Senin, 14 September 2020

357} Kajian 57 kitab an-Nawadir: "Keutamaan ilmu dan mencintai orang alim"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-LIMA PULUH TUJUH: {"KEUTAMAAN ILMU DAN MENCINTAI ORANG ALIM"}

الحكاية السابعة والخمسون : في فضل العلم وحب أهله
حکی : أن كعب الأحبار رضي الله عنه قال : إن الله يحاسب العبد ، فإذا رجحت سيئاته على حسناته يؤمر به إلى النار ، فإذا ذهبوا به إليها يقول الله تعالى لجبريل : أدرك عبدي واسأله : هل جلس في مجلس عالم في الدنيا فأغفر له بشفاعته ؟ فيسأله جبريل ، فيقول : لا ، فيقول جبریل : یا رب إنك عالم بحال عبدك أنه قال لا ، فيقول : سله هل أحب عالما ؟ فيقول : لا ، فيقول : سله هل جلس على مائدة مع عالم ؟ يقول : لا ، فيقول : سله هل سكن في سكة فيها عالم ؟ فيقول : لا ، فيقول : سله هل وافق اسمه اسم عالم أونسبه نسب عالم ؟ فيقول : لا ، فيقول : سله هل يحب رجلا يحب عالما ؟ فيقول : نعم ، فيقول الله لجبريل : خذ بيده وأدخله الجنة فإني قد غفرت له بذلك انتهی .

Diceritakan: Ka'ab bin al-Ahbar Radhiyallahu 'anh mengatakan: bahwa sesungguhnya Allah Swt akan menghisab amal hamba. Apabila kejelekan²nya lebih unggul daripada kebaikannya, maka ia diperintahkan ke neraka. Ketika para malaikat menggiring mereka ke sana, Allah Swt berkata kepada Jibril:
"Susul hambaKu. Bertanyalah kepadanya, apakah pernah duduk dalam majelis orang alim tatkala di dunia. Bila benar, Aku mengampuninya dengan pertolongan orang alim tersebut."
Kemudian Jibril bertanya kepada hamba tersebut. Namun ia menjawab "Tidak."
Jibril berkata: "Wahai Tuhanku, Engkau mengetahui keadaan hambaMu yang berkata; "tidak."
Allah Swt berkata: "Bertanyalah kepadanya, apakah ia mencintai orang alim..??"
Ia menjawab; "Tidak."
Allah Swt berkata lagi: "Bertanyalah kepadanya lagi, apakah ia pernah duduk makan bersama orang alim." Ia menjawab; "Tidak."
Allah Swt berkata lagi: "Bertanyalah kepadanya, apakah namanya sama dengan nama orang alim, atau nasabnya berasal dari nasab orang alim..??"
Ia menjawab; "Tidak".
Allah Swt berkata lagi: "Bertanyalah kepadanya lagi, apakah ia mencintai seseorang yang mencintai orang alim..??"
la menjawab; "Ya".
Allah Swt berkata kepada Jibril: "Ambillah tangannya. Masukkan ia ke surga. Aku mengampuni dosanya sebab itu."
📚[An-Nawadir. Hal. 55]

Minggu, 13 September 2020

356} Kajian 56 kitab an-Nawadir: "Keadaan para pengunjung Allah Swt"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-LIMA PULUH ENAM: {"KEADAAN PARA PENGUNJUNG ALLAH SWT"}

الحكاية السادسة والخمسون : في أحوال الواصلين إلى الله تعالى
حکی عن ذي النون المصرى ، أنه قال : كانت لي ابنة أخت من أهل المعاملة الله تعالى ففقدها شهرا ولم أعرف محلها فتضرعت إلى الله يوما وليلة بصيام وقيام ، فرأيت في المنام هاتفا يقول لي : إن التي تطلبها في التيه ، فقلت : سبحان الله كيف وقعت في ذلك ، فحملت الماء والزاد عشرة أيام فلم أجدها وأيست منها وثقل الماء والزاد علي فعزمت على الرجوع في غد . فبينما أنا نائم إذ ركضني شخص فانتبهت فإذا هي قائمة عندي فضحكت وقالت : يا ضيف القلب ما هذا الذي على ظهرك ؟ فقلت لها : فقدتك شهرا . فقالت : يا خالي والله لقد كنت في محرابی فخطر ببالي أن إله الأرض وإله السماء وإله البر وإله البحر وإله الخراب وإله العمار واحد . فقلت : لأعبدنه شهرا في الخراب ، وشهرا في العمار حتی أری آثار کرمه وقدرته ، فدخلت في هذا التيه منذ أربعين يوما فرأيت فيها معبودی عين اليقين أغنانی عن الخلائق أجمعين . ثم بكت ساعة ثم سكتت ، قال : وكنت جائعا شديد الجوع ، فأردت أن أسألها عن حال الغداء فنظرت إلي وقالت : كأنك يا خالي جائع ؟ قلت : نعم ، فقالت تنظر إلى السماء : يا مولاي إن خالی جائع ويحب أن يری حالي عندك . قال : فوالله ما استتمت الدعاء حتى رأيت السماء أمطرت منا أبيض كالثلج فأكلت ، ثم قلت : يا ابنة أختي هذا المن فأين السلوى فقالت لي : السلوى بعد المن ، فرأيت السلوى تقع علينا كثيرا ، قال : فوالله ما فارقتني حتى صرت من الرجال رضي الله تعالى عنها .

Diceritakan dari Dzun Nun al-Mishri, ia berkata:
Aku mempunyai keponakan perempuan, anak saudariku yang begitu dekat dengan Allah Swt. Suatu saat aku kehilangan dirinya selama satu bulan, ia tidak diketahui tempatnya. Aku berdoa sungguh² kepada Allah Swt, siang dan malam dengan puasa dan mendirikan shalat malam. Dalam mimpi aku didatangi suatu suara yang berkata kepadaku: "Perempuan yang engkau cari berada di padang pasir."
Maha Suci Allah, bagaimana bisa ia berada di sana. Aku membawa air dan beberapa bekal baginya. Selama sepuluh hari aku tidak menemukannya hingga aku merasa putus asa. Padahal air dan bekal itu cukup membebaniku. Aku berniat besok kembali saja ke rumah. Tatkala aku tidur, tiba² seseorang menendangku hingga aku terbangun dari tidur. Betapa kagetnya, ternyata keponakanku berdiri di sampingku sambil tertawa.
"Wahai tamu hati, mengapa engkau tertidur di sini..??" Tanya ponakan itu.
“Aku kehilanganmu selama satu bulan," jawabku.
"Wahai Paman,, demi Allah, ketika aku berada di tempat ibadahku, terlintas dalam batinku bahwa Tuhan penguasa bumi, langit, daratan, lautan, tempat sepi, dan tempat ramai adalah Esa. Kemudian aku berkata: "Aku akan menyembahNya selama satu bulan di tempat sepi, dan selama satu bulan di tempat ramai. Sehingga aku mengetahui pengaruh kemuliaan dan kekuasaanNya." Maka aku masuk ke padang pasir ini sejak empat puluh hari yang lalu. Di sini aku melihat tempat ibadahku dengan keyakinan sesungguhnya. Dia mencukupkan aku dari semua makhluk," jelasnya.
Setelah itu ia menangis beberapa saat, dan terdiam. Saat itu aku dalam keadaan sangat lapar. Aku hendak bertanya kepadanya tentang bagaimana ia memperoleh makanan. Namun aku belum bertanya, ia melihatku, dan berkata:
"Sepertinya engkau lapar, wahai pamanku..??"
"Benar, keponakanku."
Sambil menengadah ke langit, ia berkata: "Wahai Tuhanku, pamanku lapar. Dan, ia senang melihat keadaanku berada di sisiMu."
Demi Allah, belum selesai ia berdoa, aku melihat langit menurunkan manna (makanan manis bagaikan madu), putih seputih salju. Aku pun memakannya.
"Wahai keponakanku, ini adalah manna, dan di mana as-salwa (sejenis burung yang berjatuhan kepada mereka, lalu mereka mengambilnya sesuai dengan keperluan mereka)..??" tanyaku.
"As-salwa setelah manna," jawabnya.
Beberapa waktu kemudian, aku melihat as-salwa yang jumlahnya sangat banyak, jatuh di hadapan kami. Demi Allah, ia tidak meninggalkan aku sampai aku benar² kembali kuat. Semoga Allah Swt meridhaiNya.
📚[An-Nawadir. Hal. 54]

355} Kajian kitab an-Nawadir: "Tawakkal kepada Allah Swt. Dan sabar terhadap ketentuannya"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-LIMA PULUH LIMA: {"TAWAKKAL KEPADA ALLAH SWT. DAN SABAR TERHADAP KETENTUANNYA"}

الحكاية الخامسة والخمسون : في التوكل على الله تعالى والصبر على قضائه
حکی عن مالك بن دینار رضي الله عنه ، قال : خرجت إلى الحج فكنت أسير في البادية فرأيت غرابا في منقاره رغيف . فقلت : هذا غراب يطير وفي منقاره رغيف ، إن له لشأنا فتبعته حتى نزل في غار فذهبت إليه ، فإذا رجل مشدود اليدين والرجلين ملقى على ظهره و الغراب يلقمه من الرغيف لقمة بعد لقمة فطار الغراب ولم يرجع . فقلت للرجل : من أين أنت ؟ فقال : أنا من الحجاج أخذ اللصوص جميع مالي وشدوني وألقوني في هذا الموضع فصبرت على الجوع مقدار خمسة أيام ، ثم قلت : يا من قال في كتابه ( أمن يجيب المضطر إذا دعاه (۱) أنا مضطر فارحمني ، فأرسل إلى هذا الغراب فصار يطعمني ويسقيني كل يوم . فحللته من الوثاق ومضينا فعطشنا في الطريق وليس معنا ماء فنظرنا في البادية فرأينا بركة وعليها جملة من الظباء ، فقلنا : الحمد لله قد وجدنا البئر والبركة فدنونا من البئر فنفرت الظباء ، فلما وصلنا إلى البئر غار الماء إلى قعرها فاستقيت منها وشربنا . ثم قلت : یا رب إن الظباء لا يركعون ولا يسجدون فسقيتهم على وجه الأرض ، ونحن احتجنا إلى مائة ذراع ، فإذا هاتف يقول : يا مالك إن الظباء توکلت علينا فسقيناهم ، وأنت توكلت على حبلك ودلوك .

Diceritakan dari Malik bin Dinar Radhiyallahu 'anh, ia berkata:
Suatu hari aku pergi menjalankan ibadah haji. Ketika aku melewati hutan, aku melihat seekor gagak yang pada paruhnya terdapat roti.
"Gagak ini terbang membawa sepotong roti di paruhnya. Pasti ada sesuatu padanya," kataku dalam hati.
Aku pun mengikutinya hingga gagak itu menuju sebuah gua. Kemudian aku pergi ke sana. Di dalam gua yang gelap, aku melihat seorang laki² terikat kedua tangan dan kakinya dengan telentang, dan gagak tersebut menyuapkan roti kepadanya sedikit demi sedikit. Setelah itu, gagak terbang dan tidak kelihatan lagi.
Aku bertanya laki² itu:
“Dari mana engkau..??"
"Aku hendak menjalankan ibadah haji, namun di tengah perjalanan, para pencuri mengambil seluruh hartaku. Lalu mereka mengikat dan melemparkan aku di sini. Dan aku sabar atas lapar yang menimpaku selama lima hari. Kemudian aku berkata:
"Wahai Dzat yang berfirman dalam kitabNya:
{``Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadaNya...``} (QS. an-Naml [27]: 62). Sekarang ini aku dalam kesulitan. Maka kasihanilah aku." Lalu gagak itu diutus untukku. Ia memberikan makanan dan minuman kepadaku setiap hari," jelas orang asing ini.
Kemudian aku melepaskan ikatan talinya, kami keluar dari gua dan pergi meninggalkan tempat itu. Di tengah perjalanan, kami kehausan, dan tidak ada air sama sekali. Kami melihat ke arah padang pasir, dan disana kami melihat sebuah kolam yang di atasnya terdapat sejumlah hewan kijang. Kami mengucapkan Alhamdulillah karena telah menemukan sumur dan kolam. Ketika kami mendekati sumur tersebut, kijang² berlarian. Setelah sampai di kolam, tiba² air kolam itu meresap ke liang tanah. Kami berusaha meminum sisa² resapannya, dan kami mendapatkan itu.
Setelah itu kami berkata: "Wahai Tuhanku, kijang² itu tidak ruku' dan bersujud, akan tetapi Engkau memberikan minum mereka di atas tanah ini. Dan kami saat ini membutuhkan perjalanan sejauh seratus dzira'."
Kemudian datang sebuah suara:
“Wahai Malik,, kijang² itu bertawakkal kepada Kami. Maka Kami memberikan minum. Sedangkan engkau bertawakkal kepada bawaan dan embermu."
📚[An-Nawadir. Hal. 53_54]


354} Kajian 54 kitab an-Nawadir: "Menyampaikan dan menerima nasehat terhadap orang yang dikehendaki"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-LIMA PULUH EMPAT: {"MENYAMPAIKAN DAN MENERIMA NASEHAT TERHADAP ORANG YANG DIKEHENDAKI"}

الحكاية الرابعة والخمسون : في إدخال الموعظة وقبولها على وجه مرغوب
حکی : أنه كان ملك كافر وله وزیر صالح وكان الوزير يترصد فرصة للموعظة له ففي ذات ليلة قال له الملك : قم حتى نركب وننظر أحوال الناس فركبا ومرا في طريق فإذا هو بمحل شبه الجبل وفيه ضوء نار فذهبا إليه فإذا هو بيت فيه أصوات غناء و أوتار ، ورأيا فيه رجلا خلق الثياب في مزبلة متكئا على تل من زبل وبين يديه إبريق من فخار وفيه مربط وامرأته بين يديه تحييه بتحية الملوك وهو يحييها بتحية سيدة النساء ، فقال الملك : لعلهما يصنعان كل ليلة كذلك ، فحينئذ اغتنم الوزير الفرصة ، فقال للملك : أيها الملك ، نخاف أن تكون في الغرور مثلهما ، قال : كيف ذلك ؟ فقال : إن ملكك في عين من يعرف الملكوت مثل هذه المزبلة في عينك ، وكذلك منكوك وقصورك ، وإن جسدك وملبوسك عند من يعرف النظافة والنضارة مثل هذين في عينك ، فقال الملك : ومن هم : أصحاب هذه الصفة ؟ قال : هم الذين يصفون أن مدينة فيها الفرح لا الحزن ، والنور لا الظلمة ، والأمن لا الخوف ، فقال له الملك : ما منعك أن تخبرني بهذا قبل اليوم ؟ فقال : هيبتك ، فقال له الملك : لین كان هذا الذي وصفت حقا فينبغي لنا أن نجعل ليلنا ونهارنا فيه ، فقال له الوزير : أتأمر أن أطلب لك ذلك ؟ قال : نعم ، فبعد أيام قال الوزير : أيها الملك وجدت مطلوبك في أبيات على قبور آبائك ؟ فقال : وما هي ؟ فقال :
أتعمى عن الدنيا وأنت بصير • وتجهل ما فيها وأنت خبير
وتصبح تبنيها كأنك خالد • وأنت غدا عما بنيت تسير
وترفع في الدنيا بناء مفاخر • ومثواك بيت في القبور صغير
ودونکه فاصنع كما أنت صانع • فإن بيوت الميتين قبور
فلما سمع الملك ذلك تاب إلى الله تعالى وأسلم وحسن إسلامه وكان ذلك سببا لنجاته .

Diceritakan: Terdapat seorang raja kafır yang mempunyai menteri shaleh, dan menteri tersebut menanti suatu kesempatan yang tepat untuk menyampaikan nasehat kepada raja. Suatu malam, raja berkata kepada menterinya: "Bangun, Kita akan berkendara dan melihat keadaan rakyat."
Mereka pergi dengan tunggangan mereka untuk tujuan tersebut. Tiba² mereka berada di tempat seperti gunung, dan disana terdapat cahaya api. Lalu mereka mendekati cahaya tersebut, dan disana mereka melihat ada sebuah rumah yang penuh dengan suara nyanyian dan musik. Mereka juga melihat seorang laki² berpakaian jelek di tempat sampah yang bersandar di atas tumpukan sampah. Laki² itu memegang kendi yang terbuat dari tanah liat. Di dalam rumah itu juga terdapat kandang. Istri laki² itu berada di depan suaminya, memberikan suatu penghormatan kepada raja. Raja pun memberikan penghormatan kepadanya, layaknya penghormatan kepada pemimpin perempuan.
"Seandainya mereka melakukan itu setiap malam," kata raja.
Pada saat itulah, si menteri mengambil kesempatan.
"Wahai Raja, kami khawatir engkau tertipu melihat mereka (seorang laki² dan istrinya)," kata si menteri.
"Bagaimana bisa..??" tanya raja. "Sesungguhnya, kerajaanmu bagi orang yang mengetahui kerajaan langit, seperti tempat sampah dalam penglihatanmu ini. Demikian juga sandaran dan gedungmu. Dan sesungguhnya jasad dan pakaianmu bagi orang yang mengetahui kebersihan dan keindahan seperti dua orang ini dalam penglihatanmu."
Siapa orang² yang mempunyai sifat ini..??"
"Mereka adalah orang² yang menganggap bahwa kota penuh dengan kebahagiaan bukan kesusahan, penuh dengan cahaya bukan kegelapan, dan penuh dengan keamanan bukan ketakutan."
"Apa yang menyebabkan engkau enggan menjelaskan ini sebelumnya..??"
"Kewibawaanmu."
"Apabila sesuatu yang engkau sifati itu benar, maka sebaiknya kita menjadikan malam dan siang seperti itu."
"Apakah engkau menyuruhku mencarikan itu untukmu..??"
"Ya."
Beberapa hari kemudian, si menteri berkata:
"Wahai Raja, aku menemukan sesuatu yang engkau cari dalam beberapa bait puisi di atas kubur nenek moyangmu."
"Apa itu..??" tanya raja.
Lalu si menteri pun membaca puisi tersebut:
"Apakah engkau buta dari dunia • padahal engkau melihat."
"Apakah engkau bodoh darinya • padahal engkau mengetahui."
"Sejak dini engkau membangunnya seolah engkau kekal • Sementara besok engkau akan meninggalkan bangunan itu."
"Di dunia engkau menjulangkan gedung mewah • Lalu tempat kembalimu kelak hanya sebidang tanah kecil di kubur."
"Maka carilah dan lakukan itu semaumu • Akan tetapi tempat tinggal mayat hanyalah kubur."
Setelah mendengar puisi itu, raja pun bertaubat kepada Allah Swt. Ia masuk Islam dan menjalankan ajaran agama itu dengan baik. Dan inilah yang menjadi sebab keselamatannya.
📚[An-Nawadir. Hal. 52_53]


353} Kajian 53 kitab an-Nawadir: "Keadaan orang yang memilih Allah Swt. Dan ridha kepadanya"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-LIMA PULUH TIGA: {"KEADAAN ORANG YANG MEMILIH ALLAH SWT. DAN RIDHA KEPADANYA"}

الحكاية الثالثة والخمسون : في أحوال من اختاره الله تعالى ورضي عنه
حکی عن ذي النون المصري رحمه الله تعالى : أنه دخل المسجد الحرام فرأى رجلا مطروحا تحت أسطوانة وهو عريان ويذكر الله تعالى بقلب حزين ، قال : فدنوت منه و سلمت عليه ، فقلت له : من أنت ؟ فقال : أنا رجل غريب ، فقلت له : ما اسمك ؟ فقال : أنا المطلوب للذي هربت منه ، فقلت له : فما تقول ؟ فبکی فبكيت لبكائه فمازال يبكى وأبكى حتى مات من ساعته فرميت عليه إزاري لأستره به وذهبت أطلب له كفنا ثم رجعت فما وجدته ، فقلت : يا سبحان الله من سبقنى إليه ؟ فأخذني اليوم ، وإذا بهاتف يقول : يا ذا النون هذا الذي يطلبه الشيطان في الدنيا فلا يراه ويطلبه مالك خازن النار فلا يراه ويطلبه رضوان في الجنان فلا يراه . فقلت للهاتف : فأين هو بعد هذا ؟ قال : في مقعد صدق عند مليك مقتدر ، ولذلك يقال : الناس في العبادة على ثلاثة أقسام : رهبانی ، وحیوانی ، وربانی . فالرهبانی : هو الذي يعبد الله رهبة وخوفا . والحيواني : هو الذي يعبد الله رجاء رحمته وعفوه . والرباني : هو الذي يعبد الله ولا يعرف الدنيا ولا الآخرة ولا الجنة ولا النار ولا النفس ولا الروح . فالأول يقال له يوم القيامة إذا بعث من قبره : نحوت من النار . ويقال للثانی : ادخل الجنة ، ويقال للثالث : هذا محبوبك ، هذا مطلوبك ، هذا مرادك ، وعزتي وجلالي ماخلقت الجنان إلا لمثلك .

Diceritakan dari Dzun Nun al-Mishri Rahimahullah Ta'ala:
Suatu ketika ia masuk ke dalam Masjidil Haram. Disana ia melihat seorang telanjang yang terluka dan tergeletak di bawah tiang. Orang itu menyebut nama Allah Swt dengan hati yang sedih. Kemudian Dzun Nun al-Mishri mendekat, dan mengucapkan salam kepadanya:
"Siapa kamu..??," tanya Dzun Nun al-Mishri.
"Aku orang asing," jawab orang yang tergeletak itu.
"Siapa namamu..??," tanya Dzun Nun al-Mishri.
"Aku adalah orang yang dicari oleh orang yang mana aku lari darinya." Jawab orang itu.
"Apa yang kamu katakan..??," tanya Dzun Nun al-Mishri.
Setelah itu, orang yang tergeletak itu menangis, begitu juga Dzun Nun al-Mishri. Ia dan Dzun Nun al-Mishri terus menerus menangis hingga akhirnya orang itu mati. Maka Dzun Nun al-Mishri melemparkan selendang untuk menutupinya. Lalu Dzun Nun al-Mishri pergi mencari kain kafan. Setelah mendapatkannya, ia pulang, namun alangkah kagetnya, ia tidak menemukan jenazah orang asing itu.
"Wahai Allah Yang Maha Suci, siapa yang mendahuluiku..,?? ambil saja nyawaku pada hari ini," ucap Dzun Nun al-Mishri.
Tiba² datang sebuah suara, "Wahai Dzun Nun, inilah orang yang dicari setan di dunia, namun ia tidak dapat melihatnya. Ia juga dicari malaikat penjaga neraka, akan tetapi malaikat tidak melihatnya. la juga dicari malaikat Ridwan di surga. Sama saja, malaikat tidak menemukannya."
"Lalu di mana ia setelah kematian ini..??" tanya Dzun Nun al-Mishri.
"Di tempat yang disenangi, yaitu di sisi Tuhan Yang Kuasa," jawab suara itu.
Oleh sebab itu, manusia dalam ibadahnya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) RUHBANI
2) HAYAWANI dan
3) RABBANI.
Yang dimaksud RUHBANI adalah orang yang menyembah Allah Swt karena takut.
Yang dimaksud HAYAWANI adalah orang yang menyembah Allah Swt berharap rahmat dan ampunanNya.
Dan yang dimaksud RABBANI adalah orang yang menyembah Allah Swt, yang tidak mengetahui dunia dan akhirat, surga dan neraka, dan jiwa dan ruh.
Bagi orang pertama, kelak pada hari kiamat ketika dibangkitkan dari kuburnya, dikatakan: "Engkau selamat dari api neraka." Kemudian untuk orang kedua, dikatakan: "Masuklah surga." Dan untuk orang ketiga, dikatakan: "Ini adalah kekasihmu dan orang yang engkau cari. Ini adalah tujuanmu. Demi keagungan dan kemuliaanKu, Aku tidak menciptakan surga kecuali karena ada orang sepertimu.
📚[An-Nawadir. Hal. 51_52]


352} Kajian 52 kitab an-Nawadir: "Orang yang mengikuti hawa nafsu dan setan"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-LIMA PULUH DUA: {"ORANG YANG MENGIKUTI HAWA NAFSU DAN SETAN"}

الحكاية الثانية والخمسون : فيمن يتبع هوى النفس والشيطان
حکی : أنه كان عابد من بني إسرائيل وهو برصیصا العابد المشهور في صومعته دهرا طويلا فولدت لملك بلاده بنت فخاف أن يمسها الرجال وأرسلها إلى العابد في صومعته حتى لا يشعر بها أحد ، فاستمرت عنده حتى كبرت فجاء إبليس لعنه الله في صورة شيخ وخدعه بها حتى واقعها فحملت منه ، فلما ظهر حملها جاء إليه وقال له : أنت زاهد وإنها إذا ولدت ظهر زناك فتكون فضيحة عليك بين الناس ، فاقتلها قبل الولادة وقل لوالدها ؛ إنها ماتت فيصدقك وتدفنها ولا يعلم أحد ، فقتلها و أعلم والدها فأذن له بدفنها . ثم إن إبليس جاء في صورة رجل عالم إلى الملك وأخبره بقصة العابد مع بنته ، وقال له : انبش عليها وشق جوفها ، فإن رأيت فيه ولدا فأنا صادق وإلا فاقتلني ، فجاءه الملك و حفر عليها وأخرجها وشق بطنها فوجدها كما قال ، فأخذ العابد وأركبه الإبل وحمله إلى بلاده وصلبه ، فجاءه إبليس وهو مصلوب ، فقال له : زنیت بأمري وقتلت نفسا بأمري ، فآمن بي وأنا أنجيك من عذاب الملك ، فأدركته الشقاوة فآمن به فتنحى عنه بعيدا فقال له : لم لا تنجيني ؟ فقال له : أخاف الله إني رب العالمين وتر که ومضی ، فلا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم .

Diceritakan: Terdapat seorang ahli ibadah dari kaum Bani Israil yang bernama Barshisha. Ia terkenal karena bertapanya yang lama. Pada masa kehidupannya, raja negeri tempat tinggalnya mempunyai anak perempuan, ketika itu raja takut bila kelak orang² menyentuhnya. Kemudian raja mengirim putrinya secara rahasia kepada ahli ibadah tersebut, sehingga tidak ada seorang pun yang yang mengetahui keberadaan putri raja.
Setelah itu, putri raja tersebut tinggal bersama Barshisha hingga dewasa. Kemudian pada suatu hari iblis la'nat Allah diatasnya datang berwujud seorang tua, dan ia menipu Barshisha melalui putri raja, sehingga Barshisha berzina dengan putri raja yang kemudian diketahui bahwa putri raja telah hamil. Ketika perutnya semakin membesar, iblis yang menyerupai orang tua tersebut datang lagi kepada Barshisha:
"Engkau adalah seorang zuhud, dan apabila perempuan itu melahirkan, maka perbuatan zinamu akan diketahui oleh orang². Bunuh saja ia sebelum melahirkan, dan katakan kepada orang tuanya bahwa putrinya meninggal. Orang tuanya akan membenarkanmu, lalu engkau menguburnya, dan orang² tidak mengetahui perbuatanmu sama sekali."
Pada akhirnya, Barshisha pun membunuh putri raja tersebut. Setelah itu Barshisha memberi tahu perihal kematian putri raja itu kepada ayahnya, dan meminta izin untuk menguburnya. Raja pun mengizinkannya.
Kemudian iblis yang berbentuk seorang alim datang kepada raja, dan menceritakan kisah Barshisha bersama putri raja itu.
"Gali kuburannya dan bedah perutnya, apabila engkau melihat dalam perutnya terdapat janin, maka aku benar. Dan apabila tidak, engkau boleh membunuhku," kata Iblis.
Raja bersama pengawalnya datang ke tempat pemakaman putrinya, lalu ia menggali kuburan putrinya. Ia mengeluarkan mayat, dan membelah perutnya. Ternyata benar, raja menemukan putrinya sama seperti yang diceritakan seorang alim yang mengunjunginya itu. Setelah itu raja mengambil Barshisha dan menaikkan di atas unta, lalu membawanya ke kerajaan untuk disalib.
Selanjutnya iblis datang kepada Barshisha yang dalam keadaan disalib.
"Engkau berzina atas perintahku. Engkau membunuh seseorang atas perintahku. Maka berimanlah kepadaku, niscaya aku akan menyelamatkanmu dari siksa raja," kata iblis.
Karena Barshisha mempercaya iblis, ia menemukan kesengsaraan. Setelah Barshisha beriman kepada iblis, iblis pun menjauh dari Barshisha.
"Mengapa engkau tidak menyelamatkanku..??" tanya Barshisha.
"Aku takut kepada Allah Penguasa Alam," jawab Iblis.
Iblis meninggalkan dan membiarkan Barshisha seperti itu. Maka tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah Swt semata.
📚[An-Nawadir. Hal. 50_51]


351} Kajian 51 kitab an-Nawadir: "Berusaha menghindari makanan syubhat dan haram"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-LIMA PULUH SATU: {"BERUSAHA MENGHINDARI MAKANAN SYUBHAT DAN HARAM"}

الحكاية الحادية والخمسون : في الحرص على عدم إدخال الشبهة فضلا عن الحرام
حکی عن إبراهيم بن أدهم رضي الله عنه: أنه كان بمكة فاشترى من رجل تمرا فإذا هو بتمرتين وقعتا على الأرض بين رجليه فظن أنهما مما اشتراه فرفعهما وأكلهما وخرج إلى بيت المقدس ودخل إلى قبة الصخرة وخلا فيها ، وكان الرسم و فيها أن يخرج من كان فيها وتخلى للملائكة ليلا بعد العصر فأخرجوا من كان فيها فانحجب إبراهيم فلم يروه فبقي فيها ، فدخلت الملائكة فقالوا : ههنا جنس آدمي ؟ فقال واحد منهم : هو إبراهيم بن أدهم عابد خراسان ، فأجابه آخر منهم : نعم . فقال آخر : هذا الذي يصعد منه كل يوم عمل إلى السماء متقبل . قال : نعم ، غير أن طاعته موقوفة منذ سنة و لم تستجب دعوته تلك المدة لمكان التمرتين . ثم اشتغلت الملائكة بالعبادة حتى طلع الفجر فرجع الخادم وفتح باب القبة فخرج إبراهيم وذهب إلى مكة وجاء إلى باب الحانوت فرأى فتى يبيع التمر ، فقال له : كان ههنا شيخ يبيع التمر العام الأول ، فأخبره أنه والده وأنه فارق الدنيا فأخبره إبراهيم بالقصة ، فقال له الفتي : أنت في حل من نصيبي من التمرتين ، ولي أخت ووالدة . فقال له : أين هما ؟ فقال : في الدار ، فجاء إبراهيم فقرع الباب فخرجت عجوز متكئة على عصا فسلم عليها فردت عليه السلام ، ثم قالت : ما حاجتك ؟ فأخبرها بالقصة فقالت له : أنت في حل من نصيي ، ثم فعل مع بنتها كذلك . ثم توجه إبراهيم إلى بيت المقدس ودخل القبة فدخلت الملائكة يقول بعضهم البعض : هذا إبراهيم بن أدهم كانت أعماله موقوفة ودعوته غير مقبولة منذ سنة ، فلما عمل ما عليه من شأن التمرتين قبلت أعماله وأجيبت دعوته و أعاده الله إلى درجته ، فبكى إبراهيم فرحا وصار لا يفطر إلا في كل سبعة أيام بطعام حلال

Diceritakan dari Ibrahim bin Adham Radhiyallahu 'anh: Bahwasanya ia berada di kota Makkah, dan di sana ia membeli kurma dari seseorang. Namun di bawah kakinya, ia menemukan dua biji kurma. Ia menyangka bahwa dua biji kurma tersebut adalah bagian dari pembeliannya. Ia mengambil dan memakannya. Kemudian ia keluar pergi ke Baitul Maqdis. Ia masuk ke dalam Qubbah as-Shakrah untuk berkhalwat (menyendiri).
Di tempat tersebut tertulis:
"Hendaknya orang yang berada di tempat ini keluar." Ia mengerjakan itu untuk dapat bertemu dengan malaikat pada sore hari.
Para penjaga Qubbah as-Shakrah mengeluarkan semua orang yang ada di dalamnya. Namun Ibrahim bin Adham tertutup dan tidak diketahui oleh para penjaga sehingga ia masih saja berada di sana. Kemudian malaikat masuk ke dalam ruangan.
"Apakah yang tinggal ini dari jenis manusia..??" tanya salah satu malaikat.
"Dia adalah Ibrahim bin Adham, ahli ibadah dari kota Khurasan," jawab salah satu malaikat yang lain.
"Benar," jawab malaikat lain.
"Setiap hari amal orang ini naik ke langit dan diterima," jawab malaikat lain lagi.
"Benar," Hanya saja ketaatannya terhenti selama satu tahun ini, doanya tidak terkabulkan sebab adanya dua biji kurma dalam dirinya," kata malaikat lain.
Selanjutnya, malaikat sibuk beribadah sampai fajar. Penjaga Qubbah as-Shakrah datang dan membukakan pintu. Ibrahim bin Adham keluar dan pergi ke kota Makkah. Ia berhenti di pintu sebuah kedai. Di sana ia melihat seorang pemuda menjual kurma.
"Apakah di sini terdapat seorang tua yang menjual kurma pada awal tahun..??' tanya Ibrahim bin Adham.
Si pemuda menceritakan bahwa itu adalah ayahnya yang sudah meninggal dunia. Lalu Ibrahim bin Adham menceritakan kisahnya kepada si pemuda.
"Sekarang engkau mendapatkan halalnya dua biji kurma itu. Aku mempunyai seorang saudari dan ibu," ucap si pemuda.
"Di mana mereka..??" tanya Ibrahim bin Adham.
"Di dalam rumah," jawab si pemuda.
Ibrahim bin Adham bergegas menuju rumah pemuda itu, lalu mengetuk pintu, Seorang nenek tua bertelekan tongkat keluar. Ibrahim bin Adham mengucapkan salam kepadanya. Si nenek yang diketahui sebagai ibu pemuda itu menjawab salam Ibrahim bin Adham.
"Apa keperluan Anda..??" tanya si nenek.
Ibrahim bin Adham pun menceritakan kisahnya.
"Engkau mendapatkan halalnya bagianku dari kedua kurma tersebut," ungkap si nenek kepada Ibrahim bin Adham.
Ibrahim bin Adham juga melakukan hal demikian kepada saudari si pemuda. Sama seperti saudara dan ibunya, perempuan tersebut merelakan dua kurma yang dimakan Ibrahim bin Adham.
Setelah bertemu dengan orang² itu, Ibrahim bin Adham menghadap ke Baitul Maqdis. Ia masuk ke Qubbah as-Shakrah. Malaikat masuk ke dalam ruangan dan berkata antara satu dengan lainnya:
"Ini adalah Ibrahim bin Adham yang amal² ibadahnya terhenti dan doanya tidak diterima selama satu tahun. Akan tetapi setelah ia melakukan tanggungannya berupa permintaan halal atas dua kurma yang dimakannya, amal²nya diterima kembali, doanya dikabulkan, dan Allah Swt mengembalikan derajatnya." Ibrahim bin Adham menangis karena senang mendengar berita tersebut. Setelah itu ia tidak lalai. Ia makan hanya sekali dalam seminggu, dan makanannya pun adalah makanan halal.
📚[An-Nawadir. Hal. 49_50]


Rabu, 09 September 2020

350} Kajian 50 kitab an-Nawadir: "Bertafakkur tentang keadaan di akhirat"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-LIMA PULUH: {"BERTAFAKKUR TENTANG KEADAAN DI AKHIRAT"}

الحكاية الخمسون : في التفكر في أحوال الآخرة
حکی عن أبي يزيد البسطامي : أنه خرج يوما وعليه أثر البكاء فقيل له : لم ذلك ؟ فقال : بلغني أن عبدا يأتي يوم القيامة إلى موقف الحساب مع خصم له فيقول : يا رب إني كنت رجلا قصابا ، فجاء إلى هذا الرجل و استلم مني اللحم ووضع أصبعه على لحمي حتى رسمت أصبعه و لم يشتر لحما ، فأنا احتجت اليوم إلى ذلك المقدار ، فيأمر الله أن يعطي من حسناته بقدر حقه ، وكان میزان ذلك الرجل قد خف مقدار ذرة فوضع ذلك به فرجحت وأمر به إلى الجنة ، فنقص میزان خصمه بذلك القدر فأمر به إلى النار ، فلا أدري حالي ذلك اليوم .

Diceritakan dari Abu Yazid al-Busthami:
Pada suatu hari Abu Yazid al-Busthami keluar, dan di wajahnya tampak bekas tangisan. Kemudian dikatakan kepadanya: "Apa yang terjadi..??"
Abu Yazid al-Busthami menjawab: "Suatu kabar telah sampai kepadaku bahwa pada hari kiamat kelak, seorang hamba mendatangi tempat hisab bersama musuhnya. Lalu hamba itu berkata: "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku adalah seorang pembantai.
"Setelah itu ia datang kepada musuhnya dan mengusap daging milikku. Ia meletakkan jari²nya di atas dagingku sampai membekas. Ia tidak membeli daging, sedangkan aku membutuhkan ukuran itu. Allah Swt memerintahkan agar ia memberikan kebaikannya seukuran haknya. Ukuran orang itu telah berkurang sekitar satu biji dzarrah. Maka ukuran tersebut diletakkan pada musuhnya itu. Sehingga si musuh unggul dan ia diperintahkan masuk surga. Kemudian timbangan musuhnya berkurang dengan ukuran itu, maka ia diperintahkan ke neraka. Aku tidak tahu keadaanku pada hari itu."
📚[An-Nawadir. Hal. 49]

349} Kajian 49 kitab an-Nawadir: "Mencurahkan ilmu untuk suatu maksud dan berdiskusi dengan baik"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-EMPAT PULUH SEMBILAN: {"MENCURAHKAN ILMU UNTUK SUATU MAKSUD DAN BERDISKUSI DENGAN BAIK"}

الحكاية التاسعة والأربعون : في بذل العلم فيما يعني وحسن المناظرة
حکی : أن حاتم الأصم دخل بغداد فقيل له : إن ههنا يهوديا غلب العلماء ، فقال : أنا أكلمه ، فلما حضر اليهودي سأل حاتما عن : أي شيئ لا يعلمه الله ؟ وأي شيئ لا يوجد عند الله ؟ وأي شيئ ليس في خزائن الله ؟ وأي شيئ يسأله الله العباد ؟ وأي شيئ يعقده الله ؟ وأي شيئ يحله الله ؟ فقال له حاتم : إن أجبتك أتقر بالإسلام ؟ قال : نعم ، فقال حاتم : الذي لا يعلمه الله هو شریکه أو ولده ، فإن الله لا يعلم له شريکا ولا ولدا ، والذي ليس عند الله هو الظلم (إن الله لا يظلم الناس شيئا) (۱) والذي ليس في خزائن الله هو الفقر (والله الغني و أنتم الفقراء) (٢) والذي يسأله الله من العباد هو القرض ( من ذا الذي يقرض الله قرضا حسنا ) (۳) والذي يعقده الله هو الزنار للكفار ، والذي يحله الله هو ذلك الزنار عن أحبابه ، فأسلم اليهودي بإذن الله تعالى .

Diceritakan: Hatim al-Asham masuk ke kota Baghdad. Ia mendapat kabar bahwa di sana terdapat seorang Yahudi yang mengalahkan ulama.
"Aku akan berbicara dengannya," kata Hatim al-Asham.
Ketika Yahudi itu datang, ia bertanya kepada Hatim al-Asham tentang:
apa yang tidak diketahui Allah Swt..??
Apa yang tidak ditemukan di sisi Allah Swt..??
Apa yang tidak ada dalam gedung Allah Swt..??
Apa yang diminta Allah Swt dari hamba..??
Apa yang diikatkan oleh Allah Swt..?? Dan
apa yang dilepaskan oleh Allah Swt..??
"Apabila aku menjawabmu, apakah engkau mengakui kebenaran Islam..??"
"Ya," jawab orang Yahudi tersebut.
Kemudian Hatim al-Asham menjawab:
"Sesuatu yang tidak diketahui Allah Swt adalah sekutu atau anakNya. Allah Swt tidak mengetahui kalau diriNya mempunyai sekutu dan anak.
Sesuatu yang tidak ada di sisi Allah Swt adalah zhalim. Sebagaimana firmanNya: "Sesungguhnya Allah Swt tidak berbuat zhalim kepada manusia sedikit pun." (QS. Yunus [10]: 44).
Sesuatu yang tidak ada di dalam gedung Allah Swt adalah fakir. Sebagaimana firmanNya: "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah Swt, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah Swt.)." (QS. Al-Baqarah [2]: 245).
Sesuatu yang diikatkan oleh Allah Swt adalah tali pengikat bagi orang² kafir. Dan
sesuatu yang dilepaskan oleh Allah Swt adalah ikatan tersebut bagi para kekasihNya."
Setelah itu, orang Yahudi itu pun masuk Islam dengan izin Allah Swt.
📚[An-Nawadir. Hal. 48_49]


348} Kajian 48 kitab an-Nawadir: "Keutamaan keturunan"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-EMPAT PULUH DELAPAN: {"KEUTAMAAN KETURUNAN"}

الحكاية الثمانية والأربعون : في فضل الذرية
حکی : أن قاضيا مات وترك امرأته حاملا فولدت ابنا ، فلما ترعرع بعثته أمه إلى الكتاب فلقنه المعلم التسمية فرفع الله العذاب عن أبيه وقال : يا جبريل إنه لا يليق بنا أن يكون ابنه في ذكرنا وهو في العذاب ، فاذهب إليه وهنئه به ، فذهب إليه وهنأه به رحمه الله تعالى .

Diceritakan: Bahwasanya seorang Qadhi meninggal dunia, dan ia meninggalkan istrinya yang dalam keadaan hamil. Ketika tiba saatnya, istri hakim melahirkan anak laki². Tatkala si anak bertambah besar, sang ibu mengutusnya untuk belajar kepada seorang pengarang. Bersama gurunya, ia diajari membaca basmalah. Karena alasan ini, Allah Swt mencabut siksa atas ayahnya dan berkata:
"Wahai Jibril, sesungguhnya tidak pantas bagiKu meng~adzab seseorang yang anaknya menyebutKu. Pergilah kepadanya dan berilah kabar gembira!" Kemudian Jibril pun pergi, dan memberikan kabar gembira kepadanya. Hal itu semata² karena rahmat Allah Swt.
📚[An-Nawadir. Hal. 48]

347} Kajian 47 kitab an-Nawadir: "Wara' dan tidak melakukan tipuan dalam berdagang"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-EMPAT PULUH TUJUH: {"WARA' DAN TIDAK MELAKUKAN TIPUAN DALAM BERDAGANG"}

الحكاية السابعة والأربعون : في الورع والمحافظة على عدم إدخال الغش في التجارة
حکی : أن أبا حنيفة رضي الله عنه كان بينه وبين رجل من البصرة شركة في تجارة ، فبعث إليه أبو حنيفة سبعين ثوبا من ثیاب الخز وكتب إليه : إن في واحد منها عيبا وهو الثوب الفلاني ، فإذا بعته فبين العيب ، فباعها بثلاثين ألف درهم وجاء بها إلى أبي حنيفة . فقال له : هل بينت العيب ؟ فقال : لقد نسيت ، فتصدق أبو حنيفة بجميع منها المذكور .

Diceritakan: Sesungguhnya Abu Hanifah Radhiyallahu 'anh dan seseorang lelaki dari kota Bashrah terdapat serikat dagang di antara keduanya, kemudian Abu Hanifah mengirim tujuh puluh pakaian berbahan sutra kepada teman bisnisnya tersebut, dan ia menyelipkan sepucuk surat yang isinya:
“Sesungguhnya pada salah satu pakaian terdapat cacat, yaitu pakaian ini. Maka juallah dan jelaskan cacatnya."
Laki² dari kota Bashrah itu pun menjual semua pakaiannya dengan harga tiga puluh ribu dirham, dan membawanya kepada Abu Hanifah.
"Apakah engkau menjelaskan cacatnya..??" tanya Abu Hanifah.
"Sungguh aku lupa,!" kata laki² dari kota Bashrah itu.
Mendengar jawaban tersebut, Abu Hanifah menyedekahkan semua penjualannya.
📚[An-Nawadir. Hal. 48]

346} Kajian 46 kitab an-Nawadir: "Memakan hak orang lain tanpa alasan yang dibenarkan dan akibat dari memakan hak orang lain"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-EMPAT PULUH ENAM: {"MEMAKAN HAK ORANG LAIN TANPA ALASAN YANG DIBENARKAN DAN AKIBAT DARI MEMAKAN HAK ORANG LAIN"}

الحكاية السادسة والأربعون : في أكل حقوق العباد بغير حق وما يترتب عليه
حکی عن أبي يزيد البسطامي : أنه عبد الله تعالى سنين كثيرة فلم يجد للعبادة طعما ولا لذة ، فدخل على أمه وقال لها : يا أماه إني لا أحد للعبادة ولا للطاعة حلاوة أبدا ، فانظري هل تناولت شيئا من الطعام الحرام حيث كنت في بطنك أو حين رضاعي ؟ فتفكرت طويلا ، ثم قالت : يا بني لما كنت في بطني صعدت فوق سطح فرأيت إجانة فيها أقط فاشتهيته فأكلت منه مقدار أنملة بغير إذن صاحبه ، فقال أبو يزيد : ما هو إلا هذا ، فاذهبي إلى صاحبه وأخبريه بذلك ، فذهبت إليه وأخبرته بذلك ، فقال لها : أنت في حل منه ، فأخبرت ابنها بذلك ، فعندها ذاق حلاوة الطاعة .

Diceritakan dari Abu Yazid al-Busthami: Sesungguhnya ia beribadah kepada Allah Swt selama bertahun². Namun ia tidak menemukan kenikmatan dan kelezatan ibadah. Kemudian ia pergi ke tempat ibunya:
"Wahai Ibu,,sesungguhnya aku tidak menemukan manisnya ibadah dan taat selamanya. Lihatlah ke belakang, apakah engkau pernah memakan makanan haram pada saat aku masih dalam perutmu, atau pada saat aku dalam susuanmu..??" tanya Abu Yazid al-Busthami.
Si ibu pun berpikir lama, kemudian si ibu berkata:
"Wahai anakku,,ketika engkau berada dalam perutku, aku naik di atas atap, lalu aku melihat sepotong keju berada di dalam sebuah wadah. Aku berselera. Maka aku pun memakannya seukuran semut tanpa izin pemiliknya."
"Tidak lain, inilah alasannya wahai Ibu, pergilah kepada pemilik keju tersebut, dan beri tahu masalah itu kepadanya," kata Abu Yazid al-Busthami.
Kemudian si ibu pergi dan menceritakan hal tersebut kepada pemilik keju.
Pemilik keju berkata: "Sekarang engkau memperoleh halalnya keju itu."
Selanjutnya, si ibu menyampaikan pertemuannya dengan pemilik keju kepada anaknya, yakni Abu Yazid al-Busthami. Setelah itu, Abu Yazid al-Busthami baru dapat merasakan manisnya taat.
📚[An-Nawadir. Hal. 48]

345} Kajian 45 kitab an-Nawadir: "Sebagian mu'jizat Nabi Muhammad ﷺ"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-EMPAT PULUH LIMA: {"SABAGIAN MU'JIZAT NABI MUHAMMAD ﷺ"}

الحكاية الخامسة والأربعون : في بعض معجزاته ﷺ
حکی عن أنس بن مالك رضي الله تعالى عنه ، قال : دخل النبي ﷺ منزل فاطمة عنها رضي الله عنها، فشكت إليه الجوع وقالت : يا أبت لنا منذ ثلاثة أيام لم نذق طعاما ، فكشف ﷺ عن بطنه ، وإذا عليه حجر مشدود وقال : يا فاطمة إن كان لكم ثلاثة أيام فلأبيك أربعة أيام ، ثم خرج رسول الله ﷺ من منزلها وهو يقول : واغماه يجوع الحسن والحسين ، ولم يزل ﷺ يمشي حتى خرج من سكك المدينة ، وإذا هو بأعرابي على بئر يستقي الماء منها ، فوقف ﷺ عليه وهو لا يعرف أنه النبي ، فقال له : يا أعرابي هل لك في أجير تستاجره ؟ قال : نعم ، قال : تستأجره فيماذا ؟ قال : يستقي من هذا البئر ، فدفع الأعرابي له الدلو فاستقى له دلوا فدفع له ثلاث تمرات ، فأكلها ﷺ ؟ ثم استقى له ثمانية أدلية ، ولما أراد استقاء التاسعة انقطع الرشا فوقع الدلو في البئر فوقف النبي ﷺ متحيرا ، فجاء الأعرابي غضبان ولطم وجه النبي ﷺ ودفع له أربعة وعشرين تمرة فأخذها منه ثم تناول الدلو من البئر بيده الشريفة ورماه للأعرابي وانطلق من عنده ، فتفكر الأعرابي ساعة ثم قال : إن هذا نبي حقا ، ثم أخذ مدية وقطع بها يمينه التي لطم بها النبي ﷺ فوقع مغشيا عليه ، فمر عليه رکب فرشوا عليه الماء حتى أفاق ، فقالوا : ما أصابك ؟ فقال : لطمت وجه إنسان ، ثم ظننت أنه محمد ﷺ وأخفت أن تصيبني العقوبة فقطعت يدي التي لطمته بها ، ثم أخذ يده المقطوعة بيساره وأقبل إلى المسجد ونادى : يا أصحاب محمد أين محمد ؟ و كان أبو بكر وعمر وعثمان رضي الله عنهم قعودا فيه ، فقالوا له : لماذا تسأل عن محمد ؟ فقال : لي إليه حاجة ، فجاء سلمان وأخذ بيد الأعرابي وانطلق إلى بيت فاطمة رضي الله عنها ، وكان ﷺ لما أخذ التمر جاء به إلى بيتها وأجلس الحسن على فخذه الأيمن والحسين على فخذه الأيسر ، وصار يلقمها من التمر الذي معه ، فنادى الأعرابي : يا محمد ، فقال لفاطمة : انظري من بالباب فخرجت إليه فوجدت الأعرابي وهو آخذ بيمينه مقطوعة بشماله ، وهي تقطر دما فرجعت إليه وأخبرته بما رأت فقام ﷺ، فلمار آه قال : يا محمد اعذرني فإني لم أعرفك ، فقال له : لم قطعت يدك ؟ قال : لم يكن لي أن أبقى على يد لطمت بها وجهك ، فقال له النبي ﷺ : أسلم تسلم فقال : يا محمد إن كنت نبيا فأصلح يدي ، فأخذها ﷺ ووضعها في مكانها وألصقها ومسحها بيده وتفل عليها وسمي ، فالتأمت بإذن الله تعالى ، فأسلم الأعرابي والحمد لله .

Diceritakan dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anh, beliau mengatakan: bahwa suatu hari Nabi Muhammad ﷺ masuk ke dalam rumah Fathimah Radhiyallahu 'anha. Kemudian Fathimah mengadu: "Wahai ayahku, selama tiga hari kami belum merasakan makanan." Mendengar itu, Nabi Muhammad ﷺ membuka pakaian yang menutup perutnya. Pada perut Nabi yang mulia tersebut, Fathimah melihat sebuah batu diikatkan dengannya. Kemudian Nabi Muhammad ﷺ berkata:
"Wahai Fathimah, apabila kalian belum makan selama tiga hari, maka ayahmu ini belum makan selama empat hari."
Setelah itu, Nabi Muhammad ﷺ keluar dari rumah Fathimah dan berkata: "Alangkah sedihnya Hasan dan Husain kelaparan."
Nabi Muhammad ﷺ terus berjalan sampai di Madinah. Di salah satu jalan, beliau bertemu dengan seorang Badui yang hendak mengambil air di samping sumur. Nabi Muhammad ﷺ berhenti di sana. Si Badui tidak mengetahui bahwa seseorang yang mampir di sampingnya itu adalah Nabi.
"Wahai tuan, apakah engkau mempunyai pekerjaan yang dapat aku lakukan..??" tanya Nabi Muhammad ﷺ.
"Ya," jawab Badui itu.
"Apa pekerjaan untukku..??" tanya Nabi lagi.
"Mengambil air dari sumur ini," jawab si Badui.
Si Badui memberikan ember kepada beliau, dan beliau mengambil air dengan ember tersebut. Beliau mendapatkan upah tiga biji kurma dari pekerjaan ini. Lalu beliau memakannya. Setelah itu, beliau meneruskan kembali pekerjaannya hingga delapan ember. Ketika beliau hendak mengambil air untuk yang ke sembilan, tali ember itu putus. Dan ember yang digunakan untuk mengambil air tersebut jatuh ke dalam sumur. Beliau berhenti dengan sedikit cemas. Kemudian datang Si Badui dalam keadaan marah dan menampar wajah beliau. Setelah itu, si Badui memberikan dua puluh empat kurma kepada beliau, dan beliau pun mengambilnya.
Kemudian Nabi Muhammad ﷺ mengambil ember dari dalam sumur dengan tangan beliau, dan memberikannya kepada si Badui. Setelah itu, beliau pun pergi meninggalkan si Badui.
Melihat peristiwa ini, si Badui berpikir sembari bergumam: "Orang ini pasti nabi."
Setelah mengetahui hal itu, si Badui mengambil sebilah pisau besar, lalu memotong tangan kanan yang digunakan untuk menampar Nabi Muhammad ﷺ dengan pisau tersebut. Tidak sanggup menahan sakit, ia pun pingsan.
Beberapa waktu kemudian, suatu rombongan melewati sumur tersebut. Mendapati seorang Badui tergeletak di pinggir sumur, mereka memercikkan air kepadanya, dan akhirnya si Badui pun sadar.
"Apa yang menimpamu..??" tanya rombongan itu.
"Aku menampar wajah seseorang dan aku menyangka bahwa orang itu adalah Muhammad ﷺ. Aku takut akan tertimpa suatu siksa, lalu aku memotong tangan yang aku gunakan untuk menamparnya itu," kata Badui tersebut.
Selanjutnya, si Badui pergi membawa potongan tangannya dengan tangan kiri menuju masjid. Dengan suara keras, ia memanggil:
"Wahai teman² Muhammad, di mana Muhammad..??"
Ketika itu, Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiyallahu 'anhum duduk di sana.
"Mengapa engkau mencari Muhammad..??" tanya mereka.
"Aku mempunyai keperluan dengannya," jawab si Badui.
Salman datang menggandeng tangan Badui, dan membawanya ke rumah Fathimah Radhiyallahu 'anha, sebab Salman mengetahui bahwa setelah Nabi Muhammad ﷺ mengambil kurma, beliau membawanya ke rumah Fathimah, dan Nabi Muhammad ﷺ mendudukkan Hasan di atas paha sebelah kanan, dan Husain di atas paha sebelah kiri. Beliau menyuapi mereka dengan biji² kurma tersebut.
Bagitu tiba di rumah Fathimah, si Badui berkata: "Wahai Muhammad," Mendengar panggilan ini, Nabi Muhammad ﷺ berkata:
"Wahai Fathimah, lihatlah ke depan!"
Kemudian Fathimah pun keluar, dan mengetahui bahwa ada seorang Badui yang datang. Ia melihat si Badui memegang potongan tangannya yang mengalirkan darah. Fathimah kembali ke dalam dan memberitahukan hal itu kepada Nabi Muhammad ﷺ, Beliau bergegas menuju ke depan rumah:
Setelah Nabi Muhammad ﷺ datang, si Badui berkata: "Wahai Muhammad, maafkanlah aku. Sungguh, aku tidak mengenalmu."
"Tapi mengapa engkau memotong tanganmu..??" tanya Nabi Muhammad ﷺ.
"Wahai Muhammad, tidak mungkin aku membiarkan tangan yang aku gunakan untuk menamparmu ini tetap ada," kata si Badui.
"Masuklah Islam, maka engkau akan selamat," kata Nabi Muhammad ﷺ.
"Wahai Muhammad, apabila engkau seorang Nabi, kembalikan tanganku seperti sedia kala," pinta si Badui.
Nabi Muhammad ﷺ mengambil potongan tangan si Badui dan meletakkannya pada tempat semula. Nabi menyambungnya dan mengusapnya dengan tangan beliau. Dengan izin Allan Swt, tangan tersebut menyatu. Dan pada akhirnya, si Badui pun masuk Islam.
Alhamdulillah
📚[An-Nawadir. Hal. 46_47]



344} Kajian 44 kitab an-Nawadir: "Dunia tidak bersih bagi setiap orang"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-EMPAT PULUH EMPAT: {"DUNIA TIDAK BERSIH BAGI SETIAP ORANG"}

الحكاية الرابعة والأربعون : في عدم صفاء الدنيا لأحد
حکی : أن يزيد بن الوليد قال لأصحابه : إنه لم يمكن أن يمر على إنسان يوم كامل بلا مكروه ولا غم ، وإني أريد أن أجعل لي يوما لا أرى فيه ذلك ، فهيأ له مجلسا للهو واتخذ فيه من الرياحين وغيرها ما تفعله الملوك ، وكان له جارية أحب الناس إليه اسمها حنانة أحسن الناس وجها وأحسنهم صوتا ، فجعلها خلفه تحت الستارة وجعل الندماء أمامه وصار ينظر إلى الجارية ويلعب معها تارة وإلى ندمائه تارة أخرى لسماع أصواتهم ، ولم يزل كذلك إلى وقت العصر ، فأحضروا له رمانا ، فأخذ يجعل حبه على يديه لتأخذ منه الجارية فأخذت وأكلت فوقفت حبة في حلقها فماتت لوقتها ، فحصل له من الغم ما لا مزيد عليه واستمر على ذلك أربعة أيام ثم مات على معاصيه ، والله أعلم .

Diceritakan: Yazid bin Walid berkata kepada teman²nya:
"Tidak ada seorang pun dalam sehari semalam melewatinya tanpa suatu hal yang dibenci dan kesedihan. Dan sesungguhnya aku hendak menjadikan satu hari tanpa mengalami dua hal itu." Oleh karena itu, Yazid bin Walid menyiapkan pertemuan yang akan dipenuhi kesenangan². Ia mengambil tumbuh²an berbau wangi dan berbagai hal lain, sebagaimana yang dilakukan para raja. Ia mempunyai seorang selir bernama Hannanah yang begitu disukai oleh orang². Hannanah adalah wanita cantik, dan bersuara merdu. Selir ini berada di belakang raja dengan suatu kain penutup. Lalu raja menempatkan teman minum di depannya.
Begitu persiapan selesai, raja melihat dan mengamati terus si selir, ia memintanya mendendangkan lagu². Terkadang ia bermain² dengannya. Dan di kesempatan lain, ia bersenang² dengan teman minumnya. Hal itu terus ia lakukan sampai waktu Ashar.
Selanjutnya para pelayan menghidangkan buah kurma bagi raja. Ia mengambil sebuah biji kurma dengan kedua tangannya. Lalu ia mengulurkan buah kurma tersebut kepada si selir. Si selir menerimanya dengan senang, dan memakannya. Namun tiba² biji kurma yang diberikan itu tertelan oleh si selir. Dan dengan seketika si selir mati. Setelah itu, raja merasakan kesedihan yang luar biasa. Bahkan perasaan tersebut berlangsung selama empat hari. Dan pada akhirnya raja pun mati dalam keadaan maksiat.
Wallaahu a'lam.
📚[An-Nawadir. Hal. 46]

343} Kajian 43 kitab an-Nawadir: "Qanaah"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-EMPAT PULUH TIGA: {"QANAAH"}

الحكاية الثالثة والأربعون : في القناعة
حکی : أنه كان عابد في بني إسرائيل ضاقت عليه معيشته ، فخرج إلى الصحراء يعبد الله ويسأله أن يعطيه شيئا ، فنودي ذات يوم : أيها العابد ، أمدد يدك وخذ ، فمد يده فوضع عليها درتان كأنهما کو کبان ضياء ، فجاء بهما إلى منزله وقال لامرأته : قد أمنا من الفقر ، ثم إنه رأى ذات ليلة في منامه أنه في الجنة فرأى فيها قصرا فقيل له : هذا قصرك فرأى فيه أريكتين متقابلتين إحداهما من الذهب الأحمر والأخرى من الفضة وسقفهما من اللؤلؤ ، وقيل له : احداهما مقعدك والأخرى مقعد امرأتك ، فنظر إلى سقفهما فإذا فيه موضع خال مقدار درتين ، فقال : ما بال هذا الموضع خاليا ؟ فقيل : لم يكن خاليا ، وإنما أنت تعجلت في الدنيا الدرتين وهذا موضعهما ، فانتبه من منامه باكيا وأخبر امرأته بذلك ، فقالت له : ادع الله واسأله أن يردهما مكائهما إلى الصحراء وهما في كفه وصار يدعو الله ويتضرع إليه أن يردهما و لم يزل كذلك حتى أخذا من كفه و نودي أن رددناهما إلى مكانهما فحمد الله تعالى على ذلك واثنى عليه .

Diceritakan: Di Bani Israil terdapat seorang ahli ibadah yang mengalami kesempitan masalah penghidupan, kemudian ia keluar menuju padang pasir untuk menyembah Allah Swt dan memintaNya diberikan sesuatu. Pada hari tersebut datang sebuah panggilan:
"Wahai ahli ibadah, bentangkan tanganmu, dan ambillah."
Kemudian Ahli ibadah itu membentangkan tangannya. Setelah itu, dua permata yang warnanya seperti dua bintang yang bercahaya diletakkan di tangannya. Lalu ia pulang ke rumah membawa kedua permata tersebut.
"Kita selamat dari kefakiran," kata ahli ibadah kepada istrinya.
Suatu malam, ahli ibadah itu bermimpi bahwa dirinya berada di surga, dan di dalam surga ia melihat sebuah istana. Kemudian datang sebuah suara: "Ini adalah istanamu."
Di dalam surga itu ahli ibadah tersebut melihat dua singgasana yang berhadapan. Yang satu terbuat dari emas merah dan yang lain terbuat dari perak. Atapnya berasal dari mutiara. Kemudian dikatakan kepadanya:
"Singgasana yang satu bagimu, dan singgasana yang lain diperuntukkan istrimu."
Lalu Ahli ibadah itu melihat ke bagian atapnya. Tiba² terdapat satu tempat berlubang seukuran dua permata. Ia berkata:
"Apa yang terjadi dengan bagian yang berlubang ini..??"
"Sebenarnya itu tidak berlubang. Hanya saja engkau tergesa² memperoleh dua permata itu di dunia. Dua tempat yang berlubang tersebut adalah tempatnya," tutur sebuah suara. Ahli ibadah itu sadar dari tidurnya, dan menangis, dan ia langsung memberi tahu istrinya.
"Berdoalah kepada Allah Swt, dan mintalah kepadaNya agar dua permata itu dikembalikan ke tempatnya, yaitu ke padang pasir," kata si istri.
Dengan kedua permata yang berada dalam genggamannya, ia berdoa penuh harapan dan sungguh² kepada Allah Swt, agar kedua permata itu dikembalikan ke tempat asalnya. Ia selalu melakukan demikian hingga kedua permata tersebut diambil dari genggamannya. Setelah itu, datang sebuah panggilan:
"Kami telah mengembalikan kedua permata itu ke tempatnya." Atas terkabulnya doa itu, ahli ibadah itu memuji Allah Swt.
📚[An-Nawadir. Hal. 45_46]


342} Kajian 42 kitab an-Nawadir: "Mencegah durhaka kepada orang tua"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-EMPAT PULUH DUA: {"MENCEGAH DURHAKA KEPADA ORANG TUA"}

الحكاية الثانية والأربعون : في الزجر عن عقوق الوالدين
حكى عن عطاء بن يسار : أن قوما سافروا ونزلوا في برية ، فسمعوا نهيق حمار متواترا فأسهرهم فانطلقوا ينظرون إليه ، وإذا هم ببيت من الشعر وفيه عجوز ، فقالوا لها : قد سمعنا نهيق حمار أسهرنا ولم نر عندك حمارا . فقالت له : ذلك ابني كان يقول لي : يا حمارة تعالي ويا حمارة اذهبي وهكذا ، فدعوت الله أن يصيره حمارا ، فلذلك لم يزل ينهق إلى الصباح في كل ليلة ، فقالوا لها : انطلقي بنا إليه لننظره ، فانطلقوا إليه وإذاهو في القبر وعنقه كعنق الحمار فلا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

Diceritakan dari Atha' bin Yasar: bahwasanya ada sekelompok orang melakukan perjalanan dan mereka singgah di suatu tempat. Kemudian mereka mendengar suara keledai meringkik terus-menerus, dan membuat mereka tidak dapat tidur. Lalu mereka pun pergi melihatnya. Tiba² mereka melihat sebuah rumah dari kemah yang dalamnya terdapat perempuan lanjut usia.
"Kami mendengar suara keledai hingga kami tidak dapat tidur, namun kami tidak melihat seekor keledai pun di sekitar sini," kata mereka.
"Itu adalah suara anakku. Sebelumnya, ia memanggilku dengan panggilan: "Wahai keledai, kemari..!, Wahai keledai, pergilah..! Demikianlah! Maka aku berdoa kepada Allah Swt agar ia dijadikan keledai. Ia selalu bersuara seperti keledai setiap malam sampai pagi," ungkap si ibu.
"Ajaklah kami untuk melihatnya," pinta mereka. Si ibu mengajak mereka pergi ke suatu tempat. Ia berada di kuburan dan lehernya seperti leher keledai. Tiada daya dan kekuatan, kecuali milik Allah Yang Maha Tinggi dan Agung.
📚[An-Nawadir. Hal. 45]

341} Kajian 41 kitab an-Nawadir: "Berbuat baik kepada orang tua dan tercelanya 'ujub"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-EMPAT PULUH SATU: {"BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA DAN TERCELANYA 'UJUB"}

الحكاية الحادية والأربعون : في بر الوالدين وذم العجب
حکی : أن داود عليه السلام قرأ يوما في الزبور فرق قلبه عند قراءته فقال : ليس في الدنيا أعبد مني ، فأوحى الله تعالى إليه : اصعد إلى جبل كذا لترى رجلا زراعا يعبدني في سبعمائة عام ويعتذر من ذنب فعله وليس بذنب عندي ، وذلك أنه مر يوما على سطح و كانت والدته تحت السطح فأصابها شيئ من التراب من مشيه ، وإنه أعبد منك فاذهب إليه وبشره بالمغفرة مني ، فذهب داود إلى الجبل وإذا رجل نحيف جدا قد ظهر عظمه من العبادة ورآه محرما بالصلاة ، فلما فرغ سلم داود عليه فرد عليه السلام وقال له : من أنت ؟ قال : أنا داود ، فقال : لو علمت أنك داود ما رددت عليك السلام لما وقع منك من الزلة وتفرغت للصعود في الجبل ولم تستغفر الله ، فو الله لقد مررت على سطح وكانت والدتي تحته فنزل عليها شيئ من تراب السطح بمشي عليه ، فخرجت ولي سبعمائة سنة فلا أدري أساخطة علي أم راضية ، ومع ذلك أستغفر الله لظني أنها ساخطة علي ليرضى عيني ربي وترضى عن والدتي وأنا على ذلك سبعمائة سنة لا أتفرغ للأكل ولا للشرب مخافة عذاب الله تعالى فاذهب عني وقد منعتني من العبادة ، فقال له : إن الله بعثي إليك لأخبرك أنه غفر لك وهو راض عنك وأن والدتك خرجت من الدنيا وهي راضية عنك وإنها لم تكن تحت السطح الذي مشيت عليه ولم يصبها تراب ، فلما سمع الرجل ذلك قال : والله لا أحب الحياة بعد هذا ، وقال : رب اقبضني إليك ، فمات من ساعته رحمه الله تعالى .

Diceritakan: Bahwasanya suatu hari Nabi Daud 'Alaihis salam membaca kitab Zabur. Kemudian hatinya menjadi lembut pada saat membaca kitab suci itu. Dalam hati ia berkata: "Di dunia tidak ada seorang pun lebih baik ibadahnya daripadaku." Setelah itu, Allah Swt mewahyukan kepadanya: "Naiklah ke gunung itu agar engkau melihat seorang petani yang menyembahKu selama tujuh ratus tahun. Ia melakukan itu karena suatu kesalahan yang telah dilakukan. Namun menurutKu itu bukan kesalahan (dosa). Pada suatu hari, ia menaiki atap rumah, sedangkan ibu orang tersebut berada di bawahnya. Lalu secara tidak sengaja, si ibu kejatuhan debu karena langkah kakinya yang berada di atas atap. Sungguh laki² ini lebih baik ibadahnya daripada engkau. Maka pergilah untuk menemuinya, dan beri tahukan bahwa ia memperoleh ampunan dariKu."
Selanjutnya, Daud pergi ke gunung yang ditunjukkan itu, dan di sana ia melihat seorang laki² yang sangat bersih, begitu tampak kebesaran ibadahnya. Saat itu Daud melihat laki² tersebut sedang takbiratul ihram melaksanakan shalat. Setelah selesai shalat, mengucapkan salam kepadanya. Laki² itu pun menjawab salamnya Daud.
"Siapa engkau..??" tanya ahli ibadah.
"Aku Daud," jawab Daud.
"Apabila aku tahu bahwa engkau Daud, maka aku tidak akan menjawab salammu karena kesalahan yang engkau lakukan, dan meluangkan waktu untuk naik ke gunung ini. Akan tetapi engkau tidak beristighfar kepada Allah Swt. Demi Allah, pada suatu waktu aku berjalan di atas atap. Dan bersamaan dengan itu, ibuku berada di bawah atap. Kemudian sedikit dari debu atap jatuh mengenainya sebab langkahku tadi. Lalu aku keluar selama tujuh ratus tahun. Aku tidak tahu, apakah ibuku marah kepadaku atau ridha..?? Meskipun demikian, aku tetap beristighfar kepada Allah Swt, Karena aku menyangka bahwa ibuku marah kepadaku. Hal ini aku lakukan supaya Tuhan meridhaiku, dan ibuku juga meridhaiku. Itu aku lakukan selama tujuh ratus tahun. Tidak aku luangkan waktuku untuk makan dan minum, sebab takut adzab Allah Swt. Menjauhlah dariku, Engkau mencegahku melakukan ibadah," tegas ahli ibadah.
"Sesungguhnya aku diperintah Allah Swt untuk memberi tahu bahwa Dia mengampunimu. Dia ridha kepadamu, dan orang tuamu yang telah meninggal dunia juga ridha kepadamu. Orang tuamu tidak berada di bawah atap yang engkau injak, dan tidak tertimpa debu," kata Daud.
Setelah mendengar penjelasan tersebut, si ahli ibadah berkata: "Demi Allah, aku tidak menyukai hidup sesudah ini."
Lelaki yang ahli ibadah itu bersujud, dan berkata: "Tuhanku, ambillah nyawaku." Dan Ahli ibadah tersebut meninggal dunia seketika itu juga. Semoga Allah Swt merahmatinya.
📚[An-Nawadir. Hal. 44_45]


Selasa, 08 September 2020

340} Kajian 40 kitab an-Nawadir: "Menerima sesuatu yang sedikit"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-EMPAT PULUH: {"MENERIMA SESUATU YANG SEDIKIT"}

الحكاية الأربعون : في القناعة بالقليل
حکی عن أويس اليماني قال : كان رجل له أربعة أولاد فمرض ، فقال أحدهم لهم : إما أن تكفلوه وليس لكم من ميراثه شيء ، وإما أن أكفله وليس لي من ميراثه شيء ، فأبوا فكفله هو حتى مات ولم يأخذ حظه من الميراث فقيل له في المنام : ائت مكان كذا وكذا وخذ منه مائة دينار وليس فيها بركة فأصبح وذكر ذلك لامرأته ، فقالت له : خذها ، فأبى ، وفي الليلة الثانية قيل له : ائت مكان كذا وكذا وخذ منه عشرة دنانير ولا بركة فيها فشاور امرأته فحرضته على أخذها فابی ، فجاءه في الليلة الثالثة وقال له : أذهب إلى مكان كذا وكذا وخذ منه دينارا واحدا وفيه البركة فذهب إليه وأخذه ، فلما خرج به رأى شخصا يبيع حوتين من السمك ، فقال له : بكم تبيعهما ؟ قال : بدينار فأخذهما به وذهب بهما إلى بيته فشق جوفهما فإذا في باطن كل منهما درة يتيمة ، فذهب بإحداهما إلى الملك فدفع له فيها مبلغا كبيرا ، ثم قال له هذه لا تصلح إلا مع أختها فأحضرها ونعطيك مثله ، فذهب وأحضرها فأعطاه الملك ما وعده من المال فحصل له بركة والده رحمه الله تعالى .

Diceritakan: Uwais al-Yamani berkata:
"Ada seorang laki² yang mempunyai empat anak. Suatu saat, sang ayah menderita sakit. Salah seorang di antara mereka berkata kepada saudara²nya. Bisa saja kalian mengurusnya. Dan tidak ada warisan sama sekali yang kalian terima (sebab warisan digunakan sebagai biaya perawatan). Atau bisa saja aku yang mengurusnya. Maka tidak ada warisan sama sekali yang aku terima."
Setelah mendengar perkataan salah satu saudaranya, mereka enggan untuk mengurus ayahnya. Sehingga ia sendiri yang mengurus ayahnya sampai meninggal dunia, dan ia sama sekali tidak mengambil bagian warisannya. Pada saat tidur, terdengar suara berkata kepadanya: "Pergilah ke tempat ini, Ambillah uang sejumlah seratus dirham, tetapi tidak ada keberkahan dalam uang tersebut."
Ketika pagi, laki² itu menceritakan mimpinya kepada istrinya.
"Ambil saja," kata istri.
Namun ia tidak mau melakukannya.
Pada malam kedua, datang lagi sebuah suara: "Pergilah ke tempat ini, Ambil uang sejumlah sepuluh dinar, tetapi tidak ada keberkahan dalam uang tersebut."
Ia bermusyawarah dengan istrinya, dan istrinya menyuruhnya untuk mengambil dinar tersebut, namun ia tetap menolaknya.
Pada malam ketiga, sebuah suara kembali berkata: "Pergilah ke tempat ini, Ambil satu dinar dari sana, dan terdapat keberkahan dalam uang tersebut." Kemudian lelaki tersebut pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh mimpinya. Setelah mengambil uang, ia melihat seseorang menjual dua ekor ikan.
"Berapa engkau menjual dua ikan tersebut..??" tanya lelaki itu.
"Satu dinar," jawab penjual ikan.
Lelaki itu pun membelinya dengan harga tersebut, kemudian ia pulang ke rumah membawa dua ikan yang telah dibelinya dari seseorang yang tidak ia kenal. Tiba² kedua perut ikan itu terbelah. Masing² ikan menyimpan mutiara yang sangat berharga. Ia membawa salah satu mutiara kepada raja penguasa negeri. Sang raja pun membayarnya dengan jumlah yang besar.
"Mutiara ini tidak pantas kecuali disandingkan dengan pasangannya. Datangkanlah kepadaku, Aku akan memberikan engkau harta seperti yang pertama," kata raja.
Lelaki itu pun pergi menuruti kata² raja, dan menghadirkan mutiara yang satunya kepada raja. Raja pun memenuhi janjinya, raja memberikan harta yang sama seperti pemberian pertama. Dengan demikian, lelaki itu memperoleh keberkahan dari ayahnya. Semoga Allah Swt merahmatinya.
📚[An-Nawadir. Hal. 43_44]


339} Kajian 39 kitab an-Nawadir: "Faedah sedekah yang kembali kepada orang² yang telah meninggal dunia"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-TIGA PULUH SEMBILAN: {"FAEDAH SHADAQAH YANG KEMBALI KEPADA ORANG² YANG TELAH MENINGGAL DUNIA"}

الحكاية التاسعة والثلاثون : في ثمرة الصدقة العائدة على الأموات
حکی عن أبي قلابة : أنه رأى في المنام مقبرة كأن قبورها قد انشقت و أن أمواتها خرجوا منها وقعدوا على شفير القبور وكأن بين يدي كل واحد منهم طبقا من نور ، ورأى فيما بينهم رجلا من جيرانهم لم ير بين يديه نورا فسأله وقال له : مالي لا أرى نورا بين يديك ؟ قال : إن لهؤلاء أولادا وأصدقاء يدعون لهم ويتصدقون عليهم ، وهذا النور ما بعثوا إليهم ، وإن لي ولدا غير صالح لا يدعو لي ولا يتصدق لأجلي فلا نور لي وإني أخجل من جيراني ، فلما انتبه أبو قلابة دعا ابن الرجل الميت و أخبره . ما رأي ، فقال له الإبن : أما أنا فقد تبت ولا أعود إلى ما كنت عليه ، ثم أقبل على الطاعة والدعاء لأبيه والصدقة لأجله ، ثم بعد مدة رأى أبو قلابة تلك المقبرة على حالها الأول ورأى بين يدي ذلك الرجل نورا عظيما أضوأ من الشمس وأكمل من نور غيره . فقال الرجل : يا أبا قلابة ؛ جزاك الله عني خيرا ، فبقولك نجا ابني من النيران ونحوت أنا من خجلتي بين الجيران ، والحمد لله .

Dikisahkan dari Abu Qilabah: beliau menyebutkan bahwa pada suatu ketika, ia bermimpi melihat pemakaman. Seolah² makam²nya terbelah, mayat²nya keluar dan duduk di ujung pemakaman.
Masing² mayat membawa talam dari cahaya. Kecuali salah seorang di antara mereka yang berada di samping mereka, tidak terlihat cahaya yang muncul dari kedua tangannya. Abu Qilabah pun bertanya kepada laki² tersebut:
"Apakah ada yang salah denganku sehingga aku tidak melihat cahaya dari kedua tanganmu..??"
"Mereka mempunyai anak dan saudara yang berdoa dan bersedekah untuk mereka, dan cahaya itu berasal dari apa yang mereka kirimkan untuk para mayat.
Sedangkan aku mempunyai seorang anak yang tidak shaleh, tidak berdoa dan tidak bersedekah kepadaku. Maka tidak ada cahaya bagiku, dan sungguh aku merasa malu kepada tetangga²ku," Jelas laki² tersebut.
Tatkala Abu Qilabah sadar, ia memanggil putra laki² yang telah ditemui dalam mimpi tersebut, dan menceritakan kabar ayahnya di alam kubur.
Anak laki² yang ditemui di dalam mimpinya itu pun berkata:
"Mulai sekarang, aku bertaubat dan aku tidak akan mengulangi perbuatan yang biasa aku lakukan."
Setelah itu, anak laki² itu pun melakukan ketaatan. Ia berdoa bagi ayahnya, dan mengulurkan sedekah juga diperuntukkan orang tuanya tersebut. Beberapa waktu kemudian, Abu Qilabah melihat makam tersebut seperti sedia kala. Ia melihat kedua tangan si laki² dalam mimpinya mengeluarkan cahaya besar, lebih putih daripada matahari dan lebih sempurna daripada cahaya lainnya.
"Wahai Abu Qilabah, semoga Allah Swt memberikan balasan kebaikan kepadamu dengan sebab menolongku. Melalui perkataanmu, anakku selamat dari neraka, dan aku selamat dari rasa malu terhadap tetangga²ku. Walhamdulillah."
📚[An-Nawadir. Hal. 43]

338} Kajian 38 kitab an-Nawadir: "Berdagang bersama Allah Swt"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-TIGA PULUH DELAPAN: {"BERDAGANG BERSAMA ALLAH SWT"}

الحكاية الثامنة والثلاثون : في التجارة مع الله تعالى
ومما حکی : أنه كان في بيت علي رضي الله عنه خمسة أنفس : فاطمة والحسن والحسين والحارث فمكثوا ثلاثة أيام لم يأكلوا ، وكان لفاطمة إزار فدفعته إلى علي رضي الله عنه ليبيعه فباعه بستة دراهم وتصدق بها على الفقراء فلقيه جبريل في صورة آدمي ومعه ناقة من نوق الجنة ، فقال له : يا أبا الحسن اشتر مني هذه الناقة ، فقال له : ليس معي ثمنها ، قال : بالنسيئة ، قال : بكم تبيعها ؟ قال : بمائة درهم ، فاشتراها منه بذلك وأخذ بزمامها وذهب فاستقبله میکائیل على صورة أعرابي فقال له : أتبيع هذه الناقة يا أبا الحسن ؟ قال : : نعم ، قال : بكم اشتريتها ؟ قال : بمائة درهم ، قال أنا أشتريها بربح ستين درهما فباعها له بذلك فدفع له المائة والستين درهما فذهب فلقيه بائعها الأول وهو جبريل ، فقال له : قد بعت الناقة يا أبا الحسن ؟ قال : نعم ، قال : فأعطي حقي فدفع له المائة وبقي معه الستون درهما فذهب بها إلى بيته عند فاطمة رضي الله عنها فضبها بين يديها ، فقالت له : من أين لك هذا ؟ قال : تاجرت مع الله بستة دراهم فأعطاني ستين درهما لكل درهم عشرة دراهم ، ثم جاء إلى النبي ﷺ فأخبره بالقصة ، فقال له : يا علي البائع جبريل و المشتري میکائیل والناقة مرکب فاطمة يوم القيامة ، ثم قال له : يا علي أعطيت ثلاثا لم يعطها غيرك : لك زوجة سيدة نساء أهل الجنة ، ولك ولدان هما سیدا شباب أهل الجنة ولك صهر هو سيد المرسلين ، فاشكر الله تعالى على ما أعطاك وأحمده فيما أولاك ، والله أعلم .

Termasuk dalam sebuah kisah: Di dalam rumah Sayyidina 'Ali Radhiyaallhu 'anh, terdapat lima orang, yaitu Fathimah, Hasan, Husain, dan Harits. Mereka menetap selama tiga hari tanpa makan. Fathimah mempunyai sebuah selendang, yang kemudian diberikan kepada 'Ali r.a, agar dijual. Kemudian suami Fathimah itu pun menjual selendang dengan harga enam dirham, akan tetapi ia menyedekahkan uang itu kepada orang² fakir. Beberapa saat kemudian, Jibril menemui 'Ali dalam wujud manusia yang membawa unta surga.
"Wahai ayah Hasan, belilah unta ini dariku," kata Jibril.
"Aku tidak mempunyai uang untuk membelinya nya," kata 'Ali.
"Dengan tempo," kata Jibril
"Berapa engkau menjualnya..??" tanya 'Ali.
"Seratus dirham," kata Jibril.
'Ali membeli unta tersebut darinya, kemudian ia memegang tali pengikat unta dan membawanya pergi. Di tengah perjalanan, Mikail datang dengan wujud seorang Badui.
"Apakah engkau menjual unta ini, wahai Ayah Hasan..??" tanya Mikail.
"Ya," jawab 'Ali.
"Berapa aku membelinya..??" tanya Mikail.
"Seratus dirham," kata 'Ali.
"Aku membelinya dengan keuntungan bagimu, enam puluh dirham," kata Mikail.
Maka 'Ali menjualnya kepada lelaki tersebut (Mikail) dan ia menerima uang dari orang itu (Mikail) sejumlah seratus enam puluh dirham. Setelah menjual, 'Ali mengambil uang tersebut dan ia pergi hendak menemui penjual unta yang pertama. Sampai di suatu tempat, 'Ali bertemu dengannya (Jibril).
"Apakah engkau telah menjual unta itu, wahai Ayah Hasan..??" tanya Jibril.
"Ya," jawab 'Ali.
"Baik, kalau begitu, berikan hakku," ujar Jibril.
'Ali memberikan seratus dirham kepadanya, dan tersisa enam puluh dirham. 'Ali membawa uang tersebut ke rumah untuk Fathimah, dan menggenggamnya dengan kedua tangan.
"Dari mana engkau mendapatkan ini, wahai suamiku..??" tanya Fathimah.
"Aku telah berdagang bersama Allah Swt, dengan enam dirham (uang yang diberikan Fathimah hasil penjualan selendang). Kemudian Dia memberikan enam puluh dirham kepadaku, setiap satu dirham berlipat sepuluh," jelas 'Ali.
Setelah itu, 'Ali pergi menjumpai Nabi Muhammad ﷺ, dan menceritakan kisahnya kepada beliau.
"Wahai 'Ali, penjual itu adalah Jibril, sedangkan pembelinya adalah Mikail. Dan unta tersebut adalah kendaraan Fatimah kelak pada hari kiamat," ucap Nabi Muhammad ﷺ.
"Wahai 'Ali, engkau diberikan tiga hal yang tidak pernah diberikan kepada selain kamu, yaitu: seorang istri pemimpin perempuan surga, dua orang anak pemimpin pemuda surga, dan mertua pemimpin para rasul. Maka bersyukurlah kepada Allah Swt atas pemberian itu. Dan pujilah Dia atas sesuatu yang dikuasakan kepadamu," lanjut Nabi Muhammad ﷺ.
Wallaahu a'lam.
📚[An-Nawadir. Hal. 42_43]


337} Kajian 37 kitab an-Nawadir: "Bersinarnya Bashirah dan bertawakkal kepada Allah Swt"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]

HIKAYAH YANG KE-TIGA PULUH TUJUH: {"BERSINARNYA BASHIRAH DAN BERTAWAKKAL KEPADA ALLAH SWT"}

الحكاية السابعة والثلاثون : في تنوير البصيرة والتوكل على الله تعالى
حکی : أنه كان في زمن مالك بن دینار مجوسيان يعبدان النار ، فقال الأصغر لأخيه الأكبر : أيها الأخ إنك عبدت هذه النار ثلاثا وسبعين سنة و أنا عبدتها خمسا وثلاثين سنة ، فتعال ننظر هل تحرقنا كما تحرق غيرنا ممن لم يعبدها ؟ فإن لم تحرق تا عبدناها وإلا فلا ، فأوقدا نارا ثم قال الأصغر لأخيه الأكبر : هل تضع يدك قبلي أم أنا قبلك ؟ فقال له : ضع أنت ، فوضع الأصغر يده فأحرقت أصبعه فزع يده وقال : آه أعبدك كذا وكذا سنة وأنت تؤذينني ، ثم قال : يا أخي تعال نعبد من لو أذنبنا وتركناه خمسمائة سنة لتجاوز عنا بطاعة ساعة واحدة و استغفار مرة واحدة ، فأجابه أخوه إلى ذلك وقال : نذهب لمن يدلنا على الصراط المستقيم ، فاجتمع رأيهما أن يذهبا إلى مالك ابن دينار فقصداه فوافياه في سواد البصرة قد جلس للعامة يعظمهم . فلما وقع بصرهما عليه قال الأخ الأكبر لأخيه : قد بدا لي أن لا أسلم وقد مضى اكثر عمري في عبادة النار فإذا أسلمت عيرني اهل بيتي والنار أحب إلي من أن يعيروني . فقال له الأصغر : لا تفعل ، فإن تعييرهم وقتا يزول وإن النار أبدا لا تزول ، فلم يستمع ، فقال له : شأنك وما تريد يا شقي ، فرجع الأكبر وجاء الأصغر إلى مالك بن دینار مع أولاده وامرأته وجلسوا عنده حتى فرغ من مجلسه فقام إليه وأخبره بالقصة وسأله أن يعرض عليه الإسلام وعلى أولاده وامرأته فعرض عليهم الإسلام ، ثم أراد الشاب أن يرجع بأهله فقال له مالك : حتى أحمع لك شيئا من أصحابي فقال : لا أريد شيئا ، ثم انصرف ودخل الخربة فوجدها بيتا معمورا فتزل فيه ، فلما أصبح قالت امرأته : اذهب إلى السوق واطلب عملا واشتر لنا بأجرتك شيئا نأكله ، فذهب إلى السوق فلم يستأجره أحد ، فقال في نفسه : أعمل لله تعالى فدخل خربة أخرى وصلى فيها إلى المغرب ، ثم ذهب إلى منزله صفر اليد . فقالت له امرأته لم تأتنا بشئ ؟ فقال لها : قد عملت للملك اليوم فلم يعطني شيئا ، وقال : أعطيك غدا فباتوا جياعا ، فلما أصبح ذهب إلى السوق فلم يجد عملا ففعل كما فعل بالأمس وذهب إلى امرأته صفر اليد وقال لها : إن الملك وعدني إلى يوم الجمعة ، فلما أصبح يوم الجمعة ذهب إلى السوق فلم يجد عملا ففعل كما سبق ، فلما كان آخر النهار صلى ركعتين ورفع يديه إلى السماء وقال : يا رب ، لقد أكرمتني بالإسلام وتوجتي بتاج الهدى ، فبحرمة هذا الدين وبحرمة هذا اليوم المبارك ، ارفع نفقة العيال عن قلبى وأنا أستحي من عيالي وأخاف من تغير حالهم لحداثة عهدهم بالإسلام ، فلما أصبح ودخل وقت الظهر ذهب إلى الجامع فغلب على أولاده الجوع فجاء إلى بيته شخص وقرع عليهم الباب فخرجت المرأة فإذا هي بشاب حسن الوجه على يده طبق من ذهب مغطى بمنديل من ذهب . فقال لها : خذي هذا وقولي لزوجك هذه أجرة عملك في يومين وإن زدت زدناك . فأخذت الطبق ، فإذا فيه ألف دينار فأخذت دینارا واحدا وذهبت إلى الصيرفي وكان ذلك الصيرفي نصرانيا فوزن الدينار فزاد على المقال والمثقالین فنظر إلى نقشه فعرف أنه من هداية الآخرة فقال لها : من أين لك هذا ، وفي أي محل وجدت هذا ؟ فقصت عليه لقصة . فقال لها : اعرضي على الإسلام فأسلم ، ثم دفع لها ألف درهم قال : أنفقيها وإذا فرغت فأعلميني فأخذتها منه وأصلحت طعاما لما صلى زوجها المغرب وأراد أن ينصرف إلى منزله صفر اليد بسط منديلا وصلي ركعتين وملأ المنديل من التراب وقال في نفسه إذا سألتني قلت لها : هذا دقیق عملت به ، ثم جاء إلى منزله ، فلما دخل إليه وجد مفروشا مهيئا ووجد رائحة الطعام ، فوضع المنديل عند الباب کیلا تشعر امرأته به ، ثم سألها عن حالها وعما رآى في المنزل ، فقصت عليه القصة فسجد شكرا لله فسألته عما جاء به في المنديل فقال لها : لا تسألينى عنه ثم ذهب إلى المنديل و أراد أن يرمي التراب الذي فيه ففتحه فرآه دقیقا بإذن الله تعالى فسجد ثانيا شكرا لله عز وجل على ما أكرمه به وعبد الله حتى توفاه ، رحمه الله تعالى .

Diceritakan: Pada zaman Malik bin Dinar terdapat dua orang Majusi (penyembah api). Mereka bersaudara. Salah satu di antara keduanya telah menyembah api selama tujuh puluh tiga tahun, sedangkan yang lain menyembahnya selama tiga puluh lima tahun.
Sang adik berkata kepada kakaknya: "Kemari,! Kita akan mencoba, apakah api ini memuliakan kita atau malah membakar kita, sebagaimana ia membakar orang yang tidak menyembahnya. Apabila ia memuliakan, kita akan tetap menyembahnya. Dan apabila tidak memuliakan, maka kita tidak akan menyembahnya lagi."
Kakaknya menjawab:
"Ya." Setelah itu mereka menyalakan api.
"Apakah engkau yang akan meletakkan tanganmu atau tanganku..??" Tanya sang adik.
"Tidak, engkau saja."
Mendengar jawaban itu, sang adik pun meletakkan tangannya di atas api. Ternyata api itu membakar jari²nya. "Aaah..." jerit sang adik.
Selanjutnya sang adik menarik tangannya dari api tersebut, dan berkata:
"Aku menyembahmu selama tiga puluh lima tahun. Akan tetapi engkau malah menyakitiku."
Sang adik kembali berkata: "Wahai saudaraku, mari kita membicarakan masalah ini sehingga kita menyembah Tuhan Yang Esa. Seandainya kita berbuat salah dan meninggalkan urusannya selama lima ratus tahun sekalipun, ia akan mengampuni dan memaafkan kita meskipun hanya dengan satu ketaatan dan satu istighfar."
Sang kakak pun memenuhi permintaannya, dan berkata:
"Mari,! Kita pergi kepada orang yang dapat menunjukkan kita jalan yang lurus dan mengajari kita ajaran tauhid."
Mereka pun bermusyawarah untuk pergi ke tempat Malik bin Dinar agar mengerti Islam. Maka mereka mewujudkan rencana tersebut dan mendatangi Malik bin Dinar. Sesampainya di sana, mereka menemukan Malik bin Dinar di tanah Basrah, ia sedang duduk bersama orang² dan memberikan nasehat kepada mereka.
Ketika pandangan dua orang Majusi itu tertuju kepada Malik bin Dinar, saudara tertua berkata kepada adiknya: "Telah tampak bagiku, sesungguhnya aku tidak akan masuk Islam. Sebagian besar umurku telah habis untuk menyembah api. Seandainya aku masuk Islam, niscaya keluarga dan tetanggaku akan menghinaku. Dengan demikian, neraka lebih aku sukai daripada hinaan mereka."
Mendengar keluhan itu, sang adik pun berkata: "Wahai kakak, janganlah engkau demikian! Sebab hinaan mereka pasti akan hilang. Sementara neraka menyiksamu selamanya, dan tidak akan hilang."
Namun si kakak tidak mengindahkan kata² adiknya dengan menjawab: "Engkau dan keadaanmu wahai orang celaka putra orang celaka, wahai orang yang jelek di dunia dan akhirat." Lantas si kakak kembali ke rumah dan tidak masuk Islam.
Setelah sang kakak tidak berkenan masuk Islam, sang adik pun akhirnya datang bersama istri dan anak²nya yang masih kecil. Mereka masuk di antara kerumunan orang² di dalam majelis itu. Mereka duduk mendengarkan nasehat Malik bin Dinar hingga selesai. Tiba² pemuda Majusi tersebut berdiri menghadap Malik bin Dinar dan menyampaikan suatu kisah. Pemuda itu meminta Malik bin Dinar menjelaskan kepadanya dan keluarganya tentang Islam. Malik bin Dinar menjelaskan kepada mereka, dan mereka semua akhirnya masuk Islam. Semua orang menangis karena senang melihatnya.
Ketika pemuda tersebut hendak pulang, Malik bin Dinar berkata kepadanya: "Duduklah,! Aku akan mengumpulkan harta bagimu dari teman²ku."
Pemuda itu berkata: "Aku tidak ingin menjual agama dengan dunia."
Selanjutnya pemuda itu berpaling pergi ke suatu tempat yang terdapat reruntuhan bangunan. Ia menjadikannya sebagai tempat tinggal. Sebab di sana terdapat beberapa perabot yang masih bisa digunakan.
Keesokan harinya, si istri berkata: "Pergilah ke pasar, cari pekerjaan dan beli sesuatu dari upah pekerjaanmu itu. Kita akan makan dengan itu."
Pemuda itu pun berdiri, dan pergi ke pasar. Namun tidak ada seorang pun yang mempekerjakannya. Dalam hati, ia bergumam,
"Aku akan mencarinya sampai aku bekerja karena Allah Swt semata."
Pemuda itu masuk ke masjid yang tidak ada jamaahnya. Di sana, ia menjalankan shalat karena Allah Swt semata sampai larut malam. Kemudian ia kembali ke rumahnya dengan tangan kosong. Istrinya berkata:
"Tidakkah engkau menemukan sesuatu pada hari ini..??"
"Wahai istriku, hari ini aku bekerja kepada raja, dan ia belum memberikan aku sesuatu. Semoga besok, raja memberikan aku sesuatu," jawabnya.
Malam itu mereka pun tidur dalam keadaan lapar.
Keesokan harinya, pemuda itu pergi ke pasar. Ia tidak menemukan pekerjaan sama sekali. Ia pergi ke masjid untuk menjalankan shalat karena Allah Swt semata sampai larut malam. Kemudian ia kembali ke rumahnya dengan tangan kosong.
Istrinya berkata; "Apakah hari ini engkau juga tidak menemukan sesuatu..??"
"Hari ini aku bekerja kepada raja yang kemarin aku bekerja di sana. Aku berharap besok, yaitu hari Jum'at, Dia akan memberiku sesuatu."
Malam itu pun mereka lalui dalam keadaan lapar.
Keesokan harinya, pemuda itu pergi ke pasar. Ia tidak memperoleh pekerjaan. Kemudian ia pergi ke masjid, menjalankan shalat dua rakaat, dan mengangkat kedua tangannya berdoa: "Tuhanku, Tuhanku, dan Junjunganku, Engkau memuliakanku dengan Islam, Engkau memakaikan mahkota kepadaku dengan mahkota Islam, Engkau memberiku petunjuk dengan mahkota petunjuk. Maka dengan kemuliaan agama yang telah Engkau karuniakan kepadaku dan dengan kemuliaan hari penuh berkah yang kadarnya di sisiMu agung, yaitu hari Jum'at, aku meminta kepadaMu untuk mengangkat kesulitan nafkah keluargaku dari hatiku, dan Engkau beri aku rezeki dari arah yang tidak aku sangka². Sungguh, demi Allah, aku malu kepada istri dan keluargaku. Aku takut mereka berubah pikiran karena situasi mereka yang baru dalam Islam."
Selanjutnya, ia berdiri dan sibuk menjalankan shalat wajib dan dua rakaat (sunnah). Ketika pertengahan siang datang, pemuda itu keluar untuk persiapan menjalankan shalat Jum'at.
Lapar telah menerpa anak²nya. Namun tiba², seorang laki² yang tidak diketahui identitasnya datang ke rumah pemuda tersebut yang waktu itu masih berada di dalam masjid. Laki² misterius itu mengetuk pintu rumah. Istri pemuda itu keluar. Dengan penuh kekagetan, ia melihat seseorang yang berwajah tampan. Di tangannya terdapat talam dari emas yang jumlahnya sangat banyak dan ditutupi dengan kain bersepuhkan emas. "Ambillah talam ini. Dan katakan kepada suamimu, ini adalah upah dari kerja selama dua hari. Tambahkan amalmu, maka kami akan memberi tambah upah kepadamu khusus hari ini, yaitu hari Jum'at. Sebab amal sedikit pada hari ini, di sisiNya adalah banyak," ujar tamu misterius tersebut. Perempuan itu pun mengambil talam tersebut. Dalam talam itu terdapat seribu dinar. Ia mengambil satu dinar, dan pergi kepada penukar uang yang beragama Nasrani. Lantas penukar uang tersebut menimbangnya, menambah satu mitsqal sampai dua mitsqal, sampai kadarnya sama. Ia melihat cetakan dinar tersebut dan mengetahui itu adalah sebagian hadiah dari akhirat.
Pedagang itu berkata kepada perempuan tersebut: "Dari mana engkau mendapatkan ini..??" Perempuan tersebut menceritakan kisahnya. Penukar uang bertanya kembali: "Beri tahu aku tentang Islam..??" Akhirnya perempuan tersebut menjelaskan Islam. Dan pedagang itu memeluk agama Islam. Kemudian penukar uang tersebut memberikan seribu dirham kepada perempuan itu sebagai pengganti satu dinar itu.
"Sedekahkan uang itu. Apabila engkau kehabisan bekal, beri tahu aku."
Ketika si pemuda (suami perempuan) selesai melaksanakan shalat Jum'at, ia pulang ke rumah, seperti hari² sebelumnya, yaitu dengan tangan kosong. Namun ia tak kuasa pulang dengan keadaan seperti ini. Ia pun mengambil sapu tangan dan memenuhinya dengan pasir. Ia berkata dalam hati: "Seandainya ia (istrinya) berkata: "Apa ini..??" Aku akan berkata kepadanya: "Aku membawa sesuatu yang halus."
Tatkala pemuda itu masuk ke bangunan yang menjadi rumahnya, ia kaget, di rumahnya tersedia karpet dan ditemukan aroma makanan. Ia meletakkan sapu tangan di depan pintu, agar istrinya tidak mengetahui. Ia bertanya kepada istrinya tentang apa yang ia lihat di rumah. Sang istri pun menceritakan kisahnya. Mendengar kisah tersebut, sang suami bersujud mengucapkan syukur kepada Allah Swt.
Lalu si istri bertanya: "Apa yang engkau bawa di dalam sapu tangan itu..??" Suami menjawab; "Jangan bertanya kepadaku."
Sang istri pun pergi dan membuka sapu tangan. Dalam sapu tangan tersebut, tiba² yang semula debu berubah menjadi gandum dengan izin Allah Swt. Pemuda tersebut bersujud syukur dan menyembah Allah Swt. Pada hari² selanjutnya, ia taat menjalankan ibadah dan meninggal dunia sebagai hamba yang taat. Semoga Allah Swt merahmatinya.
📚[An-Nawadir. Hal. 40_42]



646} Hukum Menikahi Lima Orang Wanita Berturut-turut Dan Mengawini Dua Orang Wanita Dalam Satu Aqad Yang Satu Sama lainnya Ada Hubungan Mahram

PERTANYAAN: Assalamualaikum Wr Wb Bagaimana hukum seorang lelaki menikahi lima orang wanita berturut2, dan laki2 mengawini dua orang wanita ...