Minggu, 08 Maret 2020

088} Berbohong terkadang menjadi wajib


Oleh:[Ishadi Al-Asyi]

Berbohong hukumnya adalah Haram,
Dan terkadang hukumnya adalah Wajib

(فائدة) الكذب حرام وقد يجب

قوله : (وقد يجب الخ) قال في الإحياء والضابط في ذلك أن كل مقصود محمود يمكن التوصل إليه بالصدق والكذب جميعا فالكذب فيه حرام أو بالكذب وحده فمباح إن أبيح ذلك تحصيل ذلك المقصود وواجب إن وجب كما لو رأى معصوما اختفى من ظالم يريد قتله أو ايذاءه لوجوب عصمة دمه أو سأله ظالم عن وديعة يريد أخذها فإنه يجب عليه انكارها وإن كذب بل لو استحلف لزمه الحلف ويورى والا حنث ولزمته الكفارة وإذا لم يتم مقصود حرب أو اصلاح ذات البين أو استمالة قلب مجنى عليه الا بكذب أبيح ولو سأله سلطان عن فاحشة وقعت سرا كزنا وشرب خمر فله أن يكذب ويقول ما فعلت وله أن ينكر سر أخيه اهـ.

(Faedah) Berbohong hukumnya adalah haram, dan terkadang hukumnya adalah wajib.

Dikatakan dalam Kitab Al-Ihya: Adapun batasan dalam hukum bebohong, bahwa setiap tujuan yang terpuji, apabila memungkinkan untuk bisa dicapai baik dengan cara jujur mapun dengan cara berbohong sekaligus, maka dalam hal ini hukum berbohong adalah haram. Apabila tujuan yang terpuji tersebut hanya bisa dicapai dengan cara berbohong, maka berbohong adalah mubah.

Namun apabila pencapaian yang dimahsudkan tersebut adalah perkara yang sifatnya wajib, maka hukum berbohong juga menjadi wajib. Seperti halnya apabila ada seseorang melihat orang yang ma'sum (yang dilindungi jiwanya oleh syari'at) bersembunyi dari kejaran orang zalim yang hendak membunuh atau menyakitinya. Alasan wajibnya karena kewajiban menjaga darahnya. Atau ada orang zalim yang bertanya tentang harta titipan yang hendak ia rampas, maka hukum mengingkarinya adalah wajib. Bahkan apabila sampai diminta untuk bersumpah maka wajib hukumnya bersumpah dan bertauriyah (menunjukkan makna lain). Apabila ia tidak sambil bertauriyah maka dianggap sebagai sumpah palsu dan wajib baginya untuk membayar kafarah.

Apabila ada prediksi akan terjadinya peperangan, atau ada tujuan untuk mendamaikan perseteruan, atau untuk menenangkan hati dari korban kejahatan, yang mana hal ini tidak bisa sempurna dilakukan kecuali dengan cara berbohong, maka hukum berbohong dalam hal ini adalah mubah.

Apabila ada pihak yang berwenang menanyakan kepada seseorang tentang perbuatan keji yang pernah dilakukannya secara sembunyi², seperti perzinaan dan minum khamar, maka ia diperbolehkan untuk berbohong dan berkata: "aku tidak melakukannya". Dan juga hal ini boleh dilakukan dalam rangka menjaga rahasia saudaranya.
📚[I'anatut Thalibin. Juz. 3/ Hal. 248 alHidayah]
➖➖➖➖➖

Ketahuilah bahwa lisan itu adalah alat untuk mencapai tujuan. Maka setiap tujuan terpuji yang dapat dicapai dengan perkataan benar maupun dusta, maka diharamkan berdusta untuk itu karena tidak perlu melakukanNya.
Jika tujuan itu dapat dicapai dengan dusta dan tidak dapat dicapai dengan perkataan yang benar, maka dusta dalam keadaan itu adalah mubah bila mana pencapaian tujuan itu mubah. Dan menjadi wajib bilamana tujuan itu wajib dicapai.
Apabila seseorang muslim bersembunyi dari seorang yang zalim dan ditanyakan tentang dia, maka wajiblah berdusta untuk menyembunyikanNya. Bagitu pula bila ada titipan padanya atau orang lain dan seorang yang zalim menanyakanNya untuk mengambilNya, maka wajiblah ia berdusta untuk menyembunyikanNya. Bahkan andaikata ia mengabariNya bahwa ada titipan barang padanya, lalu dirampas oleh seorang yang dhalim, wajiblah ia menggantikanNya.
📚[Muraqi Al 'ubudiyyah. Hal. 71]
➖➖➖➖➖

Keterangan lain

📚[Al-Mausu'atul fiqhiyyah]:

وَقَدْ يَكُونُ الْكَذِبُ مُبَاحًا أَوْ وَاجِبًا، فَالْكَلاَمُ وَسِيلَةٌ إِلَى الْمَقَاصِدِ، وَكُل مَقْصُودٍ مَحْمُودٍ يُمْكِنُ تَحْصِيلُهُ بِغَيْرِ الْكَذِبِ يَحْرُمُ الْكَذِبُ فِيهِ، وَإِنْ لَمْ يُمْكِنْ تَحْصِيلُهُ إِلاَّ بِالْكَذِبِ جَازَ الْكَذِبُ فِيهِ، ثُمَّ إِنْ كَانَ تَحْصِيل ذَلِكَ الْقَصْدِ مُبَاحًا كَانَ الْكَذِبُ مُبَاحًا، وَإِنْ كَانَ وَاجِبًا كَانَ الْكَذِبُ وَاجِبًا، كَمَا أَنَّ عِصْمَةَ دَمِ الْمُسْلِمِ وَاجِبَةٌ، فَإِذَا كَانَ فِي الصِّدْقِ سَفْكُ دَمِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ قَدِ اخْتَفَى مِنْ ظَالِمٍ فَالْكَذِبُ فِيهِ وَاجِبٌ، وَمَحَل الْوُجُوبِ مَا لَمْ يَخْشَ التَّبَيُّنَ وَيَعْلَمُ أَنَّهُ يَتَرَتَّبُ عَلَيْهِ ضَرَرٌ شَدِيدٌ لاَ يُحْتَمَل.


Muraqi Al 'Ubudiyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

646} Hukum Menikahi Lima Orang Wanita Berturut-turut Dan Mengawini Dua Orang Wanita Dalam Satu Aqad Yang Satu Sama lainnya Ada Hubungan Mahram

PERTANYAAN: Assalamualaikum Wr Wb Bagaimana hukum seorang lelaki menikahi lima orang wanita berturut2, dan laki2 mengawini dua orang wanita ...