Oleh:[Ishadi al-Asyi]
HIKAYAH YANG KE-SERATUS DUA PULUH EMPAT: "KELEMBUTAN HATI PEMIMPIN BERSAMA PENGIKUT KEBENARAN"
الحكاية الرابعة والعشرون بعد المائة : في حلم الأمراء مع اتباع الحق
حكى : أنه أصاب الناس مجاعة في زمن هشام بن عبد الملك ، فدخل عليه وجوه الناس ودخل معهم درواس بن حبيب العجلي وعليه جبة صوف وشملة مشتمل بها الصماء ، فلما رآه هشام نظر إلى حاجبه مغضبا ، يقول له : أيدخل على كل من أراد الدخول ؟ فعلم درواس أنه عناه ، فقال : يا أمير المؤمنين أخلي بك دخولي عليك وحصل لي شرف بدخولي إلى مجلسك ؟ ولما رأيت الناس دخلوا في أمر اجتمعوا عليه دخلت معهم ، وإن أذنت لي في الكلام تكلمت ، فقال هشام : الله أبوك تكلم ، فما أرى صاحب القوم غيرك ، فقال : يا أمير المؤمنين قد تتابعت علينا سنون ثلاثة ، فالأولى قد أذابت الشحم ، والثانية قد أكلت اللحم ، والثالثة قد مصت العظم ، ولله في أيديكم أموال ، فإن تكن له فاعطفوا بها على عباده ، وإن تكن لهم فعلام تحبسونها عنهم ؟ وإن تكن لكم فتصدقوا بها عليهم ، فإن الله يجزي المتصدقين ولا يضيع أجر المحسنين ، فقال هشام : الله أبوك ما تركت لنا واحدة من الثلاثة ، ثم أمر بمائة ألف دينار فقسمت بين الناس وأمر لدرواس بمائة ألف درهم ، فقال له : هل حصل لكل رجل مثلها ؟ فقال : لا ، ولا يقوم بذلك بیت المال . فقال درواس : لا حاجة لي فيما يبعث على ذمك ، ودعا إلى قبيلته ، فأمر هشام بإنفاذها إليه ، فلما وصلت قسم منها تسعين ألفا على تسعة من القبائل وأبقى له ولحيه عشرة آلاف ، فلما قيل ذلك لهشام قال : الله دره ، إن الصنيعة تبعث على شرف الطباع .
Diceritakan: Bahwasanya orang² tertimpa musibah kelaparan pada masa Hisyam bin Abdul Malik. Maka orang² melapor kepada Hisyam bin Malik bersama dengan Darawis bin Habib al-Ajali yang memakai jubah dari kain wol berdesain kerudung yang dipakai oleh orang² yang keras suaranya.
Ketika Hisyam bin Abdul Malik melihat Darawis bin Habib al- Ajali, ia melihat kepada ajudannya dengan marah: "Apakah semua orang yang hendak masuk ke dalam istana dapat masuk..??"
Darawis bin Habib al-Ajali mengetahui bahwa yang dimaksud dari ucapan Hisyam bin Abdul Malik adalah dirinya sehingga ia angkat bicara: "Wahai Amirul Mukminin, apakah kehadiranku membuatmu sepi..?? Padahal merupakan suatu kehormatan bagiku bisa menghadiri majelismu. Ketika engkau melihat orang² berdatangan karena suatu masalah yang mereka alami, maka aku bersama mereka. Apabila engkau memberikan aku izin berbicara, aku akan berbicara."
"Demi Tuhan ayahmu, bicaralah! Aku tidak mengetahui pemimpin kaum tersebut kecuali engkau." kata Hisyam bin Abdul Malik.
"Wahai Amirul Mukminin, selama tiga tahun berturut² kami mengalami krisis pangan. Tahun pertama, gajih kami berkurang. Tahun kedua, gajih itu memakan daging. dan tahun ketiga, ia memakan tulang. Demi Allah, pada kalian terdapat harta. Apabila harta itu milik-Nya, maka jadilah sebagai penyambung untuk hamba²-Nya. Namun apabila harta itu milik mereka, maka mengapa engkau menyimpannya dari kami? Dan apabila harta itu milik kalian, maka sedekahkanlah kepada kami. Sesungguhnya Allah Swt membalas orang² yang bersedekah, dan tidak menyia²kan pahala orang² yang berbuat kebaikan," ungkap Darawis bin Habib al-Ajali.
"Demi Tuhan ayahmu semata, engkau tidak akan meninggallkan salah satu dari tiga hal tersebut kepada kami," timpal Hisyam bin Abdul Malik.
Selanjutnya, Hisyam bin Abdul Malik memberikan seratus ribu dinar kepada orang² yang mengadu tersebut. Sementara Darawis bin Habib al-Ajali diberi seratus ribu dirham.
"Apakah semua orang mendapatkan bagian seperti ini..??" tanva Darawis bin Habib al-Ajali.
"Tidak, simpanan di Baitul Mal tidak akan cukup," jawab Hisyam bin Abdul Malik.
"Kami tidak membutuhkan harta yang hanya akan menghinakan engkau, Amirul Mukminin."
Setelah itu, Darawis bin Habib al-Ajali mengajak kabilahnya pergi dari istana. Namun sebelum pergi, Hisyam bin Abdul Malik memberikan seratus ribu dirham tersebut kepadanya. Ketika uang tersebut sampai di tangannya, ia memberikan sembilan puluh ribu dirham kepada sembilan kabilah. Sementara sepuluh ribu dirham untuk dirinya dan orang² kampung. Tatkala itu disampaikan kepada Hisyam bin Abdul Malik, “Alangkah baiknya, sesungguhnya perbuatan baik akan menciptakan tabiat mulia."
📚[An-Nawadir. Hal. 102_103]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar