Minggu, 08 Maret 2020

086} Hukum menggabungkan niat puasa fardhu dengan puasa sunah secara bersamaan dan hukum menggabungkan dua niat puasa sunah

PERTANYAAN:
bagaimana hukum menggabungkan dua niat puasa sunah secara bersamaan, dan menggabungkan niat puasa sunah dengan puasa fardhu??????

JAWABAN:
[Mujawib: Kakang Ishadi Al-Asyi]

Menggabungkan dua niat puasa sunah secara bersamaan hukumnya Sah dan menghasilkan pahala kedua²nya.
Adapun menggabungkan niat puasa fardhu seperti qadha puasa ramadhan atau puasa nadzar digabungkan dengan puasa sunah secara bersamaan ulama berbeda pendapat, dapat dirincikan:

1) apabila puasa fardhu dan puasa sunnah tersebut diniati secara bersamaan maka tidak menghasilkan kedua²nya.

2) apabila puasa fardhu tersebut bertepatan dengan puasa 'arafah dan seterusnya (puasa sunnah lainnya) maka sama halnya shalat tahiyyatul masjid, yaitu apabila puasa fardhu tersebut diniati bersamaan puasa sunnah maka hasillah kedua²nya, jika tidak maka pahala puasa sunnah menjadi gugur.

3) ia tetap mendapatkan dua pahala meskipun hanya diniatkan pada salah satunya saja

(فرع) أفتى جمع متأخرون بحصول ثواب عرفة وما بعده بوقوع صوم فرض فيها، خلاف للمجموع.
وتبعه الاسنوي فقال: إن نواهما لم يحصل له شئ منهما. قال شيخنا كشيخه والذي يتجه أن القصد وجود صوم فيها، فهي كالتحية، فإن نوى التطوع أيضا، حصلا، وإلا سقط عنه الطلب.

(قوله: أفتى إلخ) حاصل الإفتاء المذكور أنه إذا كان عليه صوم فرض قضاء أو نذر وأوقعه في هذه الأيام المتأكد صومها: حصل له الفرض الذي عليه، وحصل له ثواب صوم الأيام المسنون، وظاهر إطلاقه أنه لا فرق في حصول الثواب بين أن ينويه مع الفرض أو لا، وهو مخالف لقول ابن
حجر الآتي أنه لا يحصل له الثواب إلا إذا نواه، وإلا سقط عنه الطلب فقط

(تنبيه) اعلم أنه قد يوجد للصوم سببان: كوقوع عرفة أو عاشوراء يوم اثنين أو خميس، أو وقوع اثنين أو خميس في ستة شوال، فيزداد تأكده رعاية لوجود السببين، فإن نواهما: حصلا - كالصدقة على القريب، صدقة وصلة - وكذا لو نوى أحدهما - فيما يظهر.

(Cabang pembahasan) segolongan ulama mutaakkhirin berfatwa: puasa 'arafah dan seterusnya, yakni: puasa 'asyura, tasu'a, enam hari puasa syawal dll adalah tetap mendapatkan pahala puasa sunnah dengan sebab mengerjakan puasa fardhu, seperti qadha puasa ramadhan atau (puasa nadzar). berbeda dengan keterangan dalam kitab majmu' An Nawawi dan juga diikuti oleh Imam Al-Asnawi,
Imam An Nawawi berkata: apabila puasa fardhu dan puasa sunnah itu diniatkan secara berbarengan maka tidak menghasilkan kedua²nya. Syaikhuna dan gurunya berkata: pendapat yang berwajah sesungguhnya bila puasa fardhu tersebut bertepatan dengan puasa 'arafah dan seterusnya (puasa sunnah lainnya) maka sama hukumnya seperti shalat tahiyyatul masjid, yakni apabila puasa fardhu tersebut diniati bersamaan puasa sunnah maka hasillah kedua²nya, jika tidak maka pahala puasa sunnah menjadi gugur.

Kata pengarang (fatwa ulama mutaakkhirin diatas): apabila seseorang memiliki puasa fardhu yang belum dikerjakan yang mana wajib untuk diqadha puasa tersebut atau puasa nadzar, lalu bertepatan dengan hari dimana disunahkan berpuaasa pada hari tersebut seperti puasa 'arafah atau lainnya maka ia (orang yang qadha puasa pada hari itu) mendapat kefardhuan yang menjadi kewajibannya sekaligus mendapatkan pahala dari hari dimana disunnahkan berpuasa dihari tersebut. Dan secara dhahir dari kemuthlaqan fatwa ini, sesungguhnya ia tetaplah mendapatkan pahala puasa sunnah baik puasa sunnah itu diniati berbarengan puasa fardhu atau tidak diniati. Dan ini berbeda dengan pendapat ibnu hajar. Ibnu hajar berkata: orang tersebut tidak mendapatkan pahala puasa sunnah kecuali apabila ia meniatkannya. Bila tidak diniatkan maka ia hanya dapat menggugurkan fardhu qadha puasanya saja.

(Tanbih) perlu diketahui, sesungguhnya terkadang pada puasa itu ditemui dua penyebab. Seperti halnya puasa 'arafah atau puasa 'asyura yang jatuh pada hari senin atau kamis, atau puasa sunnah senin atau kamis yang terdapat pada enam hari bulan syawal. Maka puasa yang demikian memiliki ke~muakkadan yang lebih, hal ini lantaran untuk menjaga wujud dua penyebab tersebut. Jadi, apabila dua puasa tersebut diniati, maka akan mendapatkan dua²nya. Hal ini sebagaimana seseorang yang bersedekah pada kerabatnya, maka ia akan mendapat dua pahala, yaitu pahala sedekah dan pahala silaturahim. Demikian pula secara dhahir ia tetap mendapatkan dua pahala meskipun hanya diniatkan pada salah satunya saja.
📚[I'anatut thalibin. Juz. 2/ Hal. 271]

Keterangan lain juga bisa dilihat di kitab:
📚[Bughyatul Mustarsyidin. Hal. 113_114]

Bughyatul Mustarsyidin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

646} Hukum Menikahi Lima Orang Wanita Berturut-turut Dan Mengawini Dua Orang Wanita Dalam Satu Aqad Yang Satu Sama lainnya Ada Hubungan Mahram

PERTANYAAN: Assalamualaikum Wr Wb Bagaimana hukum seorang lelaki menikahi lima orang wanita berturut2, dan laki2 mengawini dua orang wanita ...