AKAL YANG SEMPURNA
(فائدة) سئل بعضهم : ما أفضل ما أعطى الرجل ؟ قال : عقل کامل ، قيل : فإن لم يكن ؟ قال فأدب حسن ، قيل : فإن لم يكن ؟ قال : فصمت طويل ، قيل : فإن لم يكن ؟ قال فأخ صالح يستشيره ، قيل : فإن لم يكن ؟ قال فموت عاجل ، ولذلك قيل : الناس ثلاثة : رجل وهو العاقل ، ونصف رجل وهو من لا عقل له ولكن يستشير غيره ، ورجل لا شيء وهو من لا عقل له ولا يستشير غيره . ومن ذلك قيل : إن ملكا أرسل خلف حجام ليفصده ، فلقيه ابن عم الملك ، فقال له : افصده في موضع يكون فيه هلاکه ولك علي ألف دینار ، فلما جاء عند الملك تفكر في عاقبة أمره بواسطة عقله ، فرآه الملك متفکرا ، فسأله فأخبره بالقصة ، فأعطاه عشرة آلاف دينار وضرب عنق ابن عمه لعدم عقله وعدم مشاورته .
Sebagian orang ditanya tentang sesuatu yang paling utama diberikan kepada seorang laki²..??
Ia menjawab: "Akal yang sempurna."
Lalu dikatakan: "Apabila tidak demikian..??"
"Adab yang bagus."
"Apabila tidak demikian..??"
"Diam yang lama."
Dikatakan: "Apabila tidak demikian..??"
Ia menjawab: "Saudara shalih yang memberinya petunjuk."
Dikatakan: "Apabila tidak demikian..??"
Ia menjawab: "Kematian yang cepat."
Oleh sebab itu, dikatakan bahwa manusia terbagi menjadi tiga macam, yaitu manusia utuh, yaitu orang yang berakal. Kedua, setengah manusia, yaitu orang yang tidak mempunyai akal, akan tetapi ia bisa memberi arahan kepada yang lain. Ketiga, manusia tanpa apa², yaitu orang yang tidak mempunyai apa² dan tidak bisa memberi petunjuk apa².
Termasuk dalam bagian ini adalah seorang raja yang memerintahkan pengawalnya mencari tukang bekam untuk mengeluarkan darahnya. Tukang bekam itu bertemu dengan anak paman raja, dan berkata: "Bekamlah ia di bagian tubuh yang menyebabkan ia mati, dan aku akan memberimu seribu dinar."
Ketika datang di samping raja, tukang bekam itu berpikir tentang akibat perintah anak paman raja jika perintah itu dilaksanakan. Kemudian raja melihat tukang bekam berpikir, dan bertanya kepadanya. Ia pun memberi tahu raja tentang kisahnya. Maka raja memberikan sepuluh ribu dinar untuknya. Setelah itu, anak pamannya dibunuh dengan cara di penggal lehernya sebab tidak mempunyai akal dan tidak bermusyawarah.
📚[An-Nawadir. Hal. 208]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar