Oleh:[Ishadi al-Asyi]
HIKAYAH YANG KE-SERATUS DUA PULUH LIMA: "PERISTIWA YANG DIALAMI UMMU MU'AWIYAH"
الحكاية الخامسة والعشرون بعد المائة : فيما وقع لأم معاوية
حکی : أن هندا بنت عتبة كانت ذات جمال ومال ، ولها من كل جنس من الحيوان ألف رأس ، ومن العبيد ألف مملوك ، وكان لها هودج من العود مكلل بالدر والجواهر ، وكان زوجها الفاكه بن المغيرة أحد فتيان قریش و كان مضيافا يأتيه الناس ويدخلون عليه من غير حجاب فخرج يوما لبعض حوائجه فأقبل بعض أصدقائه ودخل البيت فرأي هندا داخلة ، فرجع حياء فاستقبل الفاكه في خروجه من البيت ودخل الفاكه البيت فرأى هندا زوجته فارتاب و خاصمها وقال لها : ألحقي بأهلك ، فتكلم الناس في أمرها فاتصل الخبر إلى أبيها عتبة فخلابها ، وقال : إن الناس قد خاضوا في عرضك فأكثروا ، فأصدقيني الخبر ، فإن كان ما يقولون حقا بعثت من يقتل الفا که سرا ونتخلص منه ، وإن كان باطلا حاكمته إلى بعض كهان اليمن لتبيين برائتك ونقتصر عنه ، فحلفت له أيمانا يثق بها إنها بريئة مماقيل فيها ، فأرسل أبوها إلى الفاکه وألزمه المحاكمة إلى الكاهن المتعين في ذلك الوقت وقال : قد رميتها بداهية ، فلا بد من المحاكمة ، فخرج الفاكه في جماعة من بني عبد الدار وخرجت هند في جماعة من نساء بني أمية ، فلما فارقوا البلد وقربوا من الكاهن رآها أبوها قد شحب لونها وتغيرت وتخيرت في أمرها ، فقال لها أبوها : مالي أراك بهذا الحال ؟ فقالت : والله ما ذاك لمكروه عندي ، ولكني آتي بشرا قد يخطئ وقد يصيب فلا آمنه أن يرميني بداهية من غير أصل فيصير ذلك سيئة علينا أبد الدهر ، فقال لها أبوها : نحن نخبأ له خبيئة ونمتحنه بها ، فإن أخبرنا بها استدللنا على علمه و استفتيناه وإلا تركناه ، ثم أخذوا حبة حنطة وجعلوها في إحليل فرس ، فلما انتهوا إليه أنزلهم وأكرمهم ، فقالوا له : قد جئناك في أمر وقد خبأنها خبيئة نختبرك بها فانظر ماهي ؟ فقال : ثمرة في کمرة ، فقالوا : نريد أبين من هذا فقال : حبة بر في إحليل مهر . فقالوا : صدقت ، فانظر في أمر هؤلاء النسوة ، فجعل يدنو من واحدة بعد واحدة ويقول : ما هي هذه ، حتى وصل إلى هند فضرب كتفها بيده وقال : والله ما أنت بزانية وإنك بريئة مما يقولون ، وستلدین ملکا اسمه معاوية ، فلما بلغ الفاکه مقالته نهض إليها وأقبل عليها وقبل رأسها ، فنهرته وقالت له : ابعد عني ، فو الله لأجتهدن أن يكون هذا الملك من غيرك ، ولم تزل به حتى طلقها ، ولما شاع قول الكاهن بولادتها ملكا رغب الناس فيها كثيرا من الأكابر ، حتی خطبها أبو سفيان وبذل لهما من مال ما يجل ذكره ، فرضیت به وتزوجها فولدت له معاوية ، وصار من أمره ما كان إلى أن ملك مشارق الأرض ومغاربها ، والله أعلم .
Diceritakan: Hindun binti 'Atabah adalah seorang perempuan berwajah cantik jelita dan kaya harta. Ia mempunyai banyak hewan, jumlahnya mencapai seribu ekor kuda. Selain itu, ia juga mempunyai seribu budak. Ia mempunyai kereta dari kayu yang dibalut dengan intan dan permata. Suaminya adalah Al-Fakih bin al-Mughirah, salah seorang pemuda Quraisy. Al-Fakih bin al-Mughirah mempunyai kegemaran bertamu, berkunjung dari rumah ke rumah tanpa ada penghalang sama sekali.
Suatu hari, al-Fakih bin al-Mughirah pergi untuk beberapa keperluan. Salah seorang temannya datang ke rumah hendak menemuinya. Namun tamu tersebut hanya melihat Hindun. Tamu itu kembali dengan malu. Lalu ia mencari dan menghadap pun kepada Al-Fakih bin al-Mughirah yang sedang keluar rumah, meskipun tidak menemuinya. Setelah itu Al-Fakih bin al-Mughirah datang melihat Hindun (istrinya). Namun Al-Fakih al-Mughirah sepertinya meragukan sesuatu hingga terjadi sedikit masalah dengan istrinya.
"Kembalilah kepada orang tuamu," ucap Al-Fakih bin al-Mughirah.
Orang² banyak membicarakan masalah Hindun, dan menyebar ke mana² sampai kepada ayahnya ('Atabah). 'Atabah pun memanggil Hindun untuk menanyakan penyebabnya.
"Orang² membincangkan kehormatanmu. Jujurlah kepadaku, beri tahu aku informasi sebenarnya. Apabila yang dikatakan orang² itu benar, maka aku akan mengirim orang untuk membunuh Al-Fakih dengan rahasia. Apabila yang mereka katakan ternyata salah, aku akan mengadu kepada sebagian dukun Yaman agar menjelaskan bersihnya engkau, dan kami tidak akan melakukan apa² kepadanya," kata 'Atabah.
Mendengar ucapan ayahnya, Hindun bersumpah dengan ikrar yang cukup menguatkan bahwa ia bebas dari tuduhan orang².
Seketika, 'Atabah mengutus seseorang menemui Al-Fakih bin al Mughirah untuk bertemu dalam sebuah sidang di depan dukun yang sudah ditentukan pada suatu waktu.
"Engkau telah menuduh anakku melakukan zina. Maka engkau harus diadili," begitu pesan yang dititipkan kepada seorang utusan.
Al-Fakih bin al-Mughirah keluar membawa orang dari Bani Abdi ad-Dar, sementara Hindun keluar dengan membawa massa perempuan dari Bani Umayyah. Setelah mereka keluar dari desa masing² dan mendekati pertapaan dukun, 'Atabah melihat putrinya berwajah pucat, gemetar, dan bingung dengan masalah yang dihadapinya.
"Mengapa engkau takut, wahai anakku..??" tanya 'Atabah.
"Demi Allah, aku tidak menyukai perkara ini sampai begini. Aku hanyalah manusia biasa, yang terkadang benar dan terkadang salah. Aku tidak mempercayai ia menuduhku zina tanpa dasar. Maka, hal itu adalah aib selama²nya bagi kami," ungkan Hindun.
"Kita tertimpa suatu musibah, dan akan mengujikan hal itu kepada si dukun. Apabila ia memberi tahu kita, maka kita memperhitungkan ilmunya dan memintanya berfatwa. Namun apabila tidak, maka kita akan meninggalkannya," kata 'Atabah.
Selanjutnya mereka mengambil biji gandum dan memasukkannya pada lubang kemaluan kuda. Sesampainya di tempat si dukun, mereka menyapa dan memuliakannya.
"Kami datang membawa sesuatu dan mengadukan suatu masalah kepadamu. Bagaimana pendapatmu..??" sapa mereka.
"Sebuah biji terdapat di dalam lubang kemaluan," jawab si dukun.
"Kami menginginkan yang lebih lengkap lagi, dari sekadar informasi ini!" kata orang².
"Sebuah biji gandum di dalam lubang kemaluan kuda," jelas si dukun.
"Engkau benar! Sekarang, bagaimana pendapatmu tentang perempuan² itu..??" tanya orang².
Selanjutnya, si dukun mendekat kepada semua perempuan hadir dalam pertemuan tersebut. Masing² ditemuinya dengan komentar satu per satu. Dan pada seorang perempuan yang tidak lain adalah Hindun, si dukun menepuk pundaknya.
"Demi Allah, engkau sama sekali tidak berzina. Engkau bebas dari tuduhan orang². Engkau akan melahirkan seorang raja bernama Muawiyah."
Al-Fakih bin al-Mughirah (suami Hindun) yang mendengar ucapan tersebut, langsung berubah pandangan kepada istrinya. Dalam keterkejutan, ia pergi kepada Hindun untuk menemui dan mencium kepalanya. Akan tetapi Hindun berteriak dan berkata:
"Jauhi aku! Demi Allah, aku akan berusaha sendiri untuk raja dalam perutku ini tanpa engkau."
Demikian penolakan terus dilakukan Hindun atas permintaan damai suaminya hingga Al-Fakih bin al-Mughirah menceraikan istrinya tersebut.
Setelah kata² si dukun tentang akan lahirnya seorang raja dari rahim Hindun menyebar, orang² berbalik arah menyukai Hindun. Sampai² para pembesar dan pejabat turut merasakan senang. Akhirnya salah seorang dari pembesar bernama Abu Sufyan melamarnya, dan menyerahkan harta yang sangat banyak. Hindun ridha atas lamaran tersebut dan berlanjut ke pernikahan. Ternyata benar, Hindun melahirkan seorang anak bernama Muawiyah yang kemudian menjadi seorang raja yang menguasai timur dan barat.
Wallaahu a'lam.
📚[An-Nawadir. Hal. 103_104]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar