Oleh:[Ishadi al-Asyi]
HIKAYAH YANG KE-SERATUS: "KISAH SEBAGIAN ORANG SHALIH"
الحكاية المائة : في مناقب بعض الصالحين
حكي : أن شيبان الجمال الراعي ألقوه بين يدي سبع ليأكله فجعل السبع يشمه وينظر إليه ، فقيل له : ماذا قلت حين ألقيت بين يديه ؟ فقال : تفكرت في قول الفقهاء في سؤر السبع ، وقيل : إنه حج مع سفيان الثوري فعرض لهما سبع ففزع منه سفيان فأخذ شيبان بأذن السبع وعرکها فخضع السبع وحرك ذنبه وقال : والله لولا خوف الشهرة لوضعت ردائي عليه حتى أصل إلى مكة المشرفة وقيل : مر عليه الإمام الشافعي وأحمد وهو يرعى غنمه ، فقال أحمد : لأسئلن هذا الراعي لأری جوابه ، فقال له الشافعي : لا تتعرض له ، فقال : لابد من ذلك ، فدنا منه فقال له : يا شيبان ، ماتقول فيمن صلی أربع رکعات فسها في أربع سجدات ، ماذا يلزمه ؟ فقال : تسألني عن مذهبنا أم عن مذهبكم ؟ فقال : أهما مذهبان ؟ قال : نعم ، فقال : أخبرني عنهما . قال : أما على مذهبكم فيلزم رکعتان ويسجد للسهو ، وأما على مذهبنا فيجب أن يعاقب قلبه حتى لا يعود ، فقال له : ما تقول فيمن ملك أربعين شاة فحال عليها الحول ، ماذا يلزمه ؟ فقال : أما عندكم فيلزمه شاة ، وأما عندنا فلا يملك العبد شيأ مع سیده ، فغشي على أحمد ، فلما أفاق انصرفا ، و كان شيبان أميا ، فإذا كان هذا شأن الأمى منهم ، فما بالك بأهل العلم ؟ وقال الإمامان أبو حنيفة والشافعي : إذا كان العلماء غير أولياء فليس لله ولى . وكان من دعاء شيبان : يا ودود يا ودود يا ذا العرش المجيد يا مبتدیء یا معيد يا فعالا لما يريد ، أسألك بعزك الذي لا يرام ، وبملكك الذي لا يزول ، وبنور وجهك الذي ملأ أركان عرشك ، وبقدرتك التي قدرت بها على خلقك أن تكفيني شر الظالمين أجمعين . وفي الرسالة أنه كان في بيت عبد الله القشيري بيت يسمى بيت السباع لأنه كانت تأتي إليه فيه فيطعمها ويسقيها ثم تذهب إلى البر . قال سهل : كنت في أيام بدایتی توضأت يوم الجمعة ومضيت إلى الجامع ، فإذا هو قد امتلأ بالناس فأسأت الأدب و تخطيت رقابهم حتي وصلت إلى الصف الأول فجلست ، وإذا عن يميني شاب حسن الشكل والهيئة . فقال : ما حالك ياسهل ؟ فقلت : بخير أصلحك الله وعجبت من معرفته بی . فأخذني حرقان البول ، فوجلت منه وصرت متحيرا بين تخطى رقاب الناس إلى الخروج ولا أقدر على الصبر فالتفت إلي وقال : أخذك حرقان البول یا سهل ؟ فقلت : نعم ، فتزع حرامه عن كتفه وغطانی به وقال لي : قم واقض حاجتك و أسرع لتلحق الصلاة فأغمي على ، ثم أقفت وإذا بباب مفتوح ومناد ينادی : ادخل يا سهل واقض حاجتك فدخلت وإذا ببيت عظيم ونخله بجانبها مطهرة وسواك ومنشفة وبيت راحة ، فخلعت ثيابي وقضيت حاجتي وتوضأت وتنشفت وإذا بصوت أسمعه يقول : يا سهل قد قضيت حاجتك ؟ فقلت : نعم . فرفع الحرام عني فإذا أنا جالس في مكانی لم سشعر بي أحد فزاد تفكيري وصرت بين مكذب ومصدق ، فلما لم صليت اتبعت أثر الشاب لأعرفه فإذا هو دخل البيت الذي قضيت فيه حاجتي فالتفت إلى وقيل : صدقت ياسهل ، قلت نعم : ثم مسحت عينى وفتحتها فلم أرله أثرا فرضي الله عنه وأرضاه .
Diceritakan: Syaiban adalah seorang penjual unta dan penggembala. Pada suatu hari ia dilemparkan di depan hewan buas agar dimakan. Hewan buas itu mencium kehadiran dan melihatnya.
Lalu ia ditanya: "Apa yang engkau katakan ketika engkau dilemparkan di depan hewan buas itu..??"
"Aku berpikir perkataan ahli fiqh tentang bisa hewan buas," jawab Syaiban.
Menurut suatu pendapat: Syaiban pernah berhaji bersama Sufyan ats-Tsauri, kemudian mereka menghadapi hewan buas. Dengan tanpa penolakan dari hewan tersebut, Syaiban memegang dan mengelusnya hingga hewan tersebut menjadi jinak di tangannya dengan digerak²an telinganya.
Bersamaan dengan itu, Syaiban berkata: "Demi Allah, seandainya tidak ada kekhawatiran tenar, aku letakkan selendangku di atas hewan ini sampai pergi ke Makkah al-Musyarrafah."
Suatu kabar menyatakan bahwa suatu waktu Imam Syafi'i dan Imam Ahmad lewat, sedangkan Syaiban sedang menggembala kambing.
"Sungguh aku akan bertanya kepada si penggembala ini agar aku tahu jawabannya" ucap Imam Ahmad.
"Jangan mendekatinya!" kata Imam Syafi'i.
"Aku harus melakukan itu," ungkap Imam Ahmad.
Imam Ahmad mendekat dan berkata: "Wahai Syaiban, apa pendapatmu tentang orang yang shalat empat rakaat dengan empat sujud, apa yang harus ia lakukan..??"
"Engkau bertanya kepadaku tentang madzhab kami atau madzhab kalian..??" jawab Syaiban.
"Apakah keduanya madzhab..??" timpal Imam Ahmad.
"Ya," jawab Syaiban.
"Baik, ceritakan dua²nya kepadaku," kata Imam Ahmad.
"Adapun menurut madzhab kalian, maka ia wajib menjalankan dua rakaat dan bersujud sahwi. Sedangkan berdasarkan madzhab kami, orang itu wajib menyertakan hatinya sehingga ia tidak sampai mengulang shalat," jelas Syaiban.
“Apa pendapatmu tentang orang yang mempunyai empat puluh kambing, lalu merekayasa syarat satu tahun, apa yang wajib ia lakukan..??" Tanya Imam Ahmad.
"Menurut kalian, orang itu harus membayar zakat satu kambing. Sedangkan menurut kami, hamba sama sekali tidak mempunyai apa² di hadapan Tuannya," jelas Syaiban.
Mendengar penjelasan itu, Imam Ahmad pingsan. Ketika sadar, mereka segera beranjak pergi.
Syaiban adalah seorang yang buta huruf. Apabila seorang buta huruf saja seperti ini, maka bagaimana dengan orang yang mempunyai ilmu..??
Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i berkata: "Apabila ulama bukan seorang wali, maka ia bukan kekasih Allah."
Di antara doa Syaiban adalah sebagai berikut:
يا ودود يا ودود يا ذا العرش المجيد يا مبتدیء یا معيد يا فعالا لما يريد ، أسألك بعزك الذي لا يرام ، وبملكك الذي لا يزول ، وبنور وجهك الذي ملأ أركان عرشك ، وبقدرتك التي قدرت بها على خلقك أن تكفيني شر الظالمين أجمعين .
"Wahai Dzat Maha Pengasih, wahai Dzat Maha Pengasih, yang mempunyai 'Arsy yang Agung, yang Memulai dan Mengembalikan, wahai Dzat Maha Melakukan segala sesuatu yang dikehendaki, aku meminta kepada-Mu dengan keagungan-Mu yang tidak dijangkau, dengan kerajaan-Mu yang tidak akan pernah sirna, dengan cahaya wajah-Mu yang memenuhi penjuru Arsy-Mu, dengan kekuasaan-Mu yang untuk menguasai makhluk-Mu, agar Engkau menjauhkan aku dari kejelekan orang² zhalim, semuanya."
Dalam sebuah risalah, Syaiban berada di rumah Abdullah al- Qusyairi yang dinamai dengan bait as-siba' (rumah hewan buas). Dinamakan demikian karena hewan² buas datang ke rumah tersebut, lalu Abdullah al-Qusyairi memberi makan dan minum, kemudian menjauh dari rumah tersebut.
Sahal bercerita: Suatu pagi, yakni hari Jum'at, aku berwudhu, dan pergi ke masjid. Aku sedikit terkejut, sebab orang² sudah berkumpul di sana. Akan tetapi aku kurang sopan, melangkahi orang² sampai dapat duduk di shaf awal. Lalu aku duduk, dan di sampingku ada seorang pemuda yang berparas tampan dan bersikap terpuji mendadak berkata:
"Bagaimana keadaanmu wahai Sahal..??"
"Baik, semoga Allah Swt memberikan kebaikan kepadamu," ungkapku.
Aku terkejut, sebab ia mengetahui tentang aku. Beberapa saat kemudian, rasa ingin kencing tidak tertahankan. Aku bingung dan ingin keluar tetapi harus melangkahi orang². Aku sudah tidak kuasa menahan lagi. Saat itu, pemuda di sampingku menoleh kepadaku.
"Aku akan mengambil rasa sakit karena menahan kencingmu, wahai Sahal!" ucap pemuda itu.
"Ya, silakan," terkejut tapi juga lega.
Pemuda itu melepaskan surban dari pundaknya. Ia menutupi aku dengan surban itu.
"Silakan berdiri, dan buanglah kencingmu di sini. Cepat! Sebab, shalat sebentar lagi dilaksanakan."
Aku langsung pingsan. Setelah sadar, ternyata aku berada di pintu terbuka, dan seseorang memanggilku; "Silakan masuk, wahai Sahal. Dan, buanglah hajatmu!"
Aku masuk ke dalam ruangan besar yang terdapat sebatang kurma bersih berada di sampingnya, terdapat juga siwak, handuk, dan tempat istirahat. Aku melepas pakaianku, dan buang air kecil di sana. Aku berwudhu dan mengusap wajahku dengan handuk.
Tiba² sebuah suara memanggil, "Wahai Sahal, apakah engkau sudah buang air kecil..??"
"Ya, sudah," jawabku.
Selanjutnya, pemuda yang berada di sampingku itu membuka surbannya dariku. Aku terkejut, sebab aku duduk di tempatku semula, yaitu di masjid. Tidak ada seorang pun mengetahui peristiwa itu. Aku berpikir keras, antara membenarkan atau tidak atas kejadian yang baru saja aku alami tersebut.
Setelah shalat, aku mengikuti langkah pemuda itu, dan mencari tahu tentangnya. Di suatu tempat, ia masuk ke dalam rumah, tempat aku membuang hajat. Ia menoleh kepadaku.
"Apakah engkau sudah percaya Sahal..??"
"Ya, aku percaya," jawabku.
Aku mengusap mataku, dan membukanya kembali untuk menambah keyakinanku. Setelah itu, aku tidak melihat bekas tentangnya sama sekali.
Semoga Allah Swt meridhainya dan aku juga.
📚[An-Nawadir. Hal. 84_85]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar