Dikisahkan: suatu hari, Abu Nawas berjalan melewati tempat belajar yang di dalamnya terdapat banyak anak². Ia mendengar seorang anak berkata kepada gurunya:
"Apa yang dikehendaki Abu Nawas dengan kata²nya:
"Ingatlah, tuangkan khamar kepadaku dan katakan itu adalah khamar
Jangan menuangkan kepadaku kesamaran ketika mungkin menerangkannya"
Gurunya menjawab: "Aku tidak tahu."
Anak kecil itu menjawab sendiri, "Dengan kata² itu, ia menghendaki menyempurnakan panca indra yang lima. Sebab jika ia meminumnya, penglihatan, sentuhan, bau, dan rasa akan dihasilkan. Hal ini diambil dari kata: Ingatlah, tuangkan khamar kepadaku. Namun indra pendengaran menjadi tidak terpakai. Ketika ia berkata: Katakan kepadaku itu adalah khamar. Maka telinganya bersiap² mendengar dengan penyebutannya. Sehingga sempurnalah indranya."
Lalu Abu Nawas berkata: "Engkau telah memberikan pemahaman kepadaku tentang syairku, padahal aku memahaminya."
Suatu hari, Harun ar-Rasyid memerintahkan agar Abu Nawas tidak dibunuh.
Abu Nawas pun berkata: "Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau membunuhku karena syahwat atau menunaikan hak..?? Sebab Allah Swt akan menghisab, kemudian mengampuni, dan menyiksa. Maka dengan alasan apa engkau hendak membunuhku..??"
"Sebab kata²mu: Ingatlah, tuangkan khamar kepadaku dan katakan itu adalah khamar."
"Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau mengetahui, ia memberiku minum khamar..??" tanya Abu Nawas
"Aku kira demikian," jawab Harun ar-Rasyid.
"Apakah engkau akan membunuhku berdasarkan prasangka..??" tanya Abu Nawas.
"Engkau berhak dibunuh karena engkau telah melalaikan Tuhan:
Tidak ada seorang pun memberi tahu bahwa
Seseorang di surga semenjak mati atau di neraka."
Abu Nawas menjawab: "Apakah seseorang datang kepada kami, wahai Amirul Mukminin..??"
Harun ar-Rasyid berkata: "Engkau berhak dibunuh dengan kata²mu:
Wahai Ahmad yang diharapkan dalam setiap musibah
Berdirilah, wahai Tuanku, kami bermaksiat kepada Tuhan penguasa."
Abu Nawas berkata: "Wahai Amirul Mukminin, apakah perkataan menjadi perbuatan..??"
"Tidak."
"Apakah engkau akan membunuhku atas tuduhan yang tidak engkau ketahui..??"
"Tinggalkan kalam ini. Sebab engkau mengaku di banyak tempat telah melakukan sesuatu yang mengharuskan dibunuh, yaitu zina."
"Allah Swt mengetahui ini sebelum Amirul Mukminin, aku berkata sesuatu yang tidak aku lakukan, sebagaimana kata sebagian orang:
"Kami adalah orang² yang didatangkan kitab memberi kabar
Mengenai jiwa yang bersih dan lisan yang fasik."
Mendengar hal itu, Harun ar-Rasyid tertawa, dan melepaskan Abu Nawas.
📚[An-Nawadir. Hal. 221_222]
Kajian annawadir hikayah 187
BalasHapus