Minggu, 25 Oktober 2020

376} Kajian 76 kitab an-Nawadir: "Menyucikan jiwa dan keadaan orang² shalih"

Oleh:[Ishadi al-Asyi]


HIKAYAH YANG KE-TUJUH PULUH ENAM: "MENYUCIKAN JIWA DAN KEADAAN ORANG² SHALIH"


الحكاية السادسة والسبعون : في تهذيب النفس وأحوال الصالحين

حكي : عن إبراهيم بن أدهم رضي الله عنه . قال خرجت حاجا إلى بيت الله الحرام فلحقي برد شدید فأويت إلى كهف في جبل وإذا بأسد عظیم داخل علی ، فلما رآني قال لي : من أدخلك مكان بغير إذني ؟ فقلت : غريب ومنقطع وقد أتيتك ضيفا في هذه الليلة فأعرض عني ونام بجانبي وبت أتلو القرآن إلى الصباح فلما أردت الإنصراف قال لى : يا إبراهيم إياك والعجب ؟ تقول : كنت نائما عند الأسد فسلمت منه ، والله إن لي ثلاثة أيام لم أطعم شيئا ولو لا أنك ضيفى لأكلتك فحمدت الله وانصرفت ، فلما رجعت من قضاء حجي إلى معبدی كانت نفسي منذ زمان تشتهى على رمانا من نحو عشرين سنة وأنا أما طلها ، فلما كانت ليلة من الليالى ، قالت لي : والله إن لم تقض شهوتي لأتكاسلن في العبادة ، فقلت : يا نفس اجتهدي وإذا دخلت العمار قضيت شهوتك فحانت منی التفاتة نحو البرية ، وإذا بشجرة فقصدتها فإذا هي شجرة رمان عليها رمان كثير فأخذت منها واحدة فوجدتها حامضة وكذلك ثانية وثالثة ورابعة والنفس تقول : ما اشتهيت إلا الحلو ، فسرت إلى العمران فوجدت رجلا في حديقة فسألته رمانة فأعطانيها فوجدتها حامضة فأخبرته بذلك . فقال لي : يا إبراهيم تطاوع النفس على ما تريد ، والله إن لي أربعين سنة في هذه الحديقة لا أعرف فيها الحلو من الحامض ، فتعجبت من ذلك ثم سرت وإذا وإذا بشاب مبتلى والزنابير تنهش في جسمه والدود يتناثر من أطرافه وهو يقول : الحمد لله الذي عافاني مما ابتلي به كثيرا من خلقه . فتعجبت من ذلك وقلت له : يا هذا وأى بلاء أعظم من هذا ؟ فنظر إلى وقال : يا إبراهيم نهش الزنابير في الأبدان خير من شهوة الرمان ، لكنه علم أنك عبد معارض فبدل لك الحلو بالحامض ، فخررت مغشيا على ، فلما أفقت قلت له : يا هذا حيث إنك بهذا المقام فهلا سألته أن يعافيك من هذه الآلام ؟ فقال لي : يا إبراهيم هو متصرف في العبيد يحكم عليهم بما يشاء ويفعل بهم ما يريد ، فكم عبید صابرون لبلائه راضون بقضائه ، والله يا إبراهيم لوقطعني إربا إربا ما ازددت فيه إلا حبا ، فتركته متعجبا من حاله ، والله أعلم .


Diceritakan: dari Ibrahim bin Adham Radhiyallahu 'anh. Ia mengisahkan:

Pada suatu waktu aku pergi menjalankan ibadah haji di Baitul Haram, dan udara yang sangat dingin menyertakan aku. Tak kuasa atas hawa ini, aku pergi ke gua yang terdapat di sebuah gunung. Tiba² seekor singa besar masuk ke dalam gua tersebut. Tatkala melihatku, singa tersebut berkata:

"Siapa yang memasukkan engkau ke dalam tempatku ini tanpa izinku..??"

"Aku hanyalah seorang asing yang tersesat. Aku datang kepadamu sebagai tamu pada malam ini," jawabku.

Maka ia pun berpaling dariku, dan tidur di sampingku. Pada malam itu, aku membaca al-Qur'an hingga waktu subuh. Ketika aku hendak keluar, singa berkata kepadaku: "Wahai Ibrahim, jauhilah sifat ujub. Engkau berkata: aku tidur di samping singa, dan selamat darinya. Demi Allah, sudah tiga hari ini aku belum makan apa pun sama sekali. Seandainya engkau bukan tamuku maka engkau pasti aku makan."

Aku memuji Allah Swt, dan berpaling darinya. Ketika selesai melaksanakan ibadah haji, dan menuju tempat ibadah di rumah, keinginanku untuk memakan buah delima datang, selama beberapa waktu, sekitar dua puluh tahun. Dan sengaja aku menundanya.

Suatu malam jiwaku berkata: "Demi Allah, apabila engkau tidak memenuhi syahwatku, niscaya aku akan malas melaksanakan ibadah."

Maka aku berkata kepada jiwaku: "Wahai jiwa, berjuanglah! Ketika aku masuk ke suatu tempat ramai, aku akan memenuhi syahwatmu." Tiba² tergerak hatiku untuk singgah di suatu daratan. Di sana aku menemukan pohon. Aku hendak memanfaatkannya. Ternyata pohon yang aku temukan tersebut adalah pohon delima. Pada dahan²nya bergelantungan buah delima. Aku mengambil satu buah delima dari pohon tersebut. Aneh, buah delima itu rasanya asam. Aku pun mencoba untuk kedua, ketiga, dan keempat. Pada saat itu, aku berkata dalam hati: "Engkau tidak akan tertarik, kecuali pada buah yang terasa manis."

Maka aku pergi ke suatu bangunan. Aku bertemu dengan seseorang di sana. Aku meminta buah delima darinya. Ia memberikan satu biji delima. Sama saja dengan sebelumnya, buah delima pemberian orang tersebut terasa asam. Aku menceritakan itu kepadanya.

"Wahai Ibrahim, engkau hanya mengikuti nafsumu sesuai dengan keinginanmu. Demi Allah, aku berada di kebun ini selama empat puluh tahun. Akan tetapi aku tidak mengetahui manis atau kecut."

Sikap orang asing tersebut membuat aku kaget. Kemudian aku kembali berjalan. Di tengah perjalanan, aku bertemu dengan seorang pemuda yang tertimpa musibah, burung² mematuki tubuhnya, dan ulat² bermunculan dari lekukan² tubuhnya.

"Alhamdulillah, Dia-lah Allah yang telah memberikan kesehatan kepadaku dari cobaan² yang ditimpakan kepada makhluk² lain."

Sungguh, betapa terkejutnya aku mendengar ucapan orang ini 

"Wahai lelaki, cobaan apa yang lebih besar dari yang menimpamu..??" tanyaku.

la terkejut melihatku.

Ibrahim, patukan burung² pada tubuhku lebih baik daripada keinginan memakan buah delima. Akan tetapi, Dia mengetahui engkau hanyalah hamba yang menentang. Maka Dia menggantikan rasa manis dengan asam," ucapnya.

Mendengar penjelasan orang itu, aku pingsan. Ketika sadar aku berkata kepadanya:

"Wahai laki² yang musibah, sekiranya engkau berada di maqam (derajat) ini, tidakkah engkau meminta Allah Swt agar disembuhkan dari penyakit yang menimpamu tersebut..??"

"Wahai Ibrahim, Dia-lah Dzat yang mengatur hamba, menghukumi mereka sekehendak-Nya, dan melakukan sesuatu untuk mereka sekehendak-Nya juga. Maka berapa banyak hamba yang sabar atas cobaan-Nya dan ridha atas ketentuan-Nya..?? Demi Allah, wahai Ibrahim, seandainya Dia memotong tubuhku sepotong², maka semakin saja aku mencintai-Nya."

Dengan penuh takjub, aku pun pergi darinya. Wallaahu a'lam.

📚[An-Nawadir. Hal. 67_68]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

646} Hukum Menikahi Lima Orang Wanita Berturut-turut Dan Mengawini Dua Orang Wanita Dalam Satu Aqad Yang Satu Sama lainnya Ada Hubungan Mahram

PERTANYAAN: Assalamualaikum Wr Wb Bagaimana hukum seorang lelaki menikahi lima orang wanita berturut2, dan laki2 mengawini dua orang wanita ...