengendara dari Yaman membawa segenggam belalang, lalu utusan itu meletakkannya di hadapan Umar. Ketika Umar melihatnya, maka ia bertakbir, kemudian berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ. Bersabda: Allah telah menciptakan 1.000 umat, 600 umat berada di laut dan yang 400 umat berada di daratan. Mula² umat yang binasa dari kesemuanya itu adalah belalang, apabila belalang musnah, maka merambat secara beruntun sebagaimana sebuah untaian kalung yang terputus talinya."
Muhammad ibnu Isa yang disebut di dalam sanad atsar ini adalah Al-Hilali, dia orangnya dhaif.
Al-Baghawi meriwayatkan dari Sa'id ibnul Musayyab bahwa dia pernah mengatakan: ”Allah telah menciptakan 1.000 alam. 600 berada di lautan, sedangkan yang 400 berada di daratan."
Wahab ibnu Munabbih mengatakan bahwa Allah telah menciptakan 18.000 alam, dunia ini merupakan salah satunya.
Muqatil mengatakan bahwa alam² itu seluruhnya ada 80.000. Ka'b Al-Ahbar mengatakan, tiada seorang pun yang mengetahui bilangan alam kecuali hanya Allah Swt. Semua yang telah disebutkan ini dinukil oleh Al-Baghawi.
Al-Qurthubi meriwayatkan melalui Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan 40.000 alam, sedangkan dunia ini dari timur hingga barat merupakan salah satu darinya.
Az-Zujaj mengatakan bahwa al-'alam ialah semua yang telah diciptakan oleh Allah di dunia dan akhirat. Demikian pendapat Al-Qurthubi, dan pendapat inilah yang sahih, yaitu yang mengatakan pengertian alam mencakup kedua alam tersebut (dunia dan akhirat), sebagaimana yang dinyatakan di dalam firmanNya (menurut bacaan orang yang membaca al-'alamina menjadi al-'alamaini), yaitu:
قالَ فِرْعَوْنُ وَما رَبُّ الْعالَمِينَ. قالَ رَبُّ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَما بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ
"Fir'aun bertanya, "Siapa Tuhan kedua alam itu?')" Musa menjawab, Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang²) mempercayaiNya'." (Asy-syuara 23)
Al-'alam berakar dari kata al-'alamah. Menurut kami, dikatakan demikian karena adanya alam ini menunjukkan adanya Penciptanya, hasil karyaNya dan keesaanNya. sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Mu'taz:
فَيَا عَجَبًا كَيْفَ يُعْصَى الْإِلَهُ ... أَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الْجَاحِدُ
وَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةً ... تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدُ
Alangkah anehnya, mengapa durhaka terhadap Tuhan, atau mengapa si pengingkar tidak mempercayaiNya, padahal pada segala sesuatu yang ada terdapat tanda yang menunjukkan bahwa Dia adalah Esa.
📚[Tafsir Ibnu Katsir. Juz. 1/ Hal. 26_27]
Langganan:
Postingan (Atom)
646} Hukum Menikahi Lima Orang Wanita Berturut-turut Dan Mengawini Dua Orang Wanita Dalam Satu Aqad Yang Satu Sama lainnya Ada Hubungan Mahram
PERTANYAAN: Assalamualaikum Wr Wb Bagaimana hukum seorang lelaki menikahi lima orang wanita berturut2, dan laki2 mengawini dua orang wanita ...
-
Oleh:[Ishadi al-Asyi] HIKAYAH YANG KE-TIGA BELAS: {"KEUTAMAAN MALAM NISFU SYA'BAN"} الحكاية الثالثة عشرة : في فضل ليلة نصف...
-
11 HAL YANG MENYEBABKAN HATI KERAS DAN MEMBUAT LEMAH ومنها احد عشر شيئا تقسي القلوب وتورث النكد ، أحدها : لبس السراويل قائما . الثاني : الجل...
-
Oleh:[Ishadi al-Asyi] HIKAYAH YANG KE-LIMA PULUH TUJUH: {"KEUTAMAAN ILMU DAN MENCINTAI ORANG ALIM"} الحكاية السابعة والخمسون :...