Oleh:[Ishadi al-Asyi]
HIKAYAH YANG KE-SERATUS SEPULUH: "RAKYAT DAN KEADILAN DAN PERISTIWA YANG TERJADI"
الحكاية العاشرة بعد المائة : في العدل في الرعية وضده وما يترتب عليهما
حکی : أنه خرج أنو شروان العادل إلى الصيد يوما وانعزل عن عسكره خلف الصيد فعطش ، فرأى ضيعة قريبة منه فقصدها حتى وقف على باب دار قوم ، وطلب منهم الماء ليشرب ، فخرجت له صبيه ، فلما رأته عادت إلى البيت مسرعة فذقت قصبة سكر ومزجتها بماء وخرجت به في قدح إليه فنظر إلى القدح فرأى فيه ترابا وقذي ، فشرب منه شيئا فشيئا حتى انتهى إلى آخره ، ثم قال : نعم الماء لولا ما فيه من القذى ، فقالت له الصبية : أنا ألقيت القذى عمدا ، فقال لها : و لم فعلت ذلك ؟ فقالت : لما رأيتك شديد العطش خفت عليك أن تشربه في مرة واحدة فيضرك القذى . فعجب أنو شروان من ذكائها وفطنتها ، وقال : کم عصرت فيه من قصبة ؟ فقالت : عصرت فيه قصبة واحدة فعجب من ذلك ، ثم لما مضى طلب جريدة ذلك المكان فرأى خراجه قليلا فحدث نفسه أن يزيد في خراجه ، ثم بعد مدة عاد إلى ذلك المكان منفردا ووقف على ذلك الباب وطلب الماء ليشرب ، فخرجت له تلك الصبية بعينها ورأته فعرفته و عادت مسرعة لتخرج له الماء ، فأبطأت عليه . فلما خرجت إليه قال لها : قد أبطأت ، فقالت له : لم تخرج حاجتك من قصبة واحدة بل من ثلاث قصبات ، فقال لها : ما سبب ذلك ؟ فقالت : من تغير نية الحاكم ، فقد سمعنا أنه إذا تغيرت نية السلطان على قوم زالت برکاتهم وقلت خيراتهم ، فضحك أنو شروان وأزال ما كان في نفسه من زيادة الخراج ، ثم تزوج بتلك الصبية لتعجبه من فصاحتها .
Diceritakan: suatu hari Anu Syarwan seorang pemimpin yang adil keluar untuk berburu. Di tengah perburuan, ia berpisah dengan rombongan yang tanpa disengaja berada di belakang hewan perburuan. Akan tetapi ia kehausan. Sesaat kemuadian Ia melihat pekarangan yang dekat dengannya. Ia mendekatinya hingga berdiri di depan pintu desa suatu kaum. Ia bertanya kepada orang² untuk meminta air.
Keluarlah seorang perempuan yang masih sangat muda. Tatkala tatapan tertuju kepada Anu Syarwan, perempuan muda itu langsung kembali ke rumah dengan cepat. Perempuan muda itu menumbuk tebu yang memabukkan, dan mencampurinya dengan air. Ia keluar dari rumah dengan membawa mangkuk yang berisi minuman buatannya tersebut untuk Anu Syarwan.
Anu Syarwan melihat isi mangkuk tersebut yang ternyata bercampur debu dan benda² kotor. Namun rasa haus tidak tertahankan membuatnya meminumnya sedikit demi sedikit sampai habis.
"Alangkah nikmatnya air ini, seandainya tanpa kotoran²" ucap Anu Syarwan.
"Aku memasukkannya dengan sengaja," jawab perempuan muda.
"Mengapa engkau lakukan itu..??"
"Ketika aku melihatmu kehausan, aku khawatir engkau meminumnya dalam satu tegukan. Maka aku persulit itu dengan kotoran²."
Anu Syarwan terkejut mendengar ungkapan perempuan ini, sebab kecerdasan dan ketangkasannya. Ia bertanya lagi: "Berapa tebu yang engkau peras..??"
"Aku memeras satu tebu saja," kata perempuan tersebut.
Anu Syarwan terkejut lagi mendengar jawaban tersebut.
Setelah itu ia mencari pelepah kurma di desa yang ditemuinya. Ia melihat sedikit sekali pajak yang dikeluarkan desa tersebut. Dalam hatinya ia berkata untuk meminta tambahan pajak.
Selang beberapa waktu ia kembali ke desa itu sendirian. Seperti sebelumnya, ia berdiri terlebih dahulu di depan pintu masuk desa dan mencari air. Perempuan yang pernah menjamunya dengan air keluar lagi. Perempuan ini mengetahui keperluannya. Ia kembali ke rumah dengan cepat untuk mengeluarkan air. Akan tetapi, pada saat itu ia agak lambat memberikan air. Ketika ia keluar, Anu Syarwan bertanya: "Mengapa engkau lambat..??"
"Kebutuhanmu tidak cukup dengan satu tebu, akan tetapi dengan tiga tebu," jawab si perempuan.
"Apa penyebabnya..??" Tanya Anu Syarwan.
"Sebab perubahan niat seorang yang bijak. Kami telah mendengar bahwa apabila niat pemimpin kepada kaum telah berubah maka keberkahan dan kebaikan² kaum menjadi hilang."
Anu Syarwan tertawa mendengar ucapan itu. Ia menghilangkan pikiran dalam hatinya untuk meminta tambahan pajak.
Kemudian ia menikahi perempuan muda itu karena kekaguman pada kefasihannya.
📚[An-Nawadir. Hal. 91_92]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar