PERTANYAAN:
[Budi Firmansyah]
Assalamua'alaikum wr wb
Ustaz izin nanya🙏 dimana perbedaan syariat,tarikat dan hakikat
JAWABAN:
[Mujawib: Rizki Maulana,DDM]
Wa 'alaikumus salam
Silahkan dibaca kitab muraqil 'ubudiyyah syarah bidayatul hidayah dibawah ini, disini ada disebutkan apa itu SYARIAT, TARIKAT DAN HAKIKAT sekaligus nasehat kepada penuntut ilmu:
Semoga bermanfaat
بسم الله الرحمن الرحيم
Di samping menuntut ilmu, engkau harus beribadat atau ilmumu akan sia-sia. Sesungguhnya ilmu itu ibarat pohon dan ibadat ibarat buahnya. Maka hal pertama yang harus engkau jalani adalah mengenal Tuhan, kemudian menyembah-Nya. Bagaimana engkau bisa menyembah Tuhan, jika engkau tidak mengenai nama serta sifat-sifat Dzat-Nya, apa yang wajib bagi-Nya dan apa yang mustahil dalam sifat-Nya.
Mungkin engkau meyakini sesuatu pada Dzat dan sifat-sifat-Nya yang bertentangan dengan kebenaran, maka ibadatmu menjadi sia-sia. Hal itu dilakukan dengan mengetahui bahwa engkau mempunyai Tuhan Yang Maha Mengetahui, Berkuasa, Berkehendak, Hidup, Berbicara, Mendengar, Melihat, Sudah ada sebelum makhluk, tiada sekutu baginya, memiliki sifat-sifat sempurna, bersih dari kecurangan, kehilangan dan tanda-tanda kebaruan.
Dan Allah mengutus hamba-Nya Muhammad Saw, beliau adalah utusannya yang benar dalam semua hukum yang dibawanya dan kejadian-kejadian akhirat seperti perhimpunan manusia, kebangkitan, siksa kubur, pertanyaan Munkar dan Nakir, timbangan amal, ash-shirot, surga dan neraka, telaga, syafa'at dan lainnya.
Kemudian engkau dituntut mengenal hidayat menempuh jalan Allah SWT, ia merupakan buah ilmu yang memiliki permulaan yang dinamakan syariat dan thariqat. Dan ia memiliki akhir yang dinamakan hakikat, karena hakikat sesuatu adalah akhirnya dari buah syariat dan thariqat sekaligus. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam, dan buah thariqat
sebagaimana dikatakan oleh Ash-Shawi.
Hidayat juga memiliki lahir dan batin. Setiap batin memiliki lahir dan sebaliknya. Syariat adalah lahirnya hakikat, sedangkan hakikat adalah batinnya, keduanya saling berkaitan. Syariat tanpa hakikat, tidaklah akan berbuah, dan hakikat tanpa syariat adalah sia-sia dan tidak mengandung kebaikan dan tidak berhasil.
Seorang penyair berkata dari Bahrul Basiith.
Tasawwuf adalah bila engkau jernih tanpa kekeruhan
dan mengkuti kebenaran, AI-Quran serta agama
dan bila engkau terlihat khusyuk kepada Allah dan susah
atas dosa-dosamu sepanjang masa dan bersedih.
Ash-Shawi berkata: ”Syariat adalah hukum-hukum yang disampaikan oleh Rasulluah Saw, dari Allah SWT berupa hal-hal yang wajib, sunah, haram, makruh dan mubah kepada kita.”
Ada yang mengatakan: ”Syariat adalah mengamalkan agama Allah SWT menjalankan perintah dan menjauhi larahgan.”
Thari’qat, adalah mengamalkan hal-hal yang wajib dan sunah, meninggalkan hal-hal yang dilarang maupun hal-hal yang mubah dan berlebihan serta berhati-hati (berlaku wara'), dan melatih diri dengan tidak tidur, lapar dan diam.
Hakikat, adalah memahami hakikat segala sesuatu seperti menyaksikan nama-nama dan sifat-sifat Allah, menyaksikan Dzat dan rahasia-rahasia Al-Qur'an, rahasia-rahasia larangan, kebolehan dan ilmu-ilmu ghaib yang tidak bisa diperoleh dari seorang guru, melainkan dipahami dari Allah.
Allah SWT berfirman: ”Jika kamu bertakwa kepada Allah, maka Allah menjadikan bagian furqan yakni pemahaman di dalam hatimu. Yang kamu dapatkan dari Tuhanmu tanpa guru.”
Dalam firman-Nya yang lain: ”Dan takutlah kamu kepada Allah, maka Allah akan mengajarimu ” yakni tanpa seorang guru.
Imam Malik r.a berkata: ”Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, maka Allah memberikan kepadanya ilmu dari apa yang tidak ia ketahui, maka hal itu menunjukkan dengan kalimat-kalimat ini syariat, thariqat dan hakikat. Dengan perkataan ilmu beliau mengisyaratkan kepada syariat dan dengan perkataan amal beliau mengisyaratkan kepada hakikat.
Wahai penempuh jalan Allah, engkau tidak akan sampai kepada akhir dari sebuah ibadat, melainkan menyempurnakan permulaannya. Tidaklah engkau bisa mengetahui batin, melainkan mengetahui lahirnya.
Salah seorang dari mereka berkata, Syariat ibarat kapal yang berlayar, thariqat ibarat lautan dan hakikat dengan mutiaranya. Mutiara tidak bisa diperoleh, kecuali di dalam laut dan laut tidak dapat diarungi, kecuali dengan kapal.
Salah seorang dari mereka berkata; ketiga macam perkara tersebut ibarat buah kelapa. Syariat sebagai kulit luar, thariqat sebagai biji dan
hakikat sebagai minyak yang terdapat di dalam biji. Minyak tidak dapat diperoleh, kecuali dengan menumbuk bijinya dan biji tidak bisa didapat, kecuali dengan membuka kulit kelapa.
Syariat dinamakan adat, thariqat dinamakan ubudiyah dan hakikat dinamakan ubudah.
Abu Ali Ad-Daqqaq berkata: ”Ibadah untuk orang-orang mukmin yang awam, ubudiyah untuk khawaash dan ubudah untuk khawaashil khawaash.”
Syaikhul Islam berkata: ”Orang yang sabar atas keinginan Allah sambil menanggung kepayahan dalam melaksanakan takdir untuk mencari balasan atasnya adalah dalam tingkatan ibadat.”
Orang yang rida dengan keinginan Allah SWT, ia masuk dalam tingkatan ubudah. Wahai pencari kebaikan, kuisyaratkan kepadamu agar menempuh awal hidayat untuk menguji diri dan hatimu. Jika engkau dapati hatimu condong kepada awal hidayat dan nafsu yang terdapat di dalam hatimu tunduk kepadanya, maka majulah terus menuju penghabisannya dan masuklah dalam lautan ilmu, yakni ilmu rahasia-rahasia ladunniyah yang dalamnya seperti lautan.
Jika pada awal hidayat hatimu selalu ingin menunda-nunda, maka ketahuilah bahwa nafsumu masih condong pada hal-hal yang bersifat buruk.
Nafsu itu bangkit menuntut ilmu dan menurut kehendak setan untuk menyampaikanmu kepada tipu-dayanya, kemudian menjerumuskanmu ke jurang kebinasaan. Setan bertujuan menimpakan keburukan atas dirimu dalam bentuk kebaikan hingga membawamu bersama orang-orang yang merugi. Yakni orang-orang yang menyerahkan diri mereka dalam suatu amalan yang mereka harapkan keutamaan dengannya, tetapi mereka mengalami kebinasaan. Mereka itu sia-sia hidupnya di dunia karena mengikuti setan, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat kebaikan. Yakni mengharapkan balasan atas perbuatan yang mereka yakini kebenarannya. Di saat setan bertujuan menampilkan keburukan dalam bentuk kebaikan, maka setan membacakan kepadamu keutamaan ilmu yang berguna dan derajat para ulama, khabar-khabar (hadis-hadis Nabi SAW) dan atsar-atsar (perkataan para sahabat dan tabi'in) mengenainya.
Sebagaimana Nabi Saw bersabda: ”Pandangan kepada orang alim lebih kusukai daripada ibadat setahun, puasa dan salatnya.”
Dalam sabdanya yang lain: ”Orang-orang itu adalah orang alim dan pengajar sedangkan sisanya adalah lalat.”
Sabdanya yang lain pula: ”Kelebihan orang alim atas ahli ibadat adalah 70 derajat dan jarak antara setiap dua derajat ibarat langit dan bumi.”
Nabi SAW bersabda: ”Barangsiapa tidak bersedih atas kematian orang alim, maka ia adalah munafik. Karena tiada musibah yang lebih besar daripada kematian orang alim.”
Beliau bersabda: ”Sesungguhnya amal yang sedikit disertai kebodohan tidaklah berguna.”
Umar r.a. berkata: ”Kematian seribu ahli ibadat yang mengerjakan salat malam dan berpuasa di siang hari lebih ringan daripada kematian seorang alim yang mengetahui apa yang halal dan haram Allah, meskipun tidak melebihi dari amalan-amalan fardu.”
Ar-Rabi' berkata: ”Para ulama adalah lampu-lampu zaman. Setiap orang alim adalah pelita zamannya yang dijadikan penerang oleh orang-orang di zamannya.”
Dengan bertambahnya ilmu, setan akan berusaha keras menjadikanmu lalai, sebagaimana sabda Nabi SAW: ”Barangsiapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah kebaikannya, maka ia pun semakin jauh dari Allah.”
Dan orang yang alim yang lalai akan mendapat siksa yang berat, sebagaimana sabdanya :
اشد الناس عذابا يوم القيامة عالم لم ينفعه الله بعلمه
”Orang yang paling keras siksaannya di hari kiamat adalah orang alim yang tidak diberi oleh AIlah manfaat dengan ilmunya. ”'
Nabi SAW sering berdoa sebagai pengajaran bagi umatnya:
اللهم انّي اعوذبك من علم لا ينفع و قلب لا يخشع و عول لا يرفع و دعاء لا يسمع
"Ya-Allah, aku berlindung dengan-Mu dari ilmu yang tidak berguna, hati yang tidak khusyuk (tunduk), amal yang tidak diangkat serta doa yang tidak diterima. ”
📚[Muraqi Al 'ubudiyyah. Hal. 4_6]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
646} Hukum Menikahi Lima Orang Wanita Berturut-turut Dan Mengawini Dua Orang Wanita Dalam Satu Aqad Yang Satu Sama lainnya Ada Hubungan Mahram
PERTANYAAN: Assalamualaikum Wr Wb Bagaimana hukum seorang lelaki menikahi lima orang wanita berturut2, dan laki2 mengawini dua orang wanita ...
-
Oleh:[Ishadi al-Asyi] HIKAYAH YANG KE-TIGA BELAS: {"KEUTAMAAN MALAM NISFU SYA'BAN"} الحكاية الثالثة عشرة : في فضل ليلة نصف...
-
11 HAL YANG MENYEBABKAN HATI KERAS DAN MEMBUAT LEMAH ومنها احد عشر شيئا تقسي القلوب وتورث النكد ، أحدها : لبس السراويل قائما . الثاني : الجل...
-
Oleh:[Ishadi al-Asyi] HIKAYAH YANG KE-LIMA PULUH TUJUH: {"KEUTAMAAN ILMU DAN MENCINTAI ORANG ALIM"} الحكاية السابعة والخمسون :...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar